Topswara.com -- Setiap orang yang melihat pertumbuhan fisik dan mental Muhammad SAW sependapat bahwa kelak Muhammad akan menjadi pribadi yang memiliki kedudukan tinggi. Ibnu Ishaq bercerita bahwa salah seorang dari Bani Lahab ahli dalam meramal kepribadian seseorang.
Ketika berada di Mekkah, dia mendatangi orang Quraisy yang memiliki anak untuk diramal. Muhammad yang saat itu merupakan anggota keluarga Abu Thalib juga ikut diramal. Ketika peramal tersebut meramal Muhammad, dia berkata, “Berikan lagi anak itu (Muhammad) kepadaku.”
Melihat responnya yang berlebihan, seketika Abu Thalib menjauhkannya. Peramal tersebut berkata dengan emosi, “Celaka kalian, aku bilang berikan anak itu kepadaku, anak yang telah aku ramal tadi. Sebab demi Allah, dia kelak akan memiliki kedudukan yang tinggi.”
Perjalanan Beliau ke Syam dan Pertemuan dengan Buhaira
Ketika berusia dua belas tahun, Muhammad ikut Abu Thalib pergi ke Syam bersama rombongan dagang. Mereka tiba di Bushra, salah satu tempat pertapaan rahib yang bernama Buhaira. Sebelumnya, rombongan dagang tersebut sudah biasa melewati tempat tersebut, namun rahib tidak pernah berbicara apalagi menemui mereka. Hal yang berbeda manakala Muhammad ikut berada dalam rombongan.
Melihat rombongan pedagang semakin dekat, Buhaira membuat makanan yang banyak untuk menyambutnya. Hal itu dilakukan karena dia melihat dari tempat pertapaannya ada sesuatu dalam rombongan tersebut. Dia melihat awan selalu menaungi rombongan itu, bahkan ketika mereka berada di bawah pohon, awan dan dahan-dahan menaungi Muhammad, sehingga dapat berteduh di bawahnya.
Ketika melihat Rasulullah, maka Buhaira bisa menemukan sifat-sifat kenabian yang berada dalam dirinya. Buhaira mendatangi Rasulullah lalu berkata, “Wahai anak kecil, aku bertanya kepadamu tentang Lata dan Uzza, atau beri tahu aku apa itu Lata dan Uzza?"
"Jangan bertanya kepadaku tentang Lata dan Uzza, sebab tidak ada sesuatu yang paling aku benci selain keduanya,” jawab Muhammad.
Buhaira berkata, “Sungguh kamu tidak akan memberi tahu apa yang aku tanyakan?" Muhammad berkata, “Bertanyalah kepadaku tentang sesuatu yang kamu anggap lebih penting.”
Buhaira lalu bertanya tentang keadaan Muhammad, bagaimana dia tidur, gerak-gerik dan kejadian yang dialaminya. Semua jawabannya sesuai dengan apa yang dibaca Buhaira dalam kitabnya. Buhaira membuka punggung Muhammad dan menemukan stempel kenabian yang ada di antara kedua pundaknya, sesuatu yang persis tergambar dalam kitab yang telah dipelajarinya.
Buhaira menemui Abu Thalib, lalu berkata, “Kenapa anak ini bersamamu?” “Dia anakku,’’ kata Abu Thalib. “Bukan, dia bukan anakmu. Sebab tidak mungkin dia begini kalau ayahnya masih hidup,” tegas Buhaira.
Abu Thalib kemudian menjelaskan bahwa ayah Muhammad sudah meninggal dunia sejak dia dalam kandungan. Buhaira berpesan supaya Abu Thalib menjaga Muhammad terutama dari orang-orang Yahudi. Ia menjelaskan bahwa dalam diri Muhammad tersimpan sesuatu yang besar.
Namun hal itu tidak berpengaruh sedikit pun pada diri Muhamamad. Bahkan ia tidak pernah mengingat apa yang telah disampaikan oleh Buhaira. Beliau pun tidak memiliki ambisi untuk menjadi pemimpin bagi kaumnya. Namun peristiwa tersebut menjadi sorotan orang-orang Syam yang akhirnya mereka kenang sepanjang hayat.
Atas saran Buhaira, para kafilah Quraisy kembali ke Mekkah, tidak jadi melanjutkan perjalanan ke Syam demi melindungi keselamatan Muhammad dari orang-orang Yahudi. Dari kisah ini kita bisa mengetahui bagaimana cara Allah SWT melindungi dan menjaga Rasulullah SAW.
Bersambung...
Disadur dari: buku Sirah Nabawiyah, Prof. Dr. Muh. Rawwas Qol’ahji
Ditulis kembali oleh: Dadik Trisatya
0 Komentar