Topswara.com-- Berbicara maraknya penyakit sosial kaum sodom, Pengasuh Kajian Keluarga Samara YouTube Kaffah Channel Ustaz Abu Zaid mengatakan, penyakit sosial tersebut harusnya diobati, bukan dilegalisasi.
"L68T (lesbi, gay, biseksual, dan transgender) merupakan penyakit-penyakit sosial yang muncul dari masyarakat yang sakit. Nah, ini harus diobati bukan malah di legalisasikan," tuturnya dalam Kajian keluarga Samara: LaGiBeTe, Akibat Syariat yang Dilanggar di kanal YouTube Kaffah Channel, Rabu (16/6/2021).
Ustaz Zaid sapaan akrabnya, memaparkan, penyakit LGBT ini bisa menimpa secara fisik atau psikis, dan penanganannya pun masing-masing ada.
"Diobatinya bagaimana, berarti kalau secara psikis itu pemahaman, bagaimana dia memahami sosok laki-laki dalam Islam, bagaimana sosok perempuan menurut syariat Islam. Kalau secara fisik (berkelamin dua) berarti dicek ya oleh dokter ahli, apakah kelaminnya yang kedua itu yang dominan yang mana yang laki-laki atau perempuan?" bebernya.
Menurutnya, kalau yang dominan adalah laki-laki, misalnya, dia memiliki organ seksual laki-laki yang lengkap, misalnya testis dan seterusnya. Maka, menurutnya, dia dioperasi yang diberikan tindakan medis supaya bisa menjadi laki-laki yang sehat.
"Demikian sebaliknya, kalau misalnya dia memiliki dua kelamin yang belum jelas, maka dicek kalau ada ovarium berarti dia perempuan. Kalau ada testis meskipun ada di dalam rongga perut maka dia adalah laki-laki," jelasnya.
"Sehingga dia diobati bukan sesuai selera dia. Mau jadi laki-laki atau perempuan, tapi sesuai kondisi faktanya mana yang lebih kuat apakah dia laki-laki atau perempuan secara medis, bukan sesuai keinginan," imbuhnya.
Dia menambahkan, penyakit LGBT bisa muncul dan subur akibat penerapan sistem hidup sekuler-kapitalis di tengah masyarakat.
"Jadi kalau kita bicara LGBT, sebenarnya kemunculannya karena pandangan hidup yang salah, yaitu, pandangan hidup sekuler kapitalisme yang mengizinkan manusia itu mengekpresikan segala jenis keinginan," bebernya.
Oleh karena itu, ia menjabarkan, ada peran individu, keluarga, masyarakat dan negara dalam keberlangsungannya.
"Di sini ada peran individu, keluarga, masyarakat, dan negara. Artinya, ketika individu itu memiliki keinginan untuk menyimpang dengan menjadi gay, misalnya, dan keluarga juga menganggap itu semacam takdir atau semacam bawaan dan seterusnya, kemudian masyarakat juga menganggap bahwa itu sah-sah saja, seperti keberadaan orang yang disebut waria (wanita pria)," jelasnya.
"Dan dari sisi negara pun membiarkan saja karena mengganggap itu hak asasi manusia, itulah yang menumbuh-suburkan penyimpangan yang terjadi," tegasnya.
Akhirnya, Ustaz Zaid menegaskan adanya sakit, seperti berkelamin dua, dan hal-hal lain, merupakan ujian dari Allah SWT yang harus dikembalikan penyelesaiannya berdasarkan syariat Islam.
"Jadi, dalam hal ini jelas sekali, bahwa Allah SWT memberikan berbagai ujian kepada manusia pada kondisi tertentu, sakit-sakit tertentu, penyakit tertentu, dengan begitu manusia harus mengembalikan kepada syariat Allah SWT, bukan diikuti apa yang dilarang syariat itu," ujarnya.
Menurutnya, semua ujian dan masalah harus dikembalikan kepada syariat Islam. "Justru dikembalikan kepada patokannya. Sehingga kehidupan aman terjaga, sebagaimana Islam itu diturunkan sebagai rahmatan lil alamin," pungkasnya.[] Tri Wahyuni
0 Komentar