Topswara.com -- Bagi siapa pun yang membenarkan dan mendukung kebohongan yang dilakukan penguasa, Ahli Fiqih Islam KH. Shiddiq Al Jawi mengatakan, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam mengancam mereka tidak bisa menemuinya di hari kiamat.
“Mereka itu tidak boleh menemui Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam nanti di hari kiamat, di telaganya Nabi. Dan nanti Nabi akan memberikan judgment kepada mereka, لَيْسُوا مِنِّى وَلَسْتُ مِنْهُمْ (mereka tidak termasuk golonganku dan aku juga tidak termasuk golongan mereka),” ungkapnya dalam Kajian Online Fiqih Islam: Pemimpin Pembohong dalam Pandangan Islam, Jumat (2/7/2021), di kanal YouTube Khilafah Channel Reborn.
Ia menjelaskan, tentang satu hadis, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam pernah bersabda kepada salah seorang sahabat Ka’ab bin ‘Ujrah.
“Beliau bersabda kepada Kaab bin Ujrah:
«أَعَاذَكَ اللَّهُ مِنْ إِمَارَةِ السُّفَهَاءِ. قَالَ: َمَا إِمَارَةُ السُّفَهَاءِ قَالَ :أُمَرَاءُ يَكُونُونَ بَعْدِى لاَ يَقْتَدُونَ بِهَدْيِى وَلاَ يَسْتَنُّونَ بِسُنَّتِى مَنْ صَدَّقَهُمْ بِكَذِبِهِمْ وَأَعَانَهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ فَأُولَئِكَ لَيْسُوا مِنِّى وَلَسْتُ مِنْهُمْ وَلاَ يَرِدُوا عَلَىَّ حَوْضِى وَمَنْ لَمْ يُصَدِّقْهُمْ بِكَذِبِهِمْ وَلَمْ يُعِنْهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ فَأُولَئِكَ مِنِّى وَأَنَا مِنْهُمْ وَسَيَرِدُوا عَلَىَّ حَوْضِى…
“Semoga Allah melindungi kamu dari imârah as-sufahâ.” Kaab bertanya, “Apa itu imârah as-sufahâ, wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Mereka adalah para pemimpin sesudahku, yang tidak mengikuti petunjukku dan tidak meneladani sunahku. Siapa saja yang membenarkan kebohongan mereka dan membantu kezaliman mereka maka dia bukan golonganku. Aku pun bukan bagian dari golongannya dan dia tidak masuk ke telagaku (di surga). Sebaliknya, siapa yang tidak membenarkan kebohongan mereka dan tidak membantu kezaliman mereka maka dia termasuk golonganku, aku pun termasuk golongannya dan dia akan masuk ke telagaku (di surga)…” (HR Ahmad, al-Hakim dan al-Baihaqi),” jelasnya.
Dalam hadis tersebut, ia membeberkan ada celaan yang sangat keras dari Nabi, menunjukan walaupun mereka Muslim tapi ada dosa yang sangat besar, sampai Nabi tidak ingin diidentikkan dan dianggap satu kelompok dengan orang-orang itu.
“Itu menunjukkan perbuatan yang dilakukan itu haram, kemudian Nabi mengatakan وَلاَ يَرِدُوا عَلَىَّ حَوْضِى (tidak akan dibolehkan untuk datang menemui aku di telagaku) di padang mahsyar,” bebernya.
“Telaga ini sebelum masuk surga, telaga yang dimiliki Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, karena setiap Nabi itu mempunyai telaga, yang akan didatangi oleh kaumnya masing-masing dihari kiamat, telaganya Nabi itu namanya al-kautsar,” tambahnya.
Menurutnya, ada beberapa hukum syariat untuk menyikapi penguasa pembohong, jika ada di zaman sekarang ini. Pertama, diharamkan membenarkan kebohongan mereka.
“Membenarkan kebohongan itu adalah sudah tahu pemimpin itu bohong, tetapi kemudian didukung, dianggap benar, dibela dan bahkan yang mengkritik pemimpin itu yang dipojokkan. Disebarluaskan di media bahwa ini benar bukan bohong, ini mendukung,” tuturnya.
Ia menambahkan, kedua, siapa pun diharamkan membantu kezaliman pemimpin tersebut. Yang ketiga, diwajibkan untuk menasehati atau melakukan amar makruf nahi mungkar kepada pemimpin pembohong itu.
“Jadi kita juga tidak boleh membiarkan, kita memberikan nasihat amar makruf nahi mungkar kepada pemimpin pembohong itu. Walaupun risikonya berat. Dalam hadis Nabi, disebutkan orang yang menegakkan nasihat kepada pemimpin zalim itu, sampai dibunuh,” pungkasnya.[] Lukman Indra Bayu
0 Komentar