Topswara.com -- Seorang penguasa diidentikkan sebagai raja, kepala negara ataupun pemimpin negara. Jabatan itu biasanya diwariskan seumur hidup hingga turun tahta ataupun hingga masa yang telah ditentukan. Tugas utama seorang penguasa tentunya mengurus rakyatnya agar tercapai kehidupan yang makmur dan sejahtera. Hari ini, penguasa adalah yang kita kenal dengan pemimpin negeri.
Menjadi seorang pemimpin tentu membutuhkan persiapan mental dan spiritual. Menyiapkan diri menjadi pelindung rakyatnya, menjadi pembakar semangat rakyat, menjadi penuntun generasi muda dan partner berpikir bagi generasi tuanya. Seorang pemimpin semestinya menjadi penyantun bagi rakyatnya yang berteriak kelaparan dan sebagai penyejuk hati di kala rakyat sedang butuh ketenangan dalam menghadapi segala macam persoalan.
Namun hari ini, dibawah roda kepemimpinan kapitalis sekuleris rakyat seakan dihadapkan pada dilema. Antara memiliki pemimpin yang menuai banyak kritikan masyarakat dengan cara kepemimpinannnya juga sekaligus menghadapi krisis mental para penguasa negeri yang kian nyata ditunjukkan dengan perilaku 'ajaib'nya. Hingga banyaknya masalah-masalah akibat kebijakan yang mereka tetapkan, kususnya di masa pandemi dan PPKM seperti ini.
Pada masa pandemi ini, bahkan kebijakan PPKM Darurat yang mereka terapkan saat ini seharusnya menjadi pertanda, bahwa negeri ini sedang tidak baik-baik saja. Rakyat mengharapkan kebijakan dan tindakan yang dilakukan penguasa merupakan bukti perhatian atas fokus pada pemenuhan kebutuhan rakyat. Akan tetapi, justru ditengah-tengah diterapkannya PPKM Darurat, seorang pejabat negeri malah asyik menonton dan mengulas cerita sinetron yang ditontonnya selama PPKM kepada publik, dengan alasan untuk tingkatkan imun (Suara.com, 17/7/2021). Bahkan penguasa yang lain malah keluar negeri tanpa ada alasan yang jelas saat krisis negaranya melanda (Tempo.co, 18/7/2021). Kuat dugaan juga ada anak seorang pejabat negeri yang pergi ke luar negeri saat PPKM Darurat diberlakukan (Suara.com, 16/7/2021).
Melihat perilaku penguasa di era kapitalis sekuler hari ini adalah sebuah dilema bagi rakyatnya. Dekadensi mental seorang “pemimpin amanah” semakin menunjukkan bahwa sistem ini telah banyak mengikis pemikiran para penguasa negeri. Hilangnya sense of crisis sangat disayangkan oleh para pengamat dan tokoh masyarakat. Beragam fakta di atas mengambarkan mentalitas para penguasa tidak lagi menunjukan orientasi melayani pemenuhan kebutuhan rakyatnya dengan serius.
Inilkah sistem kapitalis sekuleris yang ingin dipertahankan rakyat? Sistem yang notabene terlihat semakin buruk, dan dampak yang dialami rakyat dari penerapan sistem ini kian nyata. Lantas, adakah sistem yang mampu mewujudkan seorang pemimpin ataupun penguasa hebat dengan mentalitas baja sebagai pelindung rakyat?
Semenstinya pemimpin merupakan milik rakyat, bukan hanya milik segelintir golongan atau kelompok tertentu saja. Mereka seharusnya menyadari mengapa mereka dipilih menjadi seorang pemimpin. Tentu karena rakyat percaya dan berharap penuh bahwa mereka mampu membawa kesejahteraan pada rakyatnya. Amanah yang dibawa seorang pemimpin akan terus diupayakan agar setiap persoalan rakyat dapat mereka atasi dan memberikan solusi terbaik di dalamnya. Seperti itulah sosok pemimpin Islam yang pernah ada di muka bumi.
Rasulullah SAW, para sahabat, khulafaur rasyidin dan para khalifah di masanya telah menunjukkan perannya sebagai seorang pemimpin, kepala negara dan penguasa negeri di masa daulah Islam kaffah. Mereka senantisa memegang amanah kekuasaan dan bertugas demi melayani rakyat semata. Tidak ada kata pamrih ataupun muncul dalam pikiran mereka saat menjadi seorang penguasa, ingin mengambil keuntungan atau memanfaatkan rakyatnya hanya demi kepentingan pribadi atau kelompok mereka semata.
Para penguasa Muslim sangat takut pada Azab Allah. Karena mereka sadar, disebutkan dalam Al-Qur'an jika menjadi penguasa zalim maka bersiaplah menerima hukuman pedih darti sang Maha Kuasa Allah Ta’ala. Sistem Islam akan selalu menempa mental para pemuda dan generasi penerusnya dengan kekuatan iman, kekuatan fisik, mental dan pendidikan terbaik, demi menciptakan sosok pemimpin cerdas, sebagai penguasa amanah dunia di masa yang akan datang.
Maka, mental penguasa seperti apa yang ingin rakyat miliki hari ini? Mental kuat, amanah dan cerdas memimpin umat dengan tempaan sistem Islam, atau penguasa dengan krisis mental yang semakin melemah akibat terpapar sistem rusak kapitalisme sekularisme saat ini? Tentulah memilih sistem terbaik yang pernah ada, demi terciptanya kemaslahatan seluruh umat manusia.
Wallahu a'lam bishawwab
Oleh: Desi Wulan Sari, M.,Si.
(Pegiat Literasi dan Pengamat Sosial)
0 Komentar