Topswara.com -- Waktu kian berjalan, hingga tak terasa wabah pandemi Covid-19 sudah merenggut banyak nyawa. Tenaga Kesehatan, aparatur negara, bahkan rakyat biasa pun terkena tanpa pandang bulu. Hari, bulan, hingga tahun belum juga ditemukan solusi tuntas untuk menangani wabah ini. Hampir seluruh negara terkena dampaknya, mulai dari sektor perekonomian, pendidikan, kesehatan, dan lain-lain.
1,8 juta kasus positif Covid-19 yang terdata di JHU CSSE COVID-19 Indonesia. Putus asa menggerogoti semua rakyat seluruh dunia. Pemerintah seakan abai dengan kesengsaraan rakyat, bukannya mempersiapkan kesejahteraan dengan memberikan solusi terbaik malah mempeributkan paslon Presiden 2024. Dimana hati nurani pemerintah? Apakah solusi penuntasan pandemi juga akan dijadikan janji di masa kampanye? Naudzubillah.
Padahal, rakyat hanya bisa mengharapkan pemerintah sebagai pelindung tertinggi dengan memberikan keamanan, dan kesejahteraan. Tidak ada lagi ketakutan ketika keluar rumah, tidak ada lagi rasa khawatir ketika berinteraksi dengan masyarakat.
Penyebaran mutasi virus Covid-19 pun mulai dikhawatirkan oleh masyarakat. Sebaran mutasi virus Covid-19 penyebab Covid-19 varian B1617 terus bertambah di Indonesia. Sebanyak 13 anak buah kapal (ABK) berkewarganegaraan Filipina yang melakukan bongkar muatan di Cilacap, Jawa Tengah dinyatakan terpapar varian Corona asal India. (CNN.com, 23/5/2021)
Baru-baru ini Dinas Kesehatan DKI Jakarta juga menemukan dua kasus penularan SARS-CoV-2 varian B.1617.2. Kasus tersebut ditemukan secara berkala melalui pemeriksaan whole genome sequencing (WGS) yang dilakukan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan (Balitbangkes).
Pemerintah Abai, Nyawa Rakyat Terancam
Data harian yang dirilis Satgas Covid-19, tercatat kumulatif mingguan kasus Covid-19 mengalami lonjakan. Pada periode 9-15 Mei misalnya, jumlah kumulatif kasus Covid-19 di Indonesia mencapai 26.908 kasus. Kemudian dalam sepekan (16-22 Mei naik menjadi 33.234 kasus). Jumlah kasus kematian warga terpapar Covid-19 pun terus naik. Pada periode 9-15 Mei kumulatif kasus kematian sebanyak 1.125 kasus. Kemudian pada periode 16-22 Mei kasus kematian naik menjadi 1.238 kasus. Satgas mencatat per 22 Mei persentase kasus kematian Covid-19 di Indonesia mencapai 2,78 persen. (CNN.com, 23/5/2021)
Abainya pemerintah menjadi nyata setelah begitu banyaknya data yang jelas tampak menunjukkan kenaikan cukup signifikan. Begitu banyak rakyat yang menagih solusi tapi tak pernah terwujud. Banyaknya korban, seharusnya membuat pemerintah segera mencari solusi untuk menuntaskan permasalahan ini bukan hanya menunggu negara lain mendapatkan solusi.
Sudah banyak solusi yang menurut pemerintah dianggap akan menyelesaikan permasalahan ini. Tetapi malah muncul permasalahan baru lagi, seperti pada kasus vaksin yang diberikan pada pasien positif Covid-19. Banyak efek samping yang ditimbulkan, bahkan ada yang terkena kelumpuhan hingga tidak bisa kembali beraktifitas.
Sistem negara sekuler membuktikan bahwa, solusi semu yang diciptakan pemerintah bukan benar-benar untuk menyelesaikan permasalahan. Hanya sebagai formalitas belaka untuk menjalankan fungsi kenegaraan. Sistem sekuler yang memberikan kesengsaraan pada rakyat bukan hanya kali ini saja yang tampak, sudah begitu banyak aturan-aturan yang dibuat untuk menuntaskan kepentingan pribadi maupun kelompok.
Meskipun begitu, sudah banyak aturan-aturan yang muncul dari sistem sekuler ini, apakah rakyat masih mempercayakan aturan kehidupan bahkan negara diletakkan pada tangan manusia?
Belum ditemukannya solusi seharusnya menjadi evaluasi pemerintah, bagaimana kinerja selama pemerintah dalam menjalankan negara termasuk mengurusi urusan rakyatnya. Hanya bergantung pada kemajuan Kesehatan negara lain tidak menjamin, bahwa Indonesia bisa segera bebas dari Covid-19. Terbukti banyak menimbulkan kegagalan dengan adanya solusi dari negara sekuler, baik lokal maupun internasional.
Apakah kita tidak rindu dengan sistem yang telah terbukti mampu menyelesaikan pandemi secara tuntas sampai ke akarnya? Sebagaimana masa kini Umar bin Khattab ketika menyelesaikan wabah tha'un.
Bukankah sudah selayaknya kita berjuang untuk mewujudkan kembali institusi yang mampu memberikan solusi atas semua persoalan yang menimpa umat?
Wallahu a'lam
Oleh: Sonia Padilah Riski
(Aktivis Dakwah Semarang)
0 Komentar