Topswara.com -- Bahasan mengenai Palestina seperti tidak ada akhirnya. Setiap tahun, serangan yang dilakukan oleh Israel semakin tidak manusiawi. Bahkan, pembunuhan anak kecil dijadikan ajang mainan oleh tentara zionis.
Perihal kemanusiaan di hadapan Israel seakan musnah dalam hidupnya. Meskipun umat Muslim Palestina terus mendapatkan serangan-serangan dari Israel tidak sedikitpun negara-negara dengan penduduk Mayoritas Muslim tergerak menolong dengan tindakan nyata. Hanya kecaman-kecaman itupun bisa dipastikan tidak memberikan efek jera terhadap perilaku Israel.
Dilansir dari Kompas.com (5/6/2021), warga Palestina menyambut keruntuhan pemerintahan Benjamin Netanyahu, tetapi adanya perubahan tersebut tidak akan merubah nasib mereka. Oposisi Israel telah membentuk koalisi untuk pemerintahan baru untuk menggulingkan Benjamin Netanyahu dari kekuasaan selama 12 tahun. Warga Palestina yang berada di wilayah yang diduduki Israel tidak memiliki hak dalam pemungutan suara pemilihan umum, meski pemimpin itu nantinya akan menentukan nasib warga Palestina di wilayah yang diduduki Israel tersebut.
Namun dalam koalisi baru ini ada hal yang tidak masuk akal, salah satu politikus Arab Israel yakni Mansour Abbas yang juga menjabat sebagai Ketua Partai Arab Bersatu menjadi bagian dari koalisi ini. Tujuan pembentukan koalisi ini berupaya menyatukan sayap kiri dan sayap kanan Israel.
Meskipun ada perubahan pada kepemimpinan Israel, tidak ada yang menjamin bahwa hidup warga Palestina terutama di Gaza akan lebih baik. Bukan hanya warga Gaza saja yang ingin mendapat kehidupan yang lebih baik, namun juga Ramallah di tepi barat. Ada rasa lega atas upaya penggulingan Netanyahu tetapi tidak ada keyakinan bahwa segala sesuatunya di Palestina akan berubah lebih baik secara substansial.
Khayalan mengharap “Kebaikan” dari Zionis
Berakhirnya masa pemerintahan di bawah kepemimpinan Benjamin Netanyahu sedikit membawa harapan. Tetapi mayoritas warga Palestina tidak yakin akan keamanan ke depan. Bukan hanya dari pemerintahan Israel saja, mayoritas negara-negara dengan seorang pemimpin Muslim pun belum tentu bisa menyelesaikan serangan Israel ke Palestina.
Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi menegaskan pentingnya Palestina dan Israel kembali ke meja perundingan untuk mewujudkan perdamaian yang langgeng, menyusul pengumuman gencatan senjata di Gaza. Dalam pertemuan Sidang Majelis Umum ke 75 PBB disampaikan tiga seruan di hadapan Majelis Umum PBB yaitu penghentian kekerasan dan dilakukan gencatan senjata, memastikan akses kemanusiaan dan perlindungan rakyat sipil, serta mendorong dimulainya kembali proses negosiasi multilateral yang kredibel. (viva.com, 21/05/2021)
Selain itu, Presiden Indonesia juga menyampaikan kecaman-kecaman mengutuk perbuatan Israel pada laman twitternya. Akankah didengar? Karena permasalahannya bukan hanya terletak atas nama negara saja, tetapi menyangkut urusan seluruh umat Muslim seluruh dunia.
Berharap “kebaikan” dengan adanya pergantian pemerintahan Israel tidak akan membuahkan hasil untuk Palestina. Warga Palestina pun sudah terlalu sering menghadapi berbagai pemimpin Israel dengan janji yang akan menyatukan Israel-Palestina tapi Palestina tetap menjadi korban kekejaman zionis.
Tindakan Kecaman dan Kutukan, Hasil dari Cara Pandang Sekuler
Negara Muslim mana yang mempunyai pasukan keamanan negara di wilayahnya? Tidak ada. Mayoritas negara diseluruh dunia masih dipimpin oleh seorang Muslim, yang artinya tentu ia beragama Islam.
Jika melihat permasalahan yang terjadi di Palestina, tentu ini bukan hanya sekedar masalah politik saja tapi ada unsur agama didalamnya. Semua negara Muslim melihat permasalahan Palestina dari sudut pandang sebagai negara tanpa melibatkan unsur agama didalamnya. Sehingga yang terjadi adalah solusi pun juga diselesaikan dengan cara politik ala PBB.
