Topswara.com -- Menyebarnya aliran zinaisme di kalangan anak muda saat ini, Pakar Parenting Islami Ustaz Iwan Januar menyatakan ada isu Islamofobia dan kampanye liberalisme di negeri Muslim.
“Inilah perang pemikiran dan perang peradaban yang dicanangkan Barat terhadap kaum Muslimin. Ada isu Islamofobia dan kampanye paham liberalisme di negeri-negeri Muslim,” tuturnya kepada Topswara.com, Selasa (15 Juni 2021).
Menurut Iwan Januar, Saatnya negeri ini harus mengakui kalau standar moral bangsa terus merosot. Korupsi dianggap enteng, begitu pula seks pranikah atau perzinaan. Bukan cuma merosot, tapi juga terbalik. Pejabat jujur dimusuhi, anak muda yang menolak seks pranikah disebut sok moralis, sok suci, dan segambreng label negatif.
Menurutnya, Mereka yang hobi zina malah bisa tampil pede. Menyebut slogan ‘my body is my right’, seks itu urusan privat (tak bisa diintervensi siapapun – termasuk agama), dan mereka bisa tampil di berbagai kanal media sosial bercerita pengalaman zina mereka; kapan pertama kali hilang kegadisan/keperjakaan, siapa pasangan (zina) yang paling berkesan, dan obrolan apa saja yang terkait urusan zina.
“Para pembela budaya ini selalu berdalih kalau seks bebas tidak ada kaitan dengan maju mundur suatu bangsa. Negara-negara liberal yang beri ruang terbuka untuk perzinaan adalah negara-negara maju; AS, bangsa-bangsa Eropa, Singapura, Jepang, Korea Selatan, dsb. Sementara negara-negara ‘Islam’ macam bangsa Arab atau Indonesia selalu terbelakang. Tidak pernah leading dalam urusan apapun,” jelasnya.
Ia menilai, Bahwa negara-negara liberal itu adalah negara maju itu fakta, tapi masyarakat liberal dan hedonis macam Barat itu terpapar beragam persoalan kronis juga fakta. Di AS, pada tahun 2018 diperkirakan ada 67,6 juta prevalensi dan 26,2 juta insiden penularan penyakit kelamin di seluruh negeri. Diperkirakan ada 12,6 juta warga usia 14-24 tahun seluruh prevalensi penularan (Sexually Transmitted Infections Among US Women and Men: Prev… : Sexually Transmitted Diseases (lww.com)). Ada sekitar 1,1 juta warga AS yang terinfeksi HIV/AIDS.
Ia menjelaskan, Seks pranikah juga lahirkan persoalan kehamilan tak diinginkan, aborsi dan kehidupan keluarga single parent. 9 dari 10 aborsi di AS berasal dari kehamilan yang tak diinginkan. Hampir separuh mahasiswi di seluruh komunitas di AS mengalami kehamilan tak diinginkan. Sekitar 55 persen kehamilan tak diinginkan terjadi pada perempuan di usia 20-an (Facts Behind An Unplanned, Unwanted or Unexpected Pregnancy (mmpregnancy.com)).
“Karenanya, heran ketika banyak pihak justru mengendorse perzinaan. Memberikan panggung pada pelaku-pelaku perzinaan dan menganggapnya biasa saja. Kita bertanya, apa mereka juga siap bila ibu mereka, saudara perempuan mereka, anak perempuan mereka mendapat perlakuan seperti itu? Lalu video mereka beredar di seantero jagat? Heran juga melihat Muslim mencecar hukum nikah muda, tapi mendiamkan provokasi perzinaan di media sosial. Seolah menurut mereka nikah muda itu lebih berbahaya ketimbang perzinaan,” tegasnya.
Menurutnya, Maka tidak pantas pula umat Islam mendiamkan realita rusak semacam ini. Hanya memikirkan keluarga sendiri, tanpa peduli dengan provokasi asusila terus berkumandang. Saatnya umat Islam juga memberikan opini balasan. Menjelaskan kebatilan fenomena ini dan memberikan gambaran kehidupan Islam yang memberikan perlindungan sosial. Mengingatkan sesama Muslim akan ketaatan pada Allah, dan kewajiban meninggalkan perkara yang diharamkan Allah.
“Bila kaum Muslimin berdiam diri, kerusakan ini pada akhirnya akan masuk ke dalam rumah-rumah mereka. Menikam anak-anak dengan belati beracun yang merusak pemahaman Islam,” ungkapnya
“Lindungi anak-anak muda kita dengan ajaran Islam. Pahamkan mereka tentang adab pergaulan dengan lawan jenis. Tanamkan rasa malu pada mereka, khususnya pada anak-anak perempuan kita. Jadikan kerudung dan jilbab sebagai pakaian sehari-hari, dan ingatkan mereka agar tidak mengumbar kecantikan pada lawan jenis termasuk di media sosial,” pungkasnya. [] Aslan La Asamu
0 Komentar