Topswara.com -- Ikhwani rahimakumullah, mungkinkah kedua remaja itu punya ghirah begitu tinggi bila tidak ditanamkan oleh kedua orang tuanya?
Mungkinkah keduanya punya kecemburuan agama begitu dahsyat bila orang itu hanya hanya menyuruhnya studi dan studi mengejar nilai dan kelulusan?
Mungkinkah Muadz bin Amru bin al-Jamuh kemudian terus berjuang bahkan berani memutuskan tangannya sendiri yang sudah terluka parah, bila orang tuanya hanya menyuruhnya permainan dan bermain layaknya anak-anak yang lain?
Sungguh, kitalah para orang tua yang punya andil besar menanamkan ghirah pada agama, atau justru yang mematikan ghirah itu dalam akal dan perasaan anak-anak kita.
Berapa banyak orang tua yang memfokuskan anak-anak mereka hanya studi, karir, atau malah hiburan belaka.
Begitu pula tidak sedikit orang tua yang menyuruh anaknya mengaji atau menghafal Al-Qur'an tapi kitab suci itu dijauhkan dari hati dan akal mereka. Sehingga anak-anak mereka tak lebih dari murottal MP3 yang dapat diputar tapi kosong dari ghirah terhadap agama.
Anak-anak seperti itu bukan mustahil tumbuh sebagai Muslim tapi tak punya pembela dan kebanggaan sebagai Muslim. Akan bisa jadi mereka ada di barisan terdepan meredam ghirah umat Islam, dan melindungi para penista agama mereka sendiri. Para ulama punya nasehat yang perlu diperhatikan (siapa yang terbiasa dengan sesuatu, ia akan dewasa pada kebiasaan).
Apa yang harus dilakukan orang tua agar anak-anak mereka memiliki ghirah pada Islam?
Pertama, tanamkan keyakinan bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang benar, agama lain adalah bathil dan jelaskan kekeliruannya secara aqliyah dan naqliyah. Insyaallah keyakinan mereka pada Islam bukanlah atau doktrin, tapi dibangun berdasarkan peran yang jernih dan kuat.
Kedua, sampaikan keutamaan cinta kepada Allah dan kepada Rasulullah serta bagaimana para sahabat memuliakan Rasulullah SAW dan mencintai beliau, bagaimana para sahabat tidak pernah meninggikan suara di hadapan beliau, berebut mendahulukan urusan beliau, bahkan sampai meninggalkan urusan keluarga termasuk orang tua mereka demi Rasulullah.
ketiga, bacakan kisah kisah perjuangan para sahabat dan kaum salafus shalih dalam membela agama. Misalnya kisah pengorbanan Abu Bakar as-Siddiq dalam menemani hijrah Rasulullah SAW dan apa yang ia lakukan di dalam gua untuk menjaga dan melindungi Rasulullah dari sengatan binatang berbisa.
Keempat, tanamkan pada mereka untuk memuliakan orang-orang yang berjuang dijalan Islam dan membenci perbuatan orang-orang yang menghalangi dakwah Islam. Dengan begitu mereka tidak akan salah memilih persahabatan detik sejak dini mereka telah memiliki kecenderungan untuk berkawan dengan orang-orang shalih dan menjauhi orang-orang fasik.
Mulailah sejak dini menanamkan ghirah dalam pribadi anak-anak kita, agar mereka tumbuh sebagai pembela kemuliaan agama dan jauh dari sifat fasik dan pengecut yang dimurkai Allah SWT.
Bersambung...
Ditulis kembali oleh: Munamah
Disadur dari buku: DNA Generasi Pejuang (bagian pengantar penulis), Bogor, Cetakan ke-1, Maret 2017.
0 Komentar