Topswara.com-- Master Training Cinta Qur’an Ustaz Harun Ar-Rasyid menjelaskan, berbagai persiapan sebelum memasuki jenjang pernikahan.
“Ini persiapan yang harus disiapkan sebelum nanti masuk ke jenjang pernikahan. Supaya jadi ayah ibu dan suami istri yang sehat,” tuturnya dalam acara Kajian Pranikah: Mengenal Potensi Diri Menuju Pernikahan di kanal YouTube Majelis Gaul, Kamis (15/07/2021).
Harun menjelaskan panduan untuk mengenal potensi diri menuju pernikahan. “Pertama, tentu kita mesti bertanya dulu, ‘Siapakah sesungguhnya diri kita?’ Dalam arti ini untuk introspeksi saja,” katanya.
“Yakinlah, semua sudah paham, kita adalah makhluk Allah SWT yang memiliki kadar atau potensi tertentu yang khas dan berbeda dengan makhluk lain. Jadi manusia adalah makhluk yang istimewa yang Allah dimuliakan," jelasnya.
Ia menukil Al-Qur’an surat Al Israa’ ayat 70 وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ, Dan sungguh Allah telah memuliakan anak cucu Adam. “Manusia adalah makhluk Allah SWT yang paling utama. Ini harus kita sadari, potensi manusia bisa lebih utama dari malaikat. Tapi hati-hati juga, manusia bisa lebih rendah dari binatang. Tergantung apakah kita bisa atau tidak menjaga kemuliaan itu,” terangnya.
Lebih lanjut, Harun menukil kembali Al-Qur’an surat Al-A’raf ayat 179
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ, Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia. “Siapa itu? لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا, mereka yang telah diberikan hati yakni akal, akan tetapi mereka tidak menggunakannya untuk memahami ayat-ayat Allah,” ujarnya.
“وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا,
Mereka juga telah diberikan mata, tetapi mereka tidak menggunakan matanya untuk menyimak melihat ayat-ayat Allah,” imbuhnya.
Harun menerangkan lebih lanjut,
وَلَهُمْ آذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا bahwa mereka juga telah diberikan telinga, tetapi mereka tidak menggunakan telinganya untuk mendengar ayat-ayat Allah.
“أُولَٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ, manusia
dan jin yang seperti itu seperti binatang ternak, بَلْ هُمْ أَضَلُّ bahkan lebih sesat. أُولَٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ merekalah orang-orang yang lalai,” lugasnya.
Ia menegaskan, manusia lebih mulia dari yang lain karena faktor akal dan menjadi modal utama menjadi hamba Allah SWT yang shalih dan khalifatul fil ardh, jadi pemimpin dimuka bumi.
“Allah SWT sudah ciptakan dengan ciptaan terbaik لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسٰنَ فِىٓ أَحْسَنِ تَقْوِيْمٍ Dan sungguh benar-benar kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang terbaik. Syukuri, termasuk potensi hidup yang terbaik yaitu akal,” terangnya.
Selanjutnya, Harun menerangkan bahwa setiap makhluk-Nya memiliki kadar tertentu untuk menjadi potensi hidup yang berbeda dengan yang lain.
“Pertama, manusia diberikan potensi kehidupan ya berupa fisik dan naluri-naluri. Kedua, diberi potensi kemanusiaan yaitu akal,” terangnya.
Harun mengatakan, dalam konteks potensi fisik, maka Allah SWT mewajibkan untuk memakan makanan yang halalan thayiban. “Thayib kata Imam Ibnu Katsir yakni zat-zatnya bermanfaat bagi tubuh, tidak merusak akal, tidak merusak tubuh, dan tidak merusak saraf,” ungkapnya.
“Pemuda remaja wajib menjaga tubuhnya, karena dia akan mengemban ke depan sebuah amanah yang sangat besar, yakni mengemban sebuah rumah tangga. Jadi pemimpin utamanya yang laki-laki butuh kekuatan fisik. Yang ibu-ibu, yang akhwat juga butuh kekuatan fisik untuk melahirkan generasi terbaik,” paparnya.
Ia mengingatkan, makanan-makanan yang merusak turunan hanya akan melahirkan dan menghasilkan keturunan yang lemah secara fisik. “Makanan kita berkaitan dengan maaf dengan sperma, darah, dan zat-zat yang akan diturunkan ke anak-anak kita,” ujarnya.
“Mengonsumsi makanan yang tidak halal dan tidak thayib, itu sama dengan memberikan menabung investasi generasi lemah di masa yang akan datang. Makanan itu harus menyehatkan, sekaligus mentakwakan diri kita, dan menyehatkan dan mentakwakan generasi berikut. Itu catatannya tentang makanan,” urainya gamblang.
Harun melanjutkan penjelasannya, yang perlu diperhatikan adalah olahraga. “Ingat, Rasul bersabda bahwa Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih Allah cintai di pada mukmin yang lemah. Kalau perlu tubuh orang-orang Mukmin itu kekar, sehat, berotot,” tegasnya.
“Kemudian istirahat yang cukup dan pola tidurnya harus diubah. Kalau mencontoh pola tidur Rasul, Rasul tidurnya hanya tiga waktu, yaitu pertama, setelah shalat Isya; kedua, menjelang Shubuh; ketiga, beliau tidur menjelang dzuhur (qailulah). Setelah itu tidak ada tidur tapi beraktivitas,” ungkapnya.
Terakhir Harun menjelaskan agar menjaga kebersihan. “Kebersihan diri dan lingkungan. Ini menjadi hal yang penting bagi fisik kita. Ini saya kira sudah banyak diabaikan,” pungkasnya.[] Reni Tri Yuli Setiawati
0 Komentar