Topswara.com -- "Ramadhan segera datang. Bersukacitalah. Menyambut puasa, bulan penuh kurnia. Puasa ayo puasa. Allah sayangi kita. Suci lahir serta batin. Terbukalah pintu surga."
Demikian syair lagu Ramadan yang diciptakan oleh A.T. Mahmud, pengarang lagu anak-anak yang terkenal dengan syair-syairnya yang mendidik. Syair lagu di atas memang sesuai dengan perasaan dalam hati kita. Ramadan adalah tamu agung yang dinantikan oleh setiap orang. Tak peduli tua muda, laki-laki perempuan, semuanya bersuka cita sambut Ramadan.
Walau rasa itu sama, terkadang gaya menyambutnya berbeda-beda. Ada yang gembira karena melihat momen Ramadan dari sisi manfaat belaka. Namun ada juga menyambut Ramadan dengan harap-harap cemas. Berharap agar Ramadan dan keutamaannya segera datang disertai berbagai persiapan matang dalam menyambutnya.
Bercampur aduk juga dengan perasaan khawatir, kalau-kalau usia tak sampai untuk menggapainya. Betapa banyak orang yang telah mendahului kita, tak sempat menikmati Ramadan karena ajal telah lebih dahulu sampai mendahului datangnya Ramadan.
Oleh karena itu, banyak-banyaklah berdoa dengan doa yang diajarkan Rasulullah SAW, “Allaahumma baariklanaa fii Rojaba wa Sya’bana, wa ballighna Romadhoon. Wahai Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan Sya’ban dan sampaikanlah kami pada bulan Ramadan."
Doa ini tidak lain adalah sebagai bentuk kepasrahan luar biasa seorang hamba di hadapan Al Khaliq akan takdirnya dan secercah harapan agar Dia mempertemukan dengan Ramadan. Bahkan setelah bertemu dengan Ramadan pun, seorang hamba yang mengetahui hakikat Ramadan berharap agar Ramadan dapat berlangsung terus sepanjang tahun.
Rasulullah SAW sedemikian indah menggambarkan ini dalam hadisnya, “Sekiranya manusia mengetahui kebaikan-kebaikan yang dikandung bulan Ramadan, tentulah mereka mengharapkan agar Ramadan berlangsung terus sepanjang tahun.” (H.R. Ibnu Abdi adDunya)
Keutamaan Bulan Ramadan
Rasulullah tentu tidak akan menyampaikan doa tersebut kepada kita, seandainya tidak ada keutamaan-keutamaan bulan Ramadan, di antaranya:
Pertama, bulan Ramadan adalah bulan terjadinya perang Badar al Kubro. Perang ini terjadi pada tahun kedua Hijriyah. Saat itu, pasukan Rasulullah SAW hanya berkisar 305 orang. Sementara pasukan Quraisy berjumlah tiga kali lipat dari pasukan kaum Muslimin.
Walaupun dalam keadaan lapar dan dahaga, pasukan umat Islam berhasil memenangkan peperangan dengan pertolongan dari Allah berupa pasukan Malaikat yang datang berbondong-bondon. Maa syaa Allah.
Pada bulan Ramadan pula, kaum Muslimin berhasil menaklukkan kota Makkah. Ka’bah dan sekitarnya dibersihkan dari berbagai kemusyrikan. Kaum Muslimin melepas kerinduan mereka dengan keluarga yang ditinggalkan selepas hijrah ke Madinah.
Setelah Futuh Makkah, kekuasaan Rasulullah dengan berkah Ramadan semakin bertambah luas hingga mencapai batas-batas Jazirah Arab. Dengan berkah Ramadan, kekuatan dan kewibawaan kaum Muslimin semakin tak tertandingi.
Selain itu, beberapa peristiwa peperangan juga terjadi pada bulan Ramadan seperti perang untuk menaklukkan Baitul Maqdis yang saat itu dilakukan oleh Sholahuddin al Ayyubi.
Kedua, bulan Ramadan terdapat sebuah malam yang penuh dengan kemuliaan yaitu malam Qodar. Jika kita diberikan kesempatan beribadah di malam itu maka nilainya adalah seperti melaksanakan ibadah selama seribu bulan. Muslim mana yang mampu beribadah selama itu tanpa diselingi oleh aktivitas lain.
Di sisi lain, jika dibandingkan dengan usia kita, tentu amat jarang ada Muslim yang diberikan nikmat umur panjang selama seribu bulan atau lebih kurang 83 tahun. Dengan keutamaan yang sedahsyat ini, tentu seorang Muslim tidak ingin mengalami kerugian dengan melewatkan malam tersebut tanpa melaksanakan aktivitas ibadah apa pun.
