Topswara.com -- Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman (PPOT) di Balai Besar Karantina Pertanian (BBKP) Surabaya
Salah satu godaan yang sering dihadapi Mochammad Mukzi adalah adanya tawaran ‘tips’ atau ‘uang transpor’ dari klien terperiksa. Godaan tersebut kerap datang sejak 2007, sejak dirinya menjadi seorang Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) di Balai BesarKarantina Pertanian (BBKP) Surabaya.
Di awal bertugas, Mukzi kaget, mengapa dirinya diberi uang transpor oleh pihak terperiksa. Ketika hendak menerimanya, hatinya pun langsung bergetar tak tenang, maka ia tolak pemberian itu. Lalu dalam suatu forum kajian Islam bulanan di Malang, ia pun bertanya kepada aktivis senior sebuah kelompok Islam Kaffah di Kecamatan Pakis, Malang.
“Apa hukumya seorang pegawai menerima 'tips' atau 'uang transpor' dari klien terperiksa?” ujar Mukzi.
Yang ditanya balik bertanya, “Apakah transpor pemeriksaan itu tanggungan kantor karantina atau dari terperiksa?”
“Sudah dapat dari kantor karantina,” kata Mukzi.
Lalu aktivis senior pun membacakan hadis HR Bukhari nomor 6979 dan Muslim nomor 1832 yang menggambarkan betapa marahnya Rasulullah SAW kepada petugas pemungut zakat yang menerima hadiah dari si wajib zakat.
“Kesimpulannya Tadz, tips dan transpor tersebut 'mboten angsal dan termasuk ghulul (harta yang diperoleh dengan cara haram),” tegas sang senior.
Mukzi pun manggut-manggut merasa puas.
Sejak saat itu, setiap ada percobaan penyuapan terselubung itu ditolaknya dengan tegas. Dan ia pun tetap berupaya menjalankan tugasnya dengan jujur serta tetap istiqamah hingga akhir hayatnya pada Rabu 30 Nopember 2016.
Begitu kabar meninggalnya tersiar, panpage facebook resmi Badan Karantina Pertanian (Barantan) pada 1 Desember 2016 menuliskan bela sungkawanya “Perginya Sosok Jujur Karantina Surabaya, Kemarin Malam....
#KarantinaBerduka #KarantinaSurabaya
Berdedikasi, jujur, tidak neko-neko. Tak pernah mau terima tip dari siapapun. Itulah sosok almarhum Bpk. Mukzi, seorang POPT di
BBKP Surabaya yang kemarin telah dipanggil menghadap Tuhannya.
Luar biasa. Figur harapan Barantan. Sayangnya Allah memanggilnya sangat cepat, di usia yang belum genap 40 tahun. Masih muda. Namun, takdir Allah telah mendahuluinya.
Almarhum meninggal dalam kecelakaan setelah menunaikan tugasnya, melakukan pemeriksaan di Kantor Pos dan JNE. Motornya
dihantam mobil dari depan dan samping.
Jenazah Almarhum dimakamkan di Bojonegoro setelah dishalatkan di masjid (01/12). Di masjid ini pula almarhum biasa memberikan bimbingan kepada masyarakat semasa hidupnya.
Almarhum meninggalkan seorang istri dan 4 orang putra yang masih kecil. Semoga almarhum Bpk. Mukzi khusnul khatimah,
diterima segala amalnya, dan keluarga yang ditinggalkan diberikan kesabaran dan kekuatan.
Selamat jalan Sahabat. Allah lebih mencintaimu. Sungguh, Barantan kehilangan mutiara berharga hari ini....”
Selain dikenal karena kejujurannya, Mukzi juga tidak pernah canggung dalam berdakwah.
“Dia tidak pernah malu dan ragu membawa identitasnya sebagai pengemban dakwah, semua yang ditemui diajak diskusi tentang Islam, syariah, dan khilafah dan diberi 'hadiah' buletin Al-Islam dan tabloid Media Umat, termasuk kepada pejabat pemerintah yang kebetulan bertemu di bandara, pengguna jasa karantina tanaman, aparat TNI-Polri, kargo-perusahaan ekspedisi, rekan kerja sekantornya,” ungkap Etik Pibriani, istri almarhum.
