Topswara.com-- Lebaran telah tiba. Namun lebaran kali ini masih dalam kondisi istimewa, Karena lebaran kedua masih dalam masa pandemi. Kondisi yang memang telah membatasi ruang gerak kita. Segala aktivitas dilakukan secara daring selama setahun lebih. Seperti belajar, bekerja, berdakwah, sosialisasi, bergaul, tidak terkecuali silaturahmi di momen lebaran.
Rasa rindu kampung halaman mulai meronta, meminta jatah bersua bersama keluarga di kampung halaman. Namun, kita semua harus bersabar. Diamnya kita di rumah merupakan salah satu ikhtiar agar pandemi lekas usai.
Namun nyatanya manusia yang notabene makhluk sosial, tidak bisa lagi menahan naluri untuk beraktifitas normal. Akal mulai tidak rasional. Tidak bisa mudik ke kampung halaman, warga memilih menghabiskan libur lebaran dengan berwisata di tengah pandemi. Diantara tempat wisata yang ramai dikunjungi yaitu Pantai Ancol, Taman Margasatwa Ragunan, Taman Mini Indonesia Indah, tak tertinggal pantai Carita kab. Pandeglang - Banten.
Puncak pengunjung objek wisata Pantai Pasir Putih terjadi Sabtu, 15 Mei 2021, sebanyak seribu orang. Sedangkan hari ini, Minggu, 16 Mei 2021, hanya sekitar 500 orang saja. (VIVA.co, 16/5/2021)
Sementara itu kunjungan wisatawan ke Pantai Ancol, Jakarta, Jumat (14/5/2021), membeludak mencapai kisaran 39 ribu orang. (SindoNews.com, 16/5/2021)
Keputusan pemerintah untuk tidak menutup lokasi wisata sudah menjadi sorotan. Sebab larangan mudik telah keluar untuk tanggal 6-17 Mei 2021, namun hingga hari raya tempat wisata masih tetap dibuka. Pasca membludaknya jumlah pengunjung barulah keluar surat Edaran Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disparekraf) DKI Jakarta Nomor 1790/-1.858.2 yang diterbitkan Sabtu (15/5/2021). Selain TMII, surat tersebut juga menyertakan dua tempat wisata lain, yaitu Ancol dan Taman Margasatwa Ragunan (TMR) untuk ditutup. Dalam surat tersebut tertulis, keputusan penutupan sementara ini berdasarkan hasil evaluasi peningkatan pengunjung pada tanggal 14-15 Mei 2021 di kawasan wisata DKI Jakarta. (Kompas.com, 16/5/2021). Bahkan pada 16/5/2021 juga terjadi aksi demonstrasi tolak penutupan wisata Pantai pasir Putih Carita.
Buka tutup wisata seyogyanya tidak dilakukan pemerintah. Sebab, pemerintah jauh sebelum hari raya sudah bisa memperhitungkan akan membludaknya jumlah pengunjung jika tidak terjadi penutupan tempat wisata. Lambatnya keputusan penutupan tempat wisata dikhawatirkan akan menjadi cluster “tsunami” Covid-19 seperti yang terjadi di India. Lambatnya kebijakan penutupan tempat wisata dinilai sikap abainya pemerintah terhadap keselamatan dan kesehatan warga.
Kebijakan publik dalam kungkungan kapitalis hanya akan merugikan sebagian orang. Dalam sistem demokrasi sektor pariwisata merupakan salah satu penyokong ekonomi. Karena ia merupakan penyumbang APBN setelah pajak. Oleh karena itu kebijakan yg dibuat bukan untuk kepentingan rakyat. Tapi hanya menimbang pemasukan pemerintah dari PAD dan kepentingan usaha pariwisata. Seperti itulah gambaran jelas sistem ekonomi neoliberal kapitalis yang diadopsi negeri ini. Menjadikan pariwisata tumpuan ekonomi negara. Sehingga menggenjot sektor pariwisata menjadi hal yg wajib meski melanggar protokol kesehatan.
Di sisi lain sumber ekonomi krusial dibiarkan. Eksploitasi sumber daya alam dibiarkan dan tidak menjadi permasalahan. Padahal jika dijaga dan dikelola dengan penuh tanggungjawab, benefit yang akan didapat bukan hanya hanya pertumbuhan ekonomi tapi kesejahteraan rakyat.
Pengelolaan yang demikian akan dilakukan oleh negara khilafah. Sebuah negara yang memandang sumber daya alam sebagai harta milik umum, yang pengelolaan nya di bawah kendali negara. Adapun hasilnya nanti akan dinikmati oleh rakyat baik langsung atau pun tidak langsung. Wallahu a'lam
Oleh: Annida K. Ummah
(Aktivis Dakwah, Penulis)
0 Komentar