Ketiga, Ramadan adalah bulan turunnya Al-Qur'an yang mulia. Bulan di mana kekasih Allah siap mengemban risalah yang tidak sanggup dipikul oleh langit dan gunung. Namun berkah Ramadan membuat Rasulullah siap untuk memikul tugas tersebut sehingga beliau mewariskannya hingga generasi akhir zaman.
Oleh karena itu, tidak ada aktivitas yang paling utama di bulan Ramadan selain melakukan tadarrus Al-Qur’an sekaligus mentadabburinya. Dalam hadits riwayat Bukhori dan Muslim diceritakan bahwa setiap bulan Ramadan, Rasulullah ditemani oleh malaikat Jibril melakukan mudarasah Al-Qur'an (saling membaca dan saling menyimak bacaan Al-Qur’an).
Tentu tak kalah penting, pada masa sekarang kaum Muslimin berjuang untuk membumikan Al Qur’an sebagai sumber hukum Islam yang fungsinya sebagai petunjuk bagi manusia dan pembeda antara haq dan batil. Dengan berkah turunnya Al-Qur'an pada bulan Ramadan, maka Allah membuka keberkahan dari pintu-pintu langit dan bumi.
Hal ini secara jelas dinyatakan Allah SWT, “Bulan Ramadan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan pembeda (antara yang haq dan yang batil).” (Q.S. Al Baqoroh: 185)
Keempat, bulan Ramadan merupakan bentuk kenikmatan yang diberikan Allah kepada orang-orang yang beriman karena Allah memberikan kesempatan bertaubat dan menyucikan diri sekaligus melakukan berbagai amal ibadah yang bernilai pahala berlipat ganda sebagai persiapa mengarungi bulan-bulan berikutnya.
Bahkan puasa yang Allah perintahkan pada bulan Ramadan merupakan bentuk syukur orang-orang yang beriman atas petunjuk dan hidayah yang datang dari-Nya lewat Al Qur’an.
Demikianlah Allah telah memberikan karunia kepada orang-orang beriman berupa bulan Ramadan dengan puasa sebagai amal unggulan yang diwajibkan kepada mereka sebagaimana seruan-Nya, ”Wahai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana orang-orang sebelum kalian agar kalian bertaqwa.” (Q.S. Al Baqoroh: 185)
Hakikat Puasa
Masa-masa berpuasa adalah masa-masa yang indah. Kalau dulu di masa kanak-kanak, sering didendangkan lagu rukun Islam yang lima. Maka saat kita dewasa, lagu itu hampir dipastikan selalu terngiang-ngiang di telinga kita. Bahkan mengingat lagu itu membuat kita makin semangat menjalankan puasa.
Namun, berjalannya waktu membuat kita semakin menyadari tentang hakikat puasa. Kalau dulu, bisa jadi kita berpuasa dengan semangat hanya karena iming-iming hadiah dari orang tua atau karena harus mengisi buku agenda Ramadan. Sekarang tentu kadar puasa kita tingkatkan karena dorongan takwa.
Dalam berbagai hadisnya, kerapkali Rasulullah memberikan sindiran tentang rupa-rupa orang berpuasa. Rasul bersabda, “Betapa banyak orang yang berpuasa, namun yang didapatkan hanya lapar dan haus saja.” (H.R. Thabrani).
Tak heran, meski di dalam hadis dikatakan bahwa saat Ramadan setan-setan dibelenggu, namun masih saja banyak orang yang melakukan kemaksiyatan. Jika saat Ramadan, masih banyak yang melakukan kemaksiatan, bagaimana halnya pada saat di luar Ramadan, di mana setan-setan tidak dibelenggu?
Namun Rasulullah berpesan, jika ingin puasanya menjadi berkualitas dan diterima Allah bahkan menghapus dosa-dosa di masa lampau, maka berpuasalah karena landasan iman dan berharap keridaan Allah saja. Sebagaimana sabdanya, ”Siapa saja yang berpuasa karena iman dan mengharap rida Allah, maka akan diampuni dosanya yang telah lalu.” (H.R. Bukhari Muslim)
Oleh karena, itu siapa saja yang menginginkan dirinya terhindar dari kemaksiatan, maka hendaklah dia menjadikan puasa itu sebagai perisai. Sejatinya orang yang berpuasa, rasa takutnya kepada Allah menjadi lebih bertambah. Hawa nafsunya lebih terkendali. Sikapnya lebih berhati-hati. Tingkah laku dan kata-katanya lebih terkontrol.
