Topswara.com -- Ulama asal Madura KH Thoha Al Kholili membeberkan tentang makna hijrah dan kemerdekaan.
"Marilah kita memaknai tahun hijrah dengan sebaik-baiknya. Makna hijrah di sini adalah pindah. Pindah di sini adalah perubahan," tuturnya dalam Focus Group Discussion (FGD) #30: Makna Hijrah Meraih Kemerdekaan Hakiki Menurut para Tokoh, di saluran YouTube Pusat Kajian Analisis dan Data (PKAD), Sabtu (14/8/2021).
Menurutnya, makna hijrah bukan sekadar pindah dari satu tempat ke tempat yang lain dengan kondisi yang sama, melainkan melakukan perubahan yang lebih baik.
"Bukan pindah dari nol ke nol, bukan pindah dari bodoh ke bodoh, bukan pindah dari tempat yang nista ke tempat yang nista, bukan pindah dari ketidakpastian menuju ke semakin semrawutan. Tapi makna al hijrah adalah perubahan, yaitu perpindahan yang bisa melakukan perubahan yang lebih baik, lebih optimal," ungkapnya.
Kiai Thoha menjelaskan, karena Muharram memiliki keistimewaan, maka umat Islam pun mesti mengistimewakannya dengan mengambil pelajaran dari keistimewaan tersebut dan menjadikannya momentum untuk melakukan perubahan.
"Kita bisa ambil pelajaran, kita bisa jadikan momentum (untuk) kita melakukan perubahan di bulan istimewa itu di bulan hijrah. Perubahan ke arah yang lebih baik," terangnya.
Lebih lanjut Kiai Thoha menjelaskan bahwa umat Islam perlu memaknai lagi tentang bagaimana penentuan awal mula penanggalan Hijriyah, yaitu dari hijrahnya kaum muhajirin bersama Rasulullah SAW ke Madinah.
"Diawali dari hijrah. Hijrahnya muhajirin bersama Rasulullah ke Madinah. Inilah yang seharusnya kita maknai dengan sebaik-baiknya," imbuhnya.
Sementara itu, Kiai Thoha mengatakan ada lagi keistimewaan, bulan Muharram tahun ini bertepatan dengan Hari Kemerdekaan Indonesia. "Bukan suatu kebetulan, tetapi ini adalah ketentuan dari Allah," ungkapnya.
Ia mengajak masyarakat merenungi tentang makna kemerdekaan dan introspeksi apakah bangsa ini betul-betul sudah merdeka.
Menurutnya, kemerdekaan atau istiqlal atau hurriyah atau baro'ah bermakna terbebas, tidak terikat dikte belenggu apa pun, memiliki kemandirian, memiliki aturan yang bukan menjiplak aturan penjajah.
"Oleh karena itu, apakah kita betul-betul punya istiqlal, hurriyah yang betul-betul bebas dari aturan mana pun, tidak terbelenggu dengan undang-undang mana pun?" tanyanya.
Kiai Thoha mengatakan, untuk mendapatkan kemerdekaan yang sesungguhnya itu umat harus bisa melepaskan diri dari sistem dan cara pandang penjajah.
"Untuk ini kita harus bisa melepaskan diri, harus huriyah, harus istiqlal dari sistem mereka (penjajah), dari nizom mereka, dari cara berpikir mereka, dari perang pemikiran mereka," tegasnya.
Kiai Thoha mengingatkan, agar bangsa ini betul-betul memiliki kemerdekaan dalam menjalankan syariat, umat harus melakukan perubahan. Karena itu ia mengajak umat agar mendalami kembali tentang makna hijrah, bukan hanya euforia dengan tahun hijrah dan hari kemerdekaan.
"Bagaimana kita bisa betul-betul mandiri menjalankan syariah? Kapan kemerdekaan kita? Inilah perlunya kita ini bagaimana mendalami lagi, menggali lagi agar bagaimana kita hijrah, perpindahan yang (membawa) perubahan," ujarnya.
Ia pun mengajak umat melakukan perubahan agar kejayaan sebagaimana dijanjikan oleh Allah dapat diraih.
"Kita semakin yakin dengan kejayaan yang Allah janjikan kepada kita, kejayaan ini hanya untuk mukminin. Oleh karena itu mudah-mudahan kita betul-betul melakukan perubahan, perpindahan yang lebih baik," pungkasnya.[] Saptaningtyas
0 Komentar