Topswara.com -- Setelah mendengarkan apa yang di baca oleh Rasulullah, Utbah merasa yakin bahwa Rasulullah seorang utusan Allah yang membawa risalah untuk manusia. Utbah merasa Rasulullah jauh dari keinginan mencari dunia. Beliau jauh berbeda dari pemimpin kebanyakan. Utbah merasa informasi tersebut harus segera disampaikan kepada kaumnya, serta menasihati mereka supaya tidak menganggu aktivitas Rasulullah.
Utbah bergegas menemui kaumnya yang sudah tidak sabar menunggu kedatangannya. Mereka melihat perubahan pada wajah Utbah. “ Apa yang terjadi denganmu, wahai Abu Walid?”. Utbah berkata: “ Yang terjadi denganku adalah bahwa aku mendengar perkataan, demi Allah, aku belum pernah mendengar perkataan yang serupa dengannya, ia bukan sya’ir, bukan sishir, bukan pula mantra. Wahai orang-orang Quraisy, turutilah aku, dan bersikaplah kepada Muhammad sebagaimana aku, biarkan Muhammad dengan aktivitasnya, dan lupakan permusuhan kalian dengannya. Demi Allah, ucapannya yang telah aku dengar darinya benar-benar merupakan berita besar. Jika diperoleh bangsa Arab, maka kalian akan merasa cukup dengannya saja tanpa yang lain, jika itu menguasai bangsa Arab, maka kekuasaanya juga kekuasaan kalian, kemuliaaanya juga kemuliaan kalian, dan dengannya kalian akan menjadi orang yang paling bahagia, ”.
Mereka berkata: “ Demi Allah, kamu telah kacau dengan ocehanmu, wahai Abu Walid,”. Utbah berkata:” Inilah pendapatku mengenai Muhammad, sedang kalian berbuatlah apa yang menurut kalian baik,”.
Para pemimpin Quraisy merasa yakin bahwa Utbah bin Rabiah tidak mampu memberikan argumentasi yang kuat untuk meyakinkan Muhammad agar berhenti menyebarkan pemikirannya. Mereka semakin marah, sebab harapan agar bisa menghentikan Rasulullah gagal.
Ajaran Islam terus menyebar dari rumah ke rumah, semakin hari pengikutnya semakin bertambah. Sementara itu kaum Quraisy semakin geram. Mereka tidak memiliki sarana dan prasarana untuk menghambat laju persebaran Islam. Tekanan demi tekanan yang mereka lakukan tidak berpengaruh sama sekali bahkan justru menambah keteguhan dan kesabaran pengikut Muhammad.
Pemuka Quraisy berencana mempertemukan Muhammad dengan pembesar Quraisy dari masing-masing suku. Mereka adalah utbah bin Rabi’ah, Syaibah bin Rabi’ah, Abu Sufyan bin Harb, an-Nadhar bin al-Harits, Abu al-Bakhtari bin Hisyam, al_aswad bin al-Muththalib, Zam’ah bin al-Aswad, al-Walid bin al-Mughirah, Abu Jahal bin Hisyam, Abdullah bin Abi Umayyah, al-‘Ash bin Wail, Nubaih dan Munabbih mereka berdua putra al Hajjaj, dan Umayyah bi Khalaf.
Mereka semua berkumpul untuk berunding dengan Muhammad. Hal itu mereka lakukan karena tidak ada seorang pun yang berhasil memberikan argumentasi yang memuaskan Rasulullah. Setelah semuanya berkumpul, mereka mengutus seseorang untuk memberitahu rencana tersebut kepada Rasulullah. Utusan tersebut berkata:” Sungguh, para pembesar kaummu telah berkumpul. Mereka ingin berbicara denganmu, untuk itu temuilah mereka, ”.
Rasulullah pun datang memenuhi undangan mereka. Beliau menduga bahwa seruannya mulai mendapatkan respon dari kaumnya. Beliau merasa optimis bisa membimbing mereka.
Bersambung...
Ditulis kembali oleh: Dadik Trisatya
Disadur dari buku Sirah Nabawiyah, Prof. DR. Muh. Rawwas Qol’ahji
0 Komentar