Sebuah perjuangan yang sangat berat. Seberat perjuangan seekor ulat yang buruk rupa merubah diri menjadi seekor kupu-kupu yang cantik jelita.
Menyambut Ramadan ala Rasulullah
Demikian juga yang dilakukan oleh manusia termulia, Rasulullah SAW. Bulan yang sarat dengan perjuangan ini tidak disikapi beliau dengan biasa-biasa, namun disikapi dengan sambutan istimewa layaknya tamu agung.
Tidaklah beliau memasuki bulan Ramadan melainkan mengawalinya dengan banyak melakukan puasa pada bulan Sya’ban. Tidaklah beliau memasuki bulan Ramadan melainkan banyak melakukan syiar-syiar Islam kepada kaum Muslimin tentang keutamaan Ramadan agar mereka bersiap diri menyambut kedatangannya dengan persiapan sempurna.
Sedemikian hormatnya beliau pada bulan Ramadan, sehingga beliau mengucapkan banyak tahniah kepada para sahabatnya sebagai bentuk kegembiraan akan datangnya tamu nan agung. Bahkan di penghujung bulan Sya'ban, beliau sebagai kepala daulah di Madinah mempersiapkan orang-orang yang terpercaya. Mereka ini berjaga-jaga di seluruh negeri untuk melihat hilal Ramadan sebagai tanda dimulainya awal Ramadan. Setelah hilal terlihat, orang-orang terpercaya ini menginformasikan kepada Rasulullah untuk disampaikan kembali kepada seluruh umat Islam.
Beliau melakukan ini semua seakan-akan beliau tidak rela jika momen detik-detik pergantian bulan Sya’ban menuju bulan Ramadan terlewatkan begitu saja.
Nah, bagaimana dengan kita? Sudahkah kita menyambutnya dengan persiapan optimal agar puasa berkualitas bisa kita raih? Puasa berkualitas untuk melakukan perubahan diri walaupun persentasenya sedikit demi sedikit.Puasa berkualitas untuk meraih kualitas keluarga dan umat terbaik.
Kiat Puasa Sukses
Tentu banyak kiat yang harus dilakukan untuk mencapai target di atas, di antaranya:
Pertama, luruskan niat bahwa puasa yang akan kita lakukan tahun ini adalah puasa yang kita lakukan karena mengharap keridaan Allah semata. Buatlah komitmen bahwa puasa tahun ini haruslah puasa yang lebih baik dari puasa tahun lalu dan berusahalah untuk mewujudkan tujuan puasa yakni membentuk pribadi bertakwa serta keluarga dan umat yang terbaik.
Kedua, pahami hakikat Ramadan dan puasa dengan sebenar-benarnya. Pemahaman itu didapatkan dari berbagai kajian pra Ramadan maupun dari berbagai referensi terkait dengan pembahasan seputar Ramadan. Kuasai juga fikiu puasa Ramadan dari A sampai Z sehingga puasa kita menjadi amal saleh yang diterima Allah SWT.
Ketiga, persiapkan amal-amal unggulan yang dilaksanakan selama Ramadan untuk tambahan kebaikan bagi diri, keluarga dan umat. Bahkan kalau perlu diagendakan dan ditargetkan selesai saat berakhirnya bulan Ramadan. Misalnya jika di hari-hari biasa kita hanya bisa membaca Al-Qur'an satu juz maka saat bulan Ramadan, dalam sehari bisa membaca 2 atau 3 juz.
Jangan lupa untuk menghafal beberapa ayat Al-Qur'an beserta artinya setiap hari. Qiyamul lail dan sedekah juga merupakan aktivitas unggulan yang biasa dikerjakan Rasulullah saat Ramadan. Dan yang lebih penting, aktivitas ibadah yang bernilai wajib jangan sampai ditinggalkan. Menuntut ilmu, melakukan tugas sebagai pendidik generasi bahkan berdakwah adalah aktivitas maha penting yang harus dilakukan pada bulan Ramadan.
Di saat umat, hatinya terpaut dengan zikir kepada Allah, dekat kepada ayat-ayat Al-Qur’an tentu akan lebih mudah menyentuh hati dan pemikiran mereka untuk menerima dakwah dalam rangka membumikan Al-Quran dalam setiap sendi kehidupan mereka. Hatta