Topswara.com -- Mudir Ma'had Khadimus Sunnah Bandung Ajengan Yuana Ryan Tresna mengatakan, syahwat adalah cinta yang dorongannya gharizah nau’, naluri untuk mencintai yang perwujudannya berupa rasa ketertarikan, rasa kekaguman.
“Dari rasa kekaguman bisa muncul cinta atau cinta dimaknai syahwat. Jadi syahwat itu bukan sesuatu yang jelek tapi harus dikendalikan. Kalau orang sudah tidak memiliki syahwat tidak ada pernikahan, tidak ada anak,” tuturnya dalam acara Samakah Syahwat dan Cinta? Tanya Jawab Bersama Ustaz Yuana Ryan Tresna di kanal YouTube Amazing People, Sabtu (12/06/2021).
Ia mengungkapkan, Allah menganugerahi syahwat sehingga seseorang saling mencintai, saling menyayangi kemudian dikaruniai putra-putri. "Ketika syahwat diberikan kepada yang hak, yakni suami ke istrinya akan menjadi pahala, tapi kalau syahwat diberikan kepada yang tidak haknya maka akan menjadi dosa," bebernya.
Memilih Pasangan
Ia mengatakan, dalam nasihat Imam Ahmad bin Hambal, ketertarikan seseorang harus pada aspek al-jamal atau keindahan, jangan pada aspek agama, karena agama sebagai penentu di akhir.
“Hal itu yang akan membuat bahagia agamanya tapi kadang-kadang salah mempraktikkannya. Kadang-kadang agama jadi penentu awal, jangan. Agama itu di akhir sebagai penentu akhir,” imbuhnya.
Ia mencontohkan, yang menjadi penentu awal yakni al-jamal atau kecantikan pada seseorang, setelah itu baru cek yang lainnya, yakni cek misal hartanya, keturunan, terakhir agamanya. Kemudian barulah diputuskan untuk melanjutkan ke jenjang pernikahan.
“Kemudian kalau sebaliknya, dia tertarik dia langsung proses, terus akhirnya pas di cek agamanya tidak baik akhlaknya, maka dia putuskan untuk berhenti itu terhormat, jangan sampai di balik nanti menyakitkan,” terangnya.
Ia menjelaskan, ketika memilih pasangan ditentukan berdasarkan empat kriteria, yakni pertama karena kecantikannya, kedua keturunannya, ketiga adalah hartanya, dan keempat karena agamanya.
“Kadang-kadang membaca hadis itu terbalik mana yang paling penting? Pokoknya agamanya, mukanya mau gimana yang penting agamanya, itu keliru. Ketertarikan itu karena aspek yang lain dulu, baru terakhir apakah lanjut atau tidak karena agama,” pungkasnya. [] Alfia Purwanti
0 Komentar