Topswara.com-- Founder Cinta Qur’an Ustaz Fatih Karim mengatakan cara pandang hidup seorang Muslim berbeda dengan orang kafir.
“Kita sebagai seorang Muslim, ketika memandang hidup di dunia dengan pandangan yang clear, jelas, dan bersih berbeda dengan cara pandang orang kafir memandang dunia," katanya dalam video akun Facebooknya Kajian Ustaz Fatih Karim bertajuk Cara Pandang Seorang Muslim, Kamis (11/06/2020).
Ia menegaskan bahwa seorang Muslim yang pandangannya jelas terhadap kehidupan, tidak akan takut kehilangan dunia, harta, penyakit, bala, dan musibah. Karena cara pandang yang jelas itu jadi pembeda dengan orang kafir, maka kalau pandangannya berbeda, maka nanti sikap kita sama dunia juga berbeda.
“Kita enggak akan takut kehilangan dunia, kehilangan harta, dengan penyakit, kita enggak akan takut bala, enggak takut musibah. Karena pandanga muslim itu jelas, kita hidup disini untuk disana. Bukan hidup disini untuk disini. Seperti cara pandang orang kafir,” jelasnya.
Ustaz Fatih menyebutkan, bahwa seoarang Muslim harus memandang dunia ini seperti penjara seperti yang disebutkan dalam hadist Rasulullah Saw,
“orang muslim memandang dunia ini adalah “ad dunya sidnun". Dunia itu ibarat senjata bagi orang mukmin. Surga bagi orang kafir,” ungkapnya.
Ia mencontohkan perbedaan cara pandang tersebut dengan beberapa contoh yang mudah dipahami, sehingga terlihat perbedaan pandangan yang dimaksud. “Antum memandang wanita. Kalau memandang wanita dengan objek seksual semata, begitulah nanti turunannya. Mulai dari iklan baju, SPG (Sales Promotion Girl), call center semuanya wanita. Atau bagi laki-laki yang memandang harta adalah tujuan segalanya.
"Maka Anda akan menggerakkan daya upaya, tenaga, untuk meraihnya. Kenapa? Karena cara pandang antum terhadap harta demikian. Atau ketika Anda datang ke sini, karena memandang majelis ilmu itu penting, urgen, dan wajib," ujarnya.
Begitu juga ia mengatakan, yang memandang Mekah-Madinah itu sebagai kerinduan, ia akan berjuang sampai kesana. "Kenapa? Karena memandang Mekah-Madinah bukan sekedar tempat hiburan atau jalan-jalan,” bebernya.
Ustaz Fatih Karim juga menambahkan bahwa, betapa orang-orang terdahulu, ulama-ulama terdahulu memiliki cara pandang terhadap urgensi ilmu yang luar biasa. Meskipun ditempuh dengan jalan kaki atau waktu yang sangat lama, tidak seperti sekarang dengan kecanggihan alat trasnportasi mudah untuk menjangkau suatu tempat, saya masih enak, satu jam sampai sini.
"Bayangkan para Imam terdahulu mencari ilmu, jalan dari Bukhara (Rusia) ke Madinah. Nanti lihat peta, dimana Bukhara dimana Madinah. Taruhlah naik kuda atau unta. Untuk apa? Untuk mengumpulkan lembaran-lembaran kata demi kata dari Baginda Nabi SAW,” pungkasnya. [] M.Siregar
0 Komentar