Topswara.com -- Orang Quraisy merasa terusik karena dari hari ke hari pengikut Rasulullah SAW mulai bertambah. Sementara itu, perundingan tidak langsung, tekanan, dan penyiksaan yang mereka lakukan tidak mampu memalingkan orang-orang dari keimanan baru mereka. Apalagi sejak Hamzah masuk Islam, ia sangat berperan dalam menopang dan membantu dakwah Rasulullah SAW.
Kaum Quraisy akhirnya menyusun rencana untuk melakukan perundingan secara langsung. Mereka berharap dengan perundingan langsung Rasulullah akan bisa mereka bujuk untuk meninggalkan dakwah yang mewajibkan kufur kepada akidah rusak dan apa saja yang bertentangan dengan akidah Islam.
Kaum Quraisy menunjuk Utbah bin Rabi’ah, seorang yang memiliki jiwa kepemimpinan, dikenal banyak orang, kuat dalam berargumentasi dan mampu melakukan penawaran dengan baik. Utbah datang kepada Rasulullah dan berkata : “ Wahai putra saudaraku, sungguh kamu bagian dari hidup kami, aku tahu betul kamu berasal dari trah yang mulia, begitu juga dengan kedudukan dan nasabmu. Aku juga tahu bahwa kamu datang kepada kaummu dengan membawa perkara besar, dengannya kamu cerai-beraikan persatuan mereka, kamu rendahkan mimpi-mimpi mereka, dan kamu caci-maki nenek-nenek moyang mereka. Sekarang tolong dengarkan aku, aku akan menawarkan kepadamu banyak hal, maka perhatikanlah tawaran ini, semoga ada di antara tawaran ini yang kamu terima,”.
Rasulullah SAW berkata: “ Wahai Abu Walid, katakanlah aku pasti mendengarkannya,”. Utbah berkata: “ Wahai putra saudaraku, jika kamu membawa perkara ini hanya untuk tujuan mendapatkan harta, maka kami telah mengumpulkan harta-harta kami untukmu, sehingga dengannya kamu akan menjadi orang terkaya di antara kami. Jika kamu inginkan kemuliaan, maka kami jadikan kamu ketua kami, sehingga tidak satupun perkara yang diputuskan tanpa kamu. Jika kamu ingin jadi raja, maka kami jadikan kamu raja kami. Dan jika yang datang kepadamu itu khadam jin yang membisiki kamu dan kamu tidak mampu menolaknya, maka kami carikan untuk kamu dokter dan kami berikan kepadanya harta-harta kami, sehingga kamu dapat lepas darinya, sebab seringkali jin menguasai seseorang, sampai seseorang itu di sembuhkan,”.
Rasulullah SAW adalah seoarang yang jenius dan sulit dijatuhkan ke dalam jerat politik. Setelah Utbah selesai berbicara, beliau berkata: “ Sudah selesai bicaramu, wahai Abu Walid?”. Utbah mengiyakan. Rasulullah berkata: “ Sekarang giliran kamu mendengarkan aku,”. “Baiklah,” Utbah menjawab.
Rasulullah berkata : “ Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Haa Miim. Diturunkan dari Tuhan Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui, yang membawa berita gembira dan yang membawa peringatan, tetapi kebanyakan mereka berpaling (darinya); maka mereka tidak (mau) mendengarkan. Mereka berkata: “Hati kami berada dalam tutupan (yang menutupi) apa yang kamu seru kami kepadanya,” (TQS Fushshilat [41]: 1-5).
Utbah mendengarkan dengan seksama apa yang dibaca Rasulullah sembari bersandar pada kedua tangan yang diletakkan di belakang punggungnya. Ketika sampai pada ayat sajadah: ”Dan sebagian dari tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah bersujud kepada matahari dan janganlah (pula) kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah yang menciptakannya, jika kamu hanya kepadanya saja menyembah” (TQS Fushshilat [4]: 37).
Rasulullah bersujud, kemudian berkata: “ Wahai Abu Walid, setelah kamu mendengarkan apa yang aku dengar, masihkah kamu dengan sikapmu?”
Bersambung...
Ditulis kembali oleh: Dadik Trisatya
Disadur dari buku Sirah Nabawiyah, Prof. DR. Muh. Rawwas Qol’ahji
0 Komentar