Topswara.com -- Pandemi Covid-19 semakin menjadi-jadi di Indonesia. Bahkan kondisi semakin mencekam sejak masuknya virus Corona varian baru yakni, varian delta (B1617.2). Bagaimana tidak, varian delta ini lebih cepat penyebarannya dibanding dengan varian lainnya. Virus Corona varian delta ini bisa bertahan di udara cukup lama sehingga seseorang bisa menghirupnya dan kemudian terinfeksi. Bahkan, hasil pelacakan di Australia pada kasus yang terjadi di salah satu pusat perbelanjaan South Wales menunjukkan penularan varian Delta bisa berlangsung dalam hitungan detik saat orang berpapasan tanpa masker.
Mirisnya, virus Corona varian Delta yang berasal dari India masuk ke Indonesia melalui 127 WNA India yang datang ke Indonesia dengan pesawat carteran dari Chennai (23/4), 12 orang positif Covid-19. Ditambah dengan datangnya kapal Filipina dari India yang tiba di Cilacap (25/4), menyebabkan 13 ABK positif Covid-19. Hingga saat ini kasus harian Corona di Indonesia melambung tinggi, per Jumat (9/7/2021) tercatat 38.124 warga yang terinfeksi Covid-19. Sementara total kasus akumulatif Covid-19 sudah melampaui dua juta kasus, berada di posisi ke-16 tertinggi dunia. (detiknews, 8/7/2021)
Tentu ini harus menjadi perhatian serius bagi pemerintah. Dengan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat pada 3 Juli - 20 Juli 2020, pemerintah hendaknya lebih tegas dalam mengambil kebijakan terkait WNA yang datang ke Indonesia. Bukan malah memberi angin segar bagi TKA Cina dan India masuk ke Indonesia dengan leluasa. Sebagaimana diketahui, sebanyak 20 tenaga kerja asing (TKA) dari Cina tiba di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Sabtu (3/7) malam. Puluhan TKA Cina itu masuk Indonesia di tengah pandemi yang kini melanda negeri. (cnnindonesia, 5/7/2021)
Sungguh sebuah ironi yang tergambar nyata pada rezim saat ini. Di saat banyak pengangguran di negeri sendiri karena pandemi yang tidak kunjung usai. Pemerintah malah dengan manis mempersilahkan TKA masuk ke Indonesia. Padahal terbukti sebaran kasus virus Corona varian baru adalah kasus yang diimpor, didapatkan dari mobilitas orang dan perjalanan internasional.
Alih-alih fokus menangani wabah, pemerintah justru malah lebih tunduk pada asing dan aseng. Inilah bukti kebobrokan dari sistem sekarang, sistem demokrasi, kapitalisme. Nyawa rakyat tidak berharga, materi tempat menghamba.
Sudah saatnya umat untuk sadar dan bangkit. Meninggalkan sistem kufur saat ini dan menggantinya dengan sistem Islam, yakni Khilafah. Dimana sistem ini yang berasal langsung dari Allah SWT. Tentu semua aturannya sesuai dengan fitrah manusia. Sistem Islam dengan pemimpinnya seorang Khalifah akan serius dan bersungguh-sungguh dalam menghadapi wabah ini.
Pada masa kekhalifahan Umar bin Khaththab juga pernah terjadi wabah penyakit menular. Diriwayatkan bahwa Khalifah Umar pernah keluar untuk melakukan perjalanan menuju Syam. Saat sampai di wilayah bernama Sargh, beliau mendapat kabar adanya wabah di wilayah Syam. Abdurrahman bin Auf kemudian mengabari Umar bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda, “Jika kalian mendengar wabah terjadi di suatu wilayah, janganlah kalian memasuki wilayah itu. Sebaliknya, jika wabah terjadi di tempat kalian tinggal, janganlah kalian meningggalkan tempat itu.” (HR Bukhari)
Khalifah akan memberikan pelayanan terbaik kepada rakyat yang terjangkit wabah dengan memisahkan yang sakit dan yang sehat. Rakyat yang sakit akan mendapatkan pelayanan kesehatan gratis dan perawatan yang maksimal. Khalifah menjamin semua ketersediaan alat-alat kesehatan serta tenaga medis yang handal.
Tidak hanya rakyat yang sakit, bagi rakyat yang sehat tapi dalam wilayah wabah, khalifah juga akan memberikan bantuan bahan pokok secara gratis dan bergizi. Dengan cara penanganan seperti itu pandemi bisa segera teratasi.
Wallahu a'lam bishawwab
Oleh: Sri Damini
(Aktivis Dakwah)
0 Komentar