Topswara.com -- Belum lama ini masyarakat Indonesia dihebohkan dengan euforia peluncuran BTS meal. Sebuah produk makanan hasil kolaborasi antara salah satu Boyband ternama asal Korea, BTS dengan restoran cepat saji Amerika McD.
Antusiasme para ARMY (penggemar BTS) menjadikan McD kebanjiran order hingga mengakibatkan kerumunan tanpa memperdulikan protokol kesehatan.
Fenomena lain yang muncul yakni dijualnya kotak makanan kosong BTS Meal di e-commerce. Di Malaysia, penjual membandrol kotak kosong BTS Meal seharga RM 39.99 atau setara Rp 139 ribu, padahal McD Malaysia menjual paketan makanan ini seharga RM 15.70 saja (Rp 55.500). Hal yang sama pun terjadi di Indonesia.
Sementara di Amerika Serikat seperti dikutip detik.com (9/6/2021) muncul lelang nugget BTS Meal berbentuk karakter Among Us di eBay. Nugget itu dilelang mulai dari harga US$ 0,99. Penawaran naik menjadi US$ 14,9 dan berakhir di angka US$ 99.997 atau sekitar Rp 1,4 miliar.
Korean Wave
Sejak tahun 1990-an budaya K-pop telah tersebar di berbagai negara dengan istilah Hallyu atau Korean wave. Hal ini mendorong banyak orang di suatu negara mempelajari bahasa dan kebudayaan Korea semisal drakor k-pop, komik dan masakan Korea. Tidak terkecuali negeri mayoritas Muslim seperti Indonesia.
Globalisasi berperan membawa Korean wave ke tengah kehidupan kaum Muslim. Tanpa sadar generasi Muslim khususnya kaum remaja, latah melahap hal tersebut dan menjadikannya sebagai gaya dan pandangan hidup mereka. Bahkan tidak sedikit yang menganggap fenomena ini sebagai hal yang wajar dan gaul.
Sebagai makhluk ciptaan Allah sudah sepantasnya kita memberi seluruh cinta yang kita miliki hanya kepada Allah SWT, bukan malah berlebihan dalam mencintai sesama makhluk Allah.
“Cintailah orang yang kamu cintai sekadarnya. Bisa jadi orang yang sekarang kamu cintai suatu hari nanti harus kamu benci. Dan bencilah orang yang kamu benci sekadarnya, bisa jadi di satu hari nanti dia menjadi orang yang harus kamu cintai.” (HR. At-Tirmidzi)
Saat ini banyak bermunculan pemikiran Barat yang berakar dari ideologi kapitalis sekuler. Ini sangat berbahaya, merusak dan tentu saja akan mempengaruhi cara pandang dan gaya hidup generasi muslim.
Islam Sebagai Solusi
Fenomena ini membuat para orang tua dan pendidik merasakan sebuah kekhawatiran. Mereka kewalahan menghadapi tantangan dunia saat ini.
Dalam konteks ini dibutuhkan peran penguasa atau pemimpin demi menjaga nilai nilai kepribadian dan akhlak (moral) rakyat dari pengaruh budaya luar tersebut. Pemerintah tidak boleh lalai dalam hal ini.
Namun, dominasi sekularisme liberal di Indonesia semakin mengental dan membuka pintu masuk budaya yang merusak tersebut sekaligus meredusir Islam sebatas agama resmi belaka.
Sekularisme tidak menempatkan aturan dan nilai nilai agama dalam bidang ekonomi, pergaulan, hukum dan politik.
Nilai nilai agama disimpan rapat-rapat sebagaimana mereka menyimpan Al-Qur'an di dalam lemari dan digunakan hanya untuk sebuah seremonial pelantikan pejabat.
Sejatinya, pemimpin mengarahkan dan menggiring generasi muda pada nilai nilai religius yang mengokohkan keimanan, ketakwaan dan moralits. Ini penting sebagai langkah mendasar untuk mencapai tujuan hidup generasi muda.
Maka, sudah saatnya para remaja dan generasi muda muslim meninggalkan semua budaya sekuler liberal dan menjadikan Islam semata-mata sebagai pandangan hidupnya agar bahagia dunia dan akhirat.
Wallahu a'lam bishawab
Oleh: Mutiara Aini
(Pegiat Literasi)
0 Komentar