Pernyataan Etik pun dibenarkan rekannya yang lain. “Beliau merupakan aktivis yang setiap pekan meminta 100 eksemplar Al-Islam untuk beliau sebar,” ungkapnya.Pernah ada yang tanya, salah satu pejabat di bandara, apa tidak takut mengedarkan Al-Islam ke instansi pemerintahan, bahkan di pangkalan TNI?
"Orang baik ketika bertemu kebaikan pasti tidak menolak. Kalau menolak berarti orang itu enggak benar," ujar Etik menirukan jawaban almarhum kepada si penanya.
Dan kepada teman-temannya yang tidak mau mengaji dan berdakwah, ia pun berkata: “Sugih, ngganteng, tapi enggak ngaji, gawe opo?! (kaya, tampan, tapi tidak mengaji, untuk apa?)
Terhadap putra-putranya ia selalu menyempatkan bercerita tentang dakwah, kisah-kisah hikmah, dan menanamkan pada diri mereka bahwa merekalah calon panglima yang sedang ditunggu-tunggu oleh umat.
Awalnya Pendiam
Pada 1998, lelaki kelahiran Bojonegoro, 14 September1980 merantau ke Malang untuk kuliah di Jurusan Hama dan Penyakit Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Pada tahun 2000, ia rajin mengikuti pengajian umum di kampus yang diselenggarakan aktivis kelompok Islam Kaffah. Hingga ia pun menyadari bahwa lingkungan kehidupan sehari-hari kaum Muslimin jauh dari ajaran Islam.
“Ia pun sangat sadar bahwa perubahan masyarakat hanya dengan dakwah berkelompok, makanya ia gabung dengan kelompok Islam kaffah tersebut. Sejak itu, dakwah Islam bersama kelompok tersebut pilihan hidupnya, hingga memilih jodoh pun, ia utamakan yang bisa membuatnya istiqamah dalam dakwah,” ujar Tri Wahyu pembinanya kala itu.
Menurut Tri, awalnya Mukzi tidak banyak bicara.
“Bahkan saya harus mencari bahan pertanyaan untuk memulai diskusi. Di luar dugaan, setelah mengenal dakwah perubahan drastis terjadi, ia lebih grapyak (mudah bergaul) dengan target untuk mencari pertemanan dalam dakwah. Ia tak segan untuk mengenal terlebih dahulu dengan harapan bisa diajak dalam barisan dakwah,” ungkapnya kepada Media Umat.
Tri juga menyatakan almarhum terbilang jujur dan lugu namun berani. Ketika ia mengetahui hal yang benar maka tak segan untuk mengatakannya kepada siapa pun walaupun itu terasa pahit. Makanya bila tak mengenal sosok Mukzi secara dekat mungkin orang akan kaget. Karena bila ada yang meminjam barang, biasanya ia bertanya untuk apa. Lalu menjelaskan jika dipinjam untuk maksiat maka tak akan pernah boleh tetapi jika untuk ketaatan maka dia akan berdoa semoga ia pun mendapat pahala dari meminjamkannya.
“Dan hal itu dia sampaikan secara terang-terangan dengan harapan sebagai wasilah mendakwahi saudara-saudaranya semuslim. Bila ia tahu dalam posisi benar maka ia tak akan berpikir panjang untuk melakukan apa yang ia bisa lakukan untuk menunjukkan kebenaran tersebut,” pungkas Tri.
Semoga Allah menerima seluruh amal ibadahnya, mengampuni dosa dan kesalahannya dan memasukkannya ke surga. Aamiin.[]
Sumber: Taat Syariat Hingga Akhir Hayat (10 Kisah Menggugah Pejuang Khilafah yang Istiqamah Hingga Berkalang Tanah)
Oleh: Joko Prasetyo
(Jurnalis)
0 Komentar