Topswara.com-- Merespons BTS Meal, kerja sama restoran cepat saji McDonald's dan grup K-pop asal Korea Selatan BTS (Beyond The Scene) disambut antusias oleh ARMY (Adorable Representative M.C for Youth) sebutan penggemar BTS. Founder Yuk Nikah Syar'i dan Penulis Luky B. Rouf mengatakan, remaja menjadi 'penyembah' BTS karena krisis identitas.
"Penyebab mereka menjadi 'penyembah' BTS atau pun artis K-Pop yang lain karena krisis identitas diri. Ada seorang remaja dengan sukarela mengeluarkan uang puluhan juta demi membeli souvenir BTS, maka apa istilah yang tepat kalau bukan kehilangan identitas diri?" tuturnya pada Topswara.com, Selasa (15/06/2021).
Ia mempertanyakan, ada yang rela hadir di konsernya, bahkan pernah menyaksikan ada remaja putri berjilbab (baca: berkerudung) yang dengan suka rela dan histeris saat dipeluk, artis K-Pop. "Apa namanya kalau itu bukan krisis identitas diri, yang selanjutnya muncul krisis idola," tegasnya.
Menurutnya, kalau dibilang, itu bentuk ekspresi diri, maka itu bentuk ekspresi berlebihan dan tak wajar, karena sudah pada tahapan maniac. Ia menjelaskan, sebenarnya fenomena nge-fans artis idola bukan hari ini saja terjadi, sudah terjadi bertahun-tahun yang lalu, hanya saja bentuk dan tingkat ekspresinya berbeda.
"Ditambah lagi hari ini dengan adanya media sosial, upaya ekspos (baca: marketing) para bintang itu menjadi mudah terjangkau. Hasilnya, para pemujanya makin kegilaan, karena hampir setiap hari mereka bisa update berita tentang idolanya," bebernya.
Kritisi media sosial yang gencar menyampaikan idola atau artis K-pop, ia mengungkapkan, sikap berlebihan para fans itu menjadi terasah dan semakin tajam, ketika media gencar memberitakannya. "Sebenarnya suguhan itu tidak akan menjadi tsunami informasi, ketika si remaja ini punya saring atau benteng untuk menahan dan bertahan," imbuhnya.
"Namun, sayangnya semua itu tidak ada, sehingga wajar jika info budaya K-Pop telah menjadikan para remaja itu ibaratnya penyembah berhala, dan pengikut Dajjal Oplas (operasi plastik)," jelasnya.
Benteng
Ia mengatakan, ketika generasi Muslim punya saringan atau benteng untuk menahan tsunami informasi K-Pop, maka budaya itu pun hanya dianggapnya info selewat. "Nah, apa saringan dan benteng itu? Saringan itu berupa (tsaqafah) pengetahun Islam, dan bentengnya berupa (akidah) keimanan yang shahih nan kokoh," paparnya.
Ia mengatakan, kedua hal tersebut didapatkan generasi ketika dia tekun dan istiqamah untuk mengkaji Islam. Menurutnya, ketika mereka mau disibukkan untuk duduk dan menyimak majelis ilmu bersama para guru dan buku-buku Islam.
"Kalau dia senantiasa istiqamah mau menempa diri di situ, insyaallah dia akan jadi generasi yang malah justru penantang budaya-budaya yang tidak sesuai dengan Islam. Dia akan berani berdiri memilih menjadi penentangnya," tambahnya.
"Tapi ketika mindset pikiran generasi Muslim hanya berpusat mencari hiburan, having fun, maka generasi seperti itu bukan tipe generasi penakluk peradaban, tapi sebaliknya generasi seperti itulah yang akan ikut arus budaya K-Pop tadi," terangnya.
Ia membenarkan apa yang pernah disampaikan Imam Syafi'i, yaitu, jika kamu tidak sanggup menahan lelahnya belajar, maka kamu harus sanggup menahan perihnya kebodohan. "Fenomena itu hari ini terjadi pada generasi Muslim. Generasi menjadi bodoh menyikapi terpaan serangan budaya-budaya yang berlawanan dengan Islam. Hasilnya? Ya, fenomena BTS MC'D kemarin itu. Itulah cerminan generasi-generasi bodoh," pungkasnya.[] Witri Osman
0 Komentar