Topswara.com -- Dua hari terakhir ini, pemberitaan kehilangan seorang ulama terkenal kembali jadi sorotan dunia Islam. Pasalnya, misteri hilangnya (missing mystery) ulama fenomenal tersebut dari negara Muslim, Bangladesh. Negara yang memiliki jumlah penduduk menembus angka 90 persen dengan populasi Muslim mayoritas per tahun 2020 berdasarkan survei penduduk negara setempat. Ternyata tidak bebas dari kasus misteri kehilangan ulama yang pemberani tanpa ada jejak.
Seperti dilansir dari berita DOAM, Senin (14/06/2021), Sheikh Abu Taha Adnan, begitu namanya disebut, adalah seorang ulama dan cendekiawan Islam terkenal di Bangladesh. Bersama dua asisten serta supir pribadinya dikabarkan telah hilang di Dhaka, ibu kota negara Bangladesh. Kejadian tersebut terjadi pada tanggal 10 Juni 2021 lalu. Namun, pihak kepolisian setempat menolak laporan kasus pengaduan kehilangan orang atau nama tersebut, dan media lokal setempat juga ikut diam. Sehingga memunculkan pertanyaan, apakah Abu Taha hilang secara paksa?
Di akun twitter @KhudroM, seorang aktivis sosial warga Bangladesh menuliskan bahwa hilangnya Sheikh Abu Taha yang terjadi tiga hari yang lalu disebabkan perlawanan Abu Taha Adnan terhadap tindakan Israel di Palestina. Menurut @KhudroM, itulah yang menjadi faktor pemerintah menyembunyikannya.
Perlakuan tidak adil terhadap ulama bukanlah kejadian pertama kali di Bangladesh. Juga bukan satu-satunya negara yang tidak takut memperlakukan ulama dengan zalim. Perlakuan zalim terhadap ulama juga sudah sering terjadi hampir di seluruh negeri-negeri Muslim. Latar belakang motif kezaliman juga sama, berani menyampaikan yang hak dan menentang kebijakan para penguasa boneka yang tidak tunduk kepada aturan Allah SWT.
Begitu juga dengan Bangladesh, negara Muslim yang dipimpin oleh seorang perdana menteri wanita yang jabatannya langgeng dan mengidap penyakit Islamophobia terhadap syariat Islam kaffah. Penangkapan aktivis Islam dan ulama sudah sering terdengar di negara ini. Sebelumnya, pemerintah Bangladesh baru saja menjatuhkan vonis 10 tahun penjara terhadap seoarang ulama hanya karena keberaniannya mendakwahkan Islam.
Bahkan seperti yang dituliskan oleh @paradoxicaljueal, akun twitter yang dimiliki warga Bangladesh bernama Juel Ahmad menuliskan, bahwa sejauh ini untuk kasus kehilangan orang seperti Abu Taha Adnan, sudah mencapai ribuan orang, dan pemerintah tidak mampu bertindak apapun. Ia menuliskan bahwa setiap saat, ada orang yang hilang.
Sungguh mengerikan bukan? Padahal Bangladesh adalah negeri muslim yang seharusnya kaum muslimin mendapatkan jaminan kemanan hidup di sana, terlebih para ulama dan aktivis dakwah Islam. Tetapi fakta bicara lain, justru penyakit Islamophobia diderita oleh pemerintah sekuler-kapitalis Hasina sebagai pemimpin negara Bangladesh.
Hilagnya para ulama, dan persekusi adalah bukti bahwa ideologi sekulerisme yang diadopsi penguasa negeri muslim tidak pro terhadap Islam. Sekulerisme sebagai ideologi yang memisahkan agama dari urusan politik dan kehidupan umum, tidak akan pernah rido dicampuri dengan aturan agama (baca: Islam). Bagi sekulerisme, aturan agama (Islam) adalah ancaman dan bahaya laten untuk tampuk kekuasaannya dan penguasa boneka yang melanggengkan posisinya.
Mereka yang berani bersuara, baik secara indvidu dan kelompok akan terus digilas dan ditindas hingga ketakutan dan berhenti untuk menentang penguasa. Penangkapan dan misteri hilang (missing mystery) secara tiba-tiba, merupakan cara yang didesain untuk menakut-nakuti dan syok terapi bagi yang lain agar berhati-hati saat berhadapan dengan penguasa jika ingin selamat.
Pada hakikatnya, penguasa Bangladesh dan boneka-boneka lainnya merasa sangat tidak nyaman dengan aksi perlawanan para ulama terhadap kebijakan mereka yang zalim. Baik karena korupsi, ketundukan pada Tuan kapitalis, atau menggadaikan tanah kaum muslimin atas nama investasiinvestasi, serta agenda global lainnya.
Jika para ulama dan aktivis Islam membongkar kebusukan agenda kapitalisme, melalui penguasa-penguasa boneka di negeri-negeri Muslim. Tentulah kaum Muslim akan melakukan perlawanan yang lebih besar lagi dan bahkan bisa menumbangkan kekuasaan mereka. Baik rezim maupun sistem yang ada sekarang. Sungguh hal tersebut adalah mimpi buruk bagi mereka dan tidak ingin hal itu terjadi. Sehingga segala cara akan dilakukan untuk menghambat kesadaran umat dengan kebusukan propaganda-propoganda ideologi sekuler-kapitalis.
Oleh karena itu, tidak ada cara untuk menghentikan kezaliman penguasa-penguasa boneka seperti negara Bangladesh dan lainnya selain terus menyerukan penerapan Islam kaffah. Menyadarkan umat bahaya sekuler-kapitalis yang sudah semakin merajalela. Juga tidak lupa terus mendukung para ulama, dan membantu mencari mereka serta memberikan advokasi terhadap mereka. Dengan demikian, umat akan melihat langsung bahwa rezim dan sitem sekuler ini benar-benar tidak pro Islam dan missing mystery terhadap ulama akan terus berlanjut.
Saatnya kaum Muslim menyadari dan bergandeng tangan untuk menyerukan Islam secara kaffah dan menolak sistem sekuler-kapitalis lebih lama bercokol lagi di negeri-negeri muslim. Insyaallah, kemenangan itu sudah di ambang fajar.
Wallahu a’lam bishawab.
Nahdoh Fikriyyah Islam
(Dosen dan Pengamat Politik)
0 Komentar