Perserikatan Bangsa-Bangsa yang kita ketahui saat ini tidak melibatkan unsur agama dalam pelaksanaan cara kerjanya, hanya melibatkan unsur-unsur yang berkaitan dengan manusia semata. Semua negara termasuk negara Muslim harus tunduk pada aturan yang dibuat PBB dan mempercayakan PBB untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Kecaman-kecaman itu dihasilkan dari negara sekuler, yang menganggap bahwa salah satu permasalahan Israel-Palestina bukan dari agama tapi hanya sekedar wilayah/politk. Sehingga usulan dari negara Muslim pun hanya sekedar kecaman.
Mau tidak mau, agama dipisahkan dari aturan kehidupan masyarakat bahkan dari negara. Negara sekuler lah yang kita kenal saat ini. Sekuler yang sudah mendarah daging pada pemikiran umat Muslim, menjadikan mereka berpikir dengan mengesampingkan solusi dari Islam sebagai solusi yang hakiki.
Warga Palestina bukan hanya butuh kecaman saja, tapi bersatunya umat Muslim di seluruh dunia. Karena hanya hal itu yang paling ditakutkan oleh zionis dan musuh-musuh Islam.
Solusi Islam dan Menghadirkan Kepemimpan Muslim ke Tengah Umat
Muslim diseluruh dunia saat ini terpecah belah, tidak ada yang melindungi dan memberikan keamanan di dalam naungan sebuah negara. Bukan hanya warga Palestina saja yang tidak mendapatkan naungan dari negaranya, hampir seluruh umat Muslim di dunia ditelantarkan oleh negara mereka sendiri bahkan ada yang melakukan pemusnahan etnis/suku.
Islam hadir bukan hanya untuk menyelesaikan permasalahn individu saja, tapi juga masyarakat. Permasalahan masyarakat tidak bisa hanya diselesaikan dengan mengatasnamakan individu atau kelompok. Meskipun hal tersebut bisa menyelesaikan permasalahan, tapi tidak akan tuntas atau hakiki. Selama menjadi manusia, ketika manusia mengalami permasalahan yang dbutuhkan adalah solusi yang hakiki dan tuntas agar tidak terulang kembali.
Beribu-ribu bantuan dikirimkan ke Palestina, apakah Israel menghentikan serangannya? Berjuta-juta kalimat kecaman dari seluruh negara Muslim, apakah membuat Israel tertekan dan tidak melakukan serangan ke Palestina?
Berkali-kali sidang PBB, yang menurut mereka hanya karena permasalahan wilayah dan politik. Apakah menghasilkan solusi?
Jawabannya adalah tidak, dari semua pertanyaan itu tidak ada yang bisa menyelesaikan serangan Israel. Karena ini menyangkut agama Islam, bukan hanya sekedar perebutan wilayah.
Kepemimipinan seluruh dunia yang meyakini sekuler sebagai landasan keputusan mereka tidak akan pernah memberikan hasil yang diharapkan warga Palestina. Islam memberikan solusi untuk permasalahan umat seluruh dunia. Menjadikan Islam sebagai landasan hidup bahkan negara harus dilakukan oleh negara-negara Muslim karena memang terbukti bahwa Islam hadir untuk seluruh umat manusia.
Kepemimpinan itu memang belum terwujud, sehingga perjuangan ini harus tetap ada dan kuat untuk dilanjutkan hingga pertolongan itu ada, kemenangan ada didalam pangkuan.
Sebagaimana kekuatan umat yang sadar pentingnya persatuan dan kekuatan ideologi akan perubahan, tidak akan menjamin hadirnya kekuasaan dan kepemimpinan Islam. Karena itu, hanya satu perubahan yang mampu menjemput kemenangan.
Satu-satunya proses peralihan kekuasaan yang benar dalam Islam, dan dijamin keberhasilannya oleh pemilik alam semesta yaitu dengan jalan Thalab An-Nusrah yang diajarkan dan dipraktikan Rasulullah dalam mendirikan pemerintahan atau negara Islam kala itu di Madinah.
Pemerintahan dengan dasar kedaulatan ditangan syara' dan kekuasaan milik umat ( penguasa meriayah, menjamin dan menyelesaikan permasalahan umat). Negara dengan penerapan Islam kaffah yaitu syariat dalam konsep kehidupan tentu akan membawa keberkahan bukan kesengsaraan dan keserakahan seperti yang terjadi hari ini.
Maka, kepemimpinan dan penguasa hari ini dengan sistem yang menjunjung tinggi kebebasan sangat jelas tidak akan bersahabat kecuali untuk kepentingan. Jelas sekuler dasar dari sistem kapitalis liberal memberikan ketidakberuntungan bagi setiap negara yang mengembannya. Menghadirkan sosok Abdul Hamid II dimasa kini memang sangat dibutuhkan untuk menjaga kembali tanah ummat muslim.
Wallahu a'lam bishawwab
Oleh: Sonia Padilah Riski
(Aktivis Muslimah Semarang)
0 Komentar