Topswara.com -- Tanpa memperhatikan dan memperhitungkan dampak lingkungan yang terjadi, karena kemudahan memperoleh ijin alih fungsi lahan untuk pembangunan Perumahan Elite Podomoro, menyebabkan wilayah Desa Lengkong Kecamatan Bojongsoang dan sekitarnya kerap terjadi banjir apabila ada turun hujan.
Seperti dikatakan anggota Komisi C yang juga Ketua Fraksi NasDem DPRD Kabupaten Bandung, Toni Permana, akibat pengurugan lahan yang dilakukan Podomoro, lahan-lahan yang sebelumnya merupakan daerah resapan air kini jumlahnya menciut dan bahkan hampir hilang. Sehingga mengakibatkan luapan air ke perkampungan warga disekitaran proyek Podomoro.
“Saya meminta kepada Pemerintah Kabupaten Bandung melalui instansi terkait, agar segera melakukan peninjauan ulang perijinan Podomoro, karena dampak yang ditimbulkan dari proyek tersebut sangat merugikan masyarakat,” katanya di lokasi, Jum’at (21/5/2021).
Untuk drainase sendiri, warga mengeluhkan hal itu kepada Toni, sebab kapasitasnya sangat minim sekali. Sehingga tidak mampu menampung aliran air. Juga masalah pembuangan, mengecilnya saluran air atau selokan, juga sungai, membuat lingkungan warga yang tersisa dari massifnya pembangunan perumahan, hanya hujan sebentar saja sudah menjadikan banjir dimana-mana.
“Kenyataan ini harus bisa menjadi prioritas pembenahan lingkungan bagi Pemerintah Kabupaten Bandung, karena jelas pembangunan yang dilaksanakan menyebabkan kerugian bagi masyarakat,”
Alih fungsi lahan menjadi pemukiman tanpa memperhatikan dampak lingkungan sepertinya bukan hal yang bisa ditolerir jika pengembang perumahan adalah korporasi. Kekuatan uang bisa mempengaruhi kebijakan, padahal sejak awal sudah terjadi kontroversi. Namun semua seakan tidak peduli dan pembangunan pun tetap terjadi. Mulai pengurugan yang sangat merugikan banyak kepentingan masyarakat, suara berisik dan getaran alat-alat yang di gunakan tentu sangat menggangu, sampai membuat retakan pada rumah warga sekitar.
Proyek jalan terus walaupun syarat perijinan belum terpenuhi seluruhnya, akhirnya rakyat yg menjadi korban. Meskipun sebagian diuntungkan tapi sebagian besar terpinggirkan.
Bukan hanya itu saja, bisa jadi di masa depan akan muncul masalah lainnya, bukan hanya banjir, yaitu krisis air pada musim kemarau karena tidak adanya resapan air sebagai cadangan di dalam tanah, dan semakin sedikitnya lahan untuk mendapatkan air tanah.
Begitulah konsekuensi diterapkannya sistem kapitalisme kebijakan akan selalu pro kepada mereka karena pemodal dan pengusaha yang berkuasa. Keberpihakan penguasa terhadap mereka, menyebabkan kebijakan yang diambil tidak pernah memikirkan bagaimana masa depan dan keberlangsungan hidup masyarakat.
Dengan adanya pembangunan yang tidak memperdulikan lingkungan, di tambah dengan oknum-oknum masyarakat yang mencari keuntungan di balik pembangunan tersebut.
Islam memberikan solusi bagaimana mengatur tata kota untuk pemukiman. Lahan serapan diatur sedemikian rupa sehingga kelestarian lingkungan tetap terjaga. Sebagai contoh, bagaimana Umar bin Khaththab meluruskan walinya yang bersikeras menggusur rumah Yahudi demi pembangunan masjid yg diperuntukkan bagi umat.
ketika menjabat sebagai khalifah, Umar didatangi seorang Yahudi yang terkena penggusuran oleh seorang wali Mesir, Amr bin ‘Ash. Beliau bermaksud memperluas bangunan sebuah masjid. Meski mendapatkan ganti rugi yang pantas, sang Yahudi menolak penggusuran tersebut. Ia datang ke Madinah untuk mengadukan permasalahan tersebut pada Khalifah Umar.
Seusai mendengar ceritanya, Umar mengambil sebuah tulang unta dan menorehkan dua garis yang berpotongan: satu garis horizontal dan satu garis lainnya vertikal. Umar lalu menyerahkan tulang itu pada sang Yahudi dan memintanya untuk memberikannya pada Amr bin ‘Ash. “Bawalah tulang ini dan berikan kepada gubernurmu. Katakan bahwa aku yang mengirimnya untuknya.”
Seperti itulah sikap seorang pemimpin di dalam Islam.
Betapa indahnya Islam mengatur semua aspek kehidupan. Apakah kita tidak rindu hidup dalam naungan sistem yang betul-betul bisa menjaga dan melindungi hak-hak individu masyarakat?
Wallahu a'lam.
Oleh: Nur'aliyah
Sahabat Topswara
0 Komentar