Topswara.com -- Hadis dari Abû Dzar yang diriwayatkan Ahmad, Abû Dawud, dan Ibnu Hibbân, beliau berkata:
Wahai Rasulullah, bagaiman jika ada seorang yang mencintai suatu kaum tapi tidak mampu beramal seperti mereka? Rasulullah saw. bersabda, “Engkau wahai Abû Dzar, akan bersama siapa saja yang engkau cintai.” Abû Dzar berkata; maka aku berkata, “Sungguh, aku mencintai Allah dan Rasul-Nya.” Abû Dzar mengulanginya satu atau dua kali.
Hadis dari Abdullah bin Mas’ud yang disepakati oleh al-Bukhâri dan Muslim, beliau berkata:
Seseorang datang kepada Rasulullah SAW dan berkata, “Wahai Rasulullah SAW, bagaimana pendapatmu tentang seorang yang mencintai suatu kaum tapi tidak mampu menyusul (amal shalih) mereka?” Maka Rasulullah SAW bersabda, “Seseorang akan bersama orang yang dicintainya.”
Hadis dari Abdullah bin Mas’ud riwayat al-Hâkim dalam al- Mustadrak, beliau berkomentar, “Hadis ini shahih isnâd-nya meski tidak dikeluarkan oleh al-Bukhâri dan Muslim.” Ibnu Mas’ud berkata; Rasulullah SAW pernah bersabda kepadaku:
Wahai Abdullah bin Mas’ud! Ibnu Mas’ud berkata, “Ada apa ya Rasulullah (ia mengatakannya tiga kali).” Rasulullah bertanya, “Apakah engkau tahu, tali keimanan manakah yang paling kuat?” Aku berkata, “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.” Rasulullah bersabda, “Tali keimanan yang paling kuat adalah loyalitas kepada Allah, dengan mencintai dan membenci (segala sesuatu) hanya karena- Nya.” (al-Hadis)
Hadis dari Umar bin al-Khathab, diriwayatkan oleh Ibnu Abdil Bar dalam at-Tamhîd, Rasulullah SAW bersabda:
Allah mempunyai hamba-hamba yang bukan nabi dan bukan syuhada, tapi para nabi dan syuhada tertarik oleh kedudukan mereka di sisi Allah. Para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, siapa mereka dan bagaimana amal mereka? Semoga saja kami bisa mencintai mereka.” Rasulullah saw. bersabda, “Mereka adalah suatu kaum yang saling mencintai dengan karunia dari Allah. Mereka tidak memiliki hubungan nasab dan tidak memiliki harta yang mereka kelola bersama. Demi Allah keberadaan mereka adalah cahaya dan mereka kelak akan ada di atas mimbar-mimbar dari cahaya. Mereka tidak merasa takut ketika banyak manusia merasa takut. Mereka tidak bersedih ketika banyak manusia bersedih.” Kemudian Rasulullah SAW membacakan firman Allah: “Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati." (TQS. Yunus [10]: 62)
Hadis Muadz bin Anas al-Jahni bahwa Rasulullah SAW bersabda:
Siapa saja yang memberi karena Allah, menolak karena Allah, mencintai karena Allah, membenci karena Allah, dan menikah karena Allah, maka berarti ia telah sempurna imannya. Abû Isa berkata, hadis ini Hasan. Juga dikeluarkan oleh al-Hâkim dalam al-Mustadrak. Ia berkata hadits ini shahih isnadnya meski tidak dikeluarkan oleh al-Bukhâri dan Muslim. Abû Dawud telah meriwayatkannya dari hadits Abû Umamah. Tapi dalam riwayatnya ia tidak menuturkan lafadz “Wa Ankaha Lillah” (dan menikah karena Allah).
Disunahkan orang yang mencintai saudaranya karena Allah untuk mengabari dan memberitahukan cintanya kepadanya. Hal ini berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Abû Dawud dan at- Tirmidzi. Ia berkata hadits ini hasan dari Miqdad bin Ma’di dari Nabi SAW beliau bersabda:
Jika seseorang mencintai saudaranya karena Allah, maka kabarkanlah bahwa ia mencintainya.
Juga berdasarkan hadis riwayat Abû Dawud dengan sanad yang shahih dari Anas bin Malik:
Ada seorang laki-laki berada di dekat Nabi saw, kemudian kepadanya lewat seorang laki-laki lain. Laki-laki yang di dekat Rasul SAW berkata, “Wahai Rasulullah SAW! Sungguh aku mencintainya.” Maka Rasulullah bertanya, “Apakah engkau sudah memberitahukannya?” Ia menjawab, “Belum.” Rasulullah bersabda, “Beritahukanlah kepadanya!” Kemudian ia pun mengikutinya dan berkata, “Sungguh aku mencintaimu karena Allah.” Laki-laki itu pun berkata, “Semoga engkau dicintai Allah, yang karena-Nya engkau mencintaiku.”
Juga bedasarkan hadits riwayat al-Bazâr dengan sanad hasan dari Abdullah bin Amr, ia berkata; Rasulullah SAW bersabda:
Siapa yang mencintai seseorang karena Allah, kemudian seseorang yang dicintainya itu berkata, “Aku juga mencintaimu karena Allah.” Maka keduanya akan masuk surga. Orang yang lebih besar cintanya akan lebih tinggi derajatnya daripada yang lainnya. Ia akan digabungkan dengan orang-orang yang mencintai karena Allah.
Yang paling utama di antara dua sahabat yang saling mencintai adalah yang paling besar cintanya. Hal ini berdasarkan hadis riwayat Ibnu Abdil Bâr di dalam at-Tamhîd, al-Hâkim di dalam al-Mustadrak, dan Ibnu Hibban di dalam Shahih-nya dari Ibnu Annas, Rasulullah bersabda:
Tidaklah dua orang saling mencintai karena Allah selamanya, kecuali yang paling utama dari keduanya adalah yang paling besar kecintaannya kepada sahabatnya.
Ditulis kembali oleh: Achmad Mu'it
Disadur dari buku: Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah, Jakarta, Cetakan ke-5, April 2008
0 Komentar