Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Begini Faktor Eksternal yang Jadi Alasan Menunda Nikah


Topswara.com-- Membahas faktor-faktor yang membuat seseorang menunda menikah, Analis Muslimah Voice dan Dosol Uniol 4.0 Diponorogo Ika Mawarningtyas paparkan alasannya.

"Apabila dibahas alasan-alasan yang sering muncul dijadikan belenggu yang memenjara untuk tidak bersegera menikah dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Membahas faktor eksternal yang menjadi alasan menunda menikah adalah sebagai berikut," tuturnya dalam Kuliah Online Uniol 4.0 Diponorogo: Telat Nikah, Betulkah Alasan Kondisi Ekonomi Lebih Dominan daripada Agama? Rabu (7/7/2021) di WhatsApp Group Uniol 4.0 Diponogoro.

Pertama, menurutnya adalah ekonomi. Ia menjelaskan, pekerjaan masih serabutan, belum punya pekerjaan, belum punya rumah, belum punya mobil, atau belum punya begini-begitu, terkadang sering dijadikan belenggu yang memenjara dirinya sendiri. Padahal, Allah SWT telah menjamin setiap rezeki makhluk-Nya yang bernyawa. 

Begitu juga yang menikah demi menjalankan ibadah, ia menegaskan, pasti Allah SWT akan mencukupkan rezeki untuk keduanya. “Ada tiga golongan, Allah mewajibkan atas Zatnya untuk membantunya: (yaitu) orang yang berjihad di jalan Allah, orang yang menikah untuk menjaga kehormatan diri dan budak yang berusaha membeli dirinya sendiri hingga menjadi orang merdeka (HR. Ahmad dan at-Tirmidzi)," kutipnya.

Menurutnya, sesungguhnya dengan adanya hadis di atas lebih meyakinkan diri untuk bersegera menikah. Selain itu, ia mengingatkan, Allah SWT senantiasa memenuhi kebutuhan hamba-Nya. "Begitu dengan orang yang akan menikah. Ataukah terkadang ada beralasan belum memiliki pekerjaan tetap. Definisi pekerjaan tetap ini seperti apa?" tukasnya.

Sebenarnya apabila manusia senantiasa bekerja dan berusaha, ia mengatakan, Allah SWT akan melewatkan rezeki itu dari pintu mana saja. "Tidak boleh bersembunyi dengan perkataan belum ada pekerjaan tetap atau penghasilan tetap. Karena sejatinya, apa yang kita hasilkan adalah jerih payah dari usaha kita," jelasnya.

Ia memaparkan, apabila hasil yang diharapkan belum terpenuhi, berusaha lagi dan berdoa, semoga dengan itu Allah SWT bukakan rezeki dari pintu mana saja. Selain itu, jangan melalaikan kewajiban syariat yang lainnya. Oleh karena itu, ia mengatakan, seharusnya, sebagai seorang laki-laki, jika sudah baligh menyiapkan diri untuk menikah dengan mencari nafkah.

Begitu juga perempuan, jangan pernah meremehkan laki-laki yang melamar karena pekerjaan yang masih belum mapan. Selama dia tanggung jawab dan mau bekerja di jalan yang halal, kenapa tidak?

Kedua, keluarga. Ia memberikan contoh, salah satunya, masih menjadi tulang punggung keluarga. Yaitu, sebagai anak, karena sibuk bekerja dan menafkahi keluarganya, sampai tidak segera menikah. "Sebenarnya, secara finansial dan ekonomi sudah teruji dalam mencari nafkah. Oleh karenanya, jangan sampai hal itu membuat untuk menunda nikah," bebernya.

"Karena, ketika sudah menikah, keluarga yang menjadi tanggung jawabnya harus diurus dengan baik. Begitu pula keluarga barunya juga dipenuhi sesuai porsinya. Semoga dengan itu rezekinya akan ditambah," imbuhnya.

Ketiga, pendidikan. Menurutnya, alasan karena ingin fokus menuntut ilmu. "Benar, memang ada beberapa ulama karena saking sibuk mendalami Islam dan menulis karya-karyanya untuk agama mereka sampai tidak menikah hingga akhir hayatnya," paparnya.

"Apakah yang menunda menikah karena alasan pendidikan sudah mampu berkarya sebagaimana ulama-ulama terdahulu untuk memberi sumbangan terhadap peradaban Islam? Ataukah alasan pendidikan yang ingin dikejar hanya memenuhi tuntutan karier semata?" tanyanya.

Ia memaparkan, apabila seorang Muslimah, selain mengejar pendidikan, perlu mengingat, peran sebagai perempuan yang utama adalah mendidik generasi. Oleh karena itu, ia mengingatkan, jangan lupa menikah. "Begitu pula untuk kaum Adam, jangan sampai sibuk meraih karier, hingga lupa dengan tuntutan Rasulullah SAW, yaitu menikah," jelasnya.

Keempat, lingkungan. Menurutnya, lingkungan di sini dapat diartikan keluarga, sahabat, atau komunitas yang diikuti mendukung untuk bersegera menikah. Ia menjelaskan, lingkungan kerja atau lingkungan dia bergaul, tidak memotivasi untuk menikah, justru malah ada yang nyaman dengan pacaran, tetapi tak kunjung nikah. 

"Padahal, ketika pacaran, hal itu bisa menjebak ke dalam kemaksiatan. Berbeda dengan menikah, segala aktivitasnya berbuah pahala, pacaran justru memupuk dosa. Astaghfirullahal'adzim, na'uzubillah," tuntasnya.[] Witri Osman
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar