Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

PPKM dan Vaksinasi, Solusi atau Ilusi Penuntasan Wabah?


Topswara.com -- Pandemi Covid-19 kian mengila. Menurut data Humas BNPB pada Kamis (1/7/2021). Total positif Corona mencapai 2.203.108 dan kasus sembuh kumulatif sebanyak 1.890. Sementara itu, hingga hari ini tercatat pasien Corona yang meninggal dunia di RI mencapai 58.995 kasus (detiknews.com, 01/07/2021)

Hal ini membuat pemerintah mencanangkan berbagai kebijakan guna menghambat dan menghentikan laju penularan kasus tersebut. Mulai dari memakai masker, jarak jarak, hingga mempertebal Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat(PPKM) Mikro. 

Pemerintah melakukan penebalan dan penguatan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro selama dua minggu, yaitu mulai tanggal 22 Juni hingga 5 Juli 2021. Kebijakan ini diambil mengingat perkembangan kasus Covid-19 menunjukkan tren kenaikan setelah lima pekan pasca libur Idul Fitri. (detikNews, 24/06/2021)

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto yang juga Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) menyampaikan, Presiden Joko Widodo menginstruksikan untuk dilakukan penguatan PPKM Mikro sebagai upaya menekan laju penyebaran kasus Covid-19.

"Bapak Presiden memberikan penegasan terkait operasionalisasi dan lapangan dari pelaksanaan PPKM Mikro," ujar Airlangga dalam keterangan tertulis, Kamis (24/6/2021).

Selain melakukan penebalan dan penguatan PPKM, pemerintah juga massif melakukan vaksinasi ke berbagai elemen masyarakat. Tujuannya yaitu menghambat laju penyebaran Covid-19. Namun, menjadi sebuah pertanyaan dalam diri kita. Benarkah vaksinasi dan penguatan PPKM mikro ala kapitalisme menjadi solusi tuntas terhadap pandemi saat ini. Ataukah semua itu hanya akan memperpanjang daftar usia penyebaran virus? 

Patut kita sadari, jika wabah tidak akan bisa dihambat atau dihentikan hanya dengan melakukan PPKM mikro selama dua minggu dan vaksinasi massif tanpa ada konsistensi guna mengatasi pandemi ini. Sebab, kita telah ketahui sendiri, bagaimana vaksinasi massif dilakukan, namun nyatanya kasus Covid-19 masih terus membumbung tinggi. 

Baca Juga
PPKM pun demikian, dari sejak pertama kasus ini membludak pemerintah telah melakukan PSBB, namun nyatanya kasus pun tak kunjung mereda, bahkan kian naik. Begitupun dengan PPKM mikro. Sepekan pelaksanaan PPKM mikro, kasus positif Covid-19 menunjukkan rekor capaian kasus tertinggi yaitu sebesar 24.836. Saat ini pemerintah menerapkan PPKM darurat dengan tujuan menekan laju penyebaran covid-19. (Tribunnews.com, 01/07/2021)

Gonta-ganti kebijakan dalam menyelesaikan satu problem membuktikan jika rezim kapitalis tidak benar-benar dalam meriayah rakyatnya. Tidak ada konsistensi dalam melakukan penguncian daerah atau lockdown. Semua kebijakan yang dikeluarkan guna menghambat laju penyebaran hanya sekedar ilusi belaka. Lihat saja, di saat semua masyarakat dilarang untuk bepergian, namun disisi lain pemerintah justru mengizinkan TKA Cina masuk dengan berbondong-bondong. Sungguh hal yang aneh bukan?

Namun, inilah faktanya. Pemerintahan dalam sistem kapitalisme, rela mengorbankan nyawa rakyatnya demi keuntungan individu-individu atau para kapital. Kepemimpinan hanya sebuah ladang guna meraup sebuah keuntungan. 

Berbeda dengan Islam yang berdiri di atas paradigma yang lurus. Islam beberapa abad silam telah mencontohkan kepada kita bagaimana cara mengatasi wabah seperti pandemi Covid-19 ini. Saat terjadi wabah khalifah Umar bin al-Khattab melakukan penguncian daerah atau lokcdown kepada daerah yang terkena wabah. Khalifah juga memenuhi seluruh kebutuhan logistik rakyatnya dan menyediakan sarana kesehatan terbaik guna menghentikan pandemi yang mendera rakyat. 

Alhasil, dengan keseriusan seorang khalifah dalam mengatasi pandemi, maka pandemi dapat diatasi dengan baik dan sempurna. 

Sang pemimpin dalam Islam senantiasa menjadikan nyawa rakyat sebagai prioritas utama yang harus diselamatkan. Mereka sungguh-sungguh dalam menuntaskan masalah yang membelit rakyatnya. Tidak ada unsur keuntungan individu, apalagi korporasi dalam diri pemimpin Islam. Semua yang mereka hanyalah meraih rida Allah terhadap amanah yang diembannya. 

Alhasil, kepemimpinan dalam Islam mampu menjadi ra'in dan junnah bagi rakyatnya, serta mampu menciptakan kesejahteraan hakiki. 
Wallahu a'lam bishawwab

Oleh: Siti Komariah, S. Pd. I.
(Pemerhati Masalah Umat)

Posting Komentar

0 Komentar