Topswara.com -- Disunahkan bagi yang saling mencintai karena Allah agar mendoakan saudara yang dicintainya di saat tidak bersamanya. Hal ini didasarkan pada hadis riwayat Muslim dari Ummi Darda,
ia berkata; Aku diceritakan suatu hadis oleh majikanku, sesungguhnya ia mendengar Nabi SAW bersabda:
"Barangsiapa yang mendoakan saudaranya pada saat ia tidak bersamanya, maka malaikat yang diserahi untuk menjaga dan mengawasinya berkata, “Semoga Allah mengabulkan dan bagimu semoga mendapat yang sepadan.”
Majikan Ummi Darda adalah Abu Darda, yaitu suaminya. Ia mengatakan hal itu dalam rangka memuliakan suaminya. Hadis ini juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad dengan riwayat yang shahih dari Ummi Darda dan Muslim. Lafadz hadis ini menurut Muslim adalah dari Shafwan bin Abdullah bin Shafwan dari Ad-Darda, ia berkata: Aku datang ke Syam dan aku mendatangi Abu Darda di rumahnya. Tapi aku tidak menemukannya dan bertemu dengan Ummi Darda. Ia berkata, “Apakah engkau hendak berangkat Haji pada tahun ini?” Aku berkata, “Ya.” Ia berkata: Berdoalah kepada Allah minta kebaikan untuk kami, karena Nabi SAW pernah bersabda:
Doanya seorang Muslim kepada saudaranya yang tidak bersamanya pasti dikabulkan. Di dekat kepalanya ada malaikat yang menjaganya. Setiap kali ia berdoa minta kebaikan untuk saudaranya, malaikat itu berkata, “Amin.” Dan engkau akan mendapatkan yang serupa. Shafwan berkata kemudian aku keluar menuju pasar dan bertemu dengan Abu Darda, ia pun berkata
sama seperti istrinya.
Begitu juga disunahkan meminta doa dari saudaranya. Hal ini didasarkan pada hadis riwayat Abu Dawud dan at-Tirmidzi dengan sanad yang shahih, dari Umar bin al-Khathab, ia berkata: Aku meminta izin kepada Nabi SAW untuk umrah, kemudian beliau memberikan izin kepadaku dan bersabda:
Wahai saudaraku, engkau jangan melupakan kami dalam doamu.
Umar berkata, “Perkataan nabi itu adalah suatu perkataan yang tidak akan menggembirakanku jika diganti dengan dunia.” Dalam riwayat yang lain Umar berkata Rasulullah SAW bersabda:
Sertakanlah kami wahai saudaraku dalam doamu. Termasuk perkara yang disunahkan adalah menziarahi orang yang dicintai, duduk bersamanya, saling menjalin persaudaraan, dan saling memberi karena Allah, setelah mencintai-Nya. Imam Muslim telah meriwayatkan dari Abû Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda:
Sesungguhnya ada seseorang yang mengunjungi saudaranya di kota lain. Kemudian Allah memerintahkan malaikat untuk mengikutinya. Ketika malaikat sampai kepadanya, ia berkata, “Hendak ke mana engkau?” Orang itu berkata, “Aku akan mengunjungi saudaraku di kota ini.” Malaikat berkata, “Apakah ada hartamu yang dikelola olehnya?” Ia berkata, “Tidak ada, hanya saja aku mencintainya karena Allah.” Malaikat itu berkata, “Sesunggunya aku adalah utusan Allah kepadamu. Aku diperintahkan untuk mengatakan bahwa Allah sungguh telah mencintaimu sebagaimana engkau telah mencintai saudaramu itu karena Allah.”
Ahmad telah mengeluarkan hadis dengan sanad yang hasan dan dinyatakan shahih oleh al-Hâkim, dari Ubadah bin Shamit dari Nabi saw. Beliau menisbahkan hadis ini kepada Allah (Hadis Qudsi), Allah berfirman:
Kecintaan-Ku pasti akan diberikan kepada orang-orang yang saling mencintai karena-Ku. Kecintaan-Ku berhak diperoleh oleh orang- orang yang saling mengunjungi karena aku. Kecintaan-Ku berhak diperoleh oleh orang yang saling memberi karena-Ku. Kecintaan-Ku berhak diperoleh oleh orang yang saling menjalin persaudaraan karena-Ku.
Malik dalam al-Muwatha, dengan sanad yang shahih, telah mengeluarkan hadis dari Muadz bin Jabal, ia berkata; Rasulullah SAW bersabda:
Allah berfirman, “Kecintaanku pasti diperoleh oleh orang yang saling mencintai karena-Ku, saling berkumpul karena-Ku, saling mengunjungi karena-Ku, dan saling memberi karena-Ku.
Al-Bukhâri telah mengeluarkan hadis dari ‘Aisyah ra. beliau berkata:
Aku tidak memahami kedua orang tuaku kecuali keduanya telah memeluk agama ini. Tidak ada satu hari pun yang berlalu pada kami kecuali di hari itu kami dikunjungi Rasulullah SAW pada pagi dan sore hari.” (al-Hadits)
Rasulullah SAW telah menjelaskan bahwa seorang mukmin yang mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri, ia akan mendapatkan pahala yang sangat besar di dunia dan akhirat sesuai dengan kadar kemampuannya untuk itu. Pada hadis Mutafaq ‘alaih dari Anas dari Nabi SAW, ia bersabda:
Tidak beriman salah seorang di antara kalian hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya. Dalam hadis Abdullah bin Amr riwayat Ibnu Huzaimah dalam kitab Shahih-nya, juga Ibnu Hibban dalam kitab Shahih-nya dan al-Hâkim dalam al-Mustadrak, ia berkata; “Hadis ini shahih memenuhi syarat al-Bukhâri Muslim”, Rasulullah SAW bersabda:
Sebaik-baiknya orang-orang yang bersahabat di sisi Allah adalah orang yang paling baik kepada sahabatnya. Dan sebaik-baik orang yang bertetangga di sisi Allah adalah orang yang paling baik kepada tetangganya.
Di antara tanda orang yang paling baik terhadap sahabatnya adalah senantiasa berusaha membantu kebutuhan saudaranya dan bersungguh-sungguh menghilangkan kesusahannya. Hal ini berdasarkan hadis Mutafaq ‘alaih dari Ibnu Umar, Rasulullah SAW bersabda:
Seorang Muslim adalah saudara Muslim yang lain, ia tidak akan menzaliminya dan tidak meninggalkannya bersama orang-orang (hal-hal) yang menyakitinya. Barangsiapa berusaha memenuhi kebutuhan saudaranya, maka Allah akan memenuhi kebutuhannya.
Barangsiapa yang menghilangkan kesusahan dari seorang Muslim, maka dengan hal itu Allah akan menghilangkan salah satu kesusahannya dari kesusahan-kesusahan di hari kiamat. Barangsiapa yang menutupi aib seorang muslim maka Allah akan menutupi aibnya di hari kiamat.
Ditulis kembali oleh: Achmad Mu'it
Disadur dari buku: Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah, Jakarta, Cetakan ke-5, April 2008
0 Komentar