Topswara.com -- Di tengah pandemi yang serba sulit, pemerintah melalui Kemendikbudristek akan memberikan bantuan TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) melalui Dana Alokasi Khusus (DAK). Kabarnya salah satu bantuan tersebut berupa laptop yang akan diberikan kepada sekolah-sekolah di Indonesia yang belum memiliki TIK memadai. Tidak main-main pemerintah menggelontorkan dana 2,4 triliun untuk pengadaan 240 ribu laptop untuk pelajar.
Sungguh hal ini merupakan berita menggembirakan, inilah bukti pemerintah peduli terhadap pendidikan dengan memberikan fasilitas belajar yang memang menjadi perangkat penting dalam pembelajaran jaman sekarang. Jika dihitung secara matematis anggaran 2,4 triliun akan menghasilkan dana 10 juta per laptop. Dengan dana 10 juta sudah memadai jika dibelanjakan untuk laptop kekinian dengan prosesor Core i5 dengan RAM 8 GB.
Namun bayangan mendapatkan laptop canggih mendadak pupus dikarenakan spesifikasi dari laptop yang di anggarkan sudah diatur dalam peraturan menteri. Dalam peraturan menteri tersebut spesifikasi yang disebutkan merupakan spesifikasi rendah untuk anggaran pengadaan laptop dengan budget 10 juta. Hal inipun menuai banyak perbincangan hingga trending di media sosial.
Menanggapi hal tersebut Kepala Biro Perencanaan Kemendikbudristek M Samsuri meluruskan bahwa harganya tidak mesti Rp 10 juta dan spesifikasi chromebook. Memang terdapat spesifikasi minimal seperti yang disebutkan di Permendikbud nomor 25 tahun 2021.
Beliau menyebutkan bahwa, paket TIK ini bukan hanya laptop saja. Tapi juga peralatan lain seperti router, printer, dan scanner. Total ada 17.510 wireless router, 10.799 proyektor, 10.799 konektor, 8.205 printer, dan 6.527 scanner. Misalnya harga laptopnya Rp6 juta-Rp7 juta, maka sisanya untuk membeli perlengkapan pendukung tadi. (Sindonews, 2/7/2021).
Meskipun dengan perincian semacam itu, masyarakat masih penasaran, sebab budget untuk peralatan yang lain masih terlalu besar jika dirata-rata dengan harga printer, scanner, proyektor dan lain-lain dipasaran. Selain itu publik juga bertanya mengapa pemerintah memberikan spesifikasi chromebook secara detail. Ternyata hal ini berkaitan dengan program pemerintah untuk membeli produk lokal sebagai bukti kecintaan terhadap produk dalam negeri. Namun sayang, jika dibandingkan dengan merk luar negeri yang memiliki kapasitas mirip dengan yang disebut pemerintah, maka masih banyak yang lebih canggih dan harga lebih murah dibandingkan dengan yang dimiliki oleh merk lokal.
Di masa pandemi, sekolah dan murid banyak terkendala saat melakukan pembelajaran. Tidak hanya dalam kondisi daring, pembelajaran tatap muka saja masih banyak daerah yang mengalami berbagai kendala. Sedangkan dalam teknologi, dunia pendidikan kita tidak hanya bermasalah dalam penyediaan perangkat elektronik semisal laptop, namun yang lebih penting lagi, koneksi internet negeri kita masih terpusat di daerah-daerah perkotaan saja. Itupun masih harus membayar, baik kuota maupun WiFi.
Bagaimana kondisinya dengan yang jauh dari kota? Jangankan internet lancar, listrik saja masih banyak yang belum stabil. Lantas dengan program laptop ini apakah mampu menjawab tantangan Pendidikan yang ada? Khawatirnya program dengan dana yang begitu besar ini hanya akan mensejahterakan orang-orang yang terlibat dengan proyek pengadaan saja.
Dunia kapitalis memang pragmatis dan sekuler. Mereka tidak punya empati dan hati terhadap kondisi pandemi. Kita bisa melihat kondisi disekitar kita, apakah sudah dirasakan perlu dan mendesak untuk pengadaan paket TIK tersebut? Bukankah pembelajaran saat ini masih daring? Lantas untuk siapa peralatan tersebut? Sedangkan pemerintah sendiri juga belum bisa memprediksi kapan pandemi berakhir dan pembelajaran bisa kembali bertatap muka.
Terkait hal ini, Rasulullah SAW bersabda: “Ya Allah, siapa yang mengemban tugas mengurusi umatku kemudian ia menyusahkan mereka, maka susahkanlah dia; dan siapa yang mengemban tugas mengurusi umatku dan memudahkan mereka, maka mudahkanlah dia.” (HR Muslim dan Ahmad).
Melihat fakta yang ada disekitar kita, masihkan kita berharap lebih pada sistem yang saat ini? Tidakkah kita tergerak untuk mencari sistem alternatif yang telah terbukti mampu membawa kesejahteraan bagi seluruh umat.
Wallahu a'lam bishawwab
Oleh: Isna Yuli
(Sahabat Topswara)
0 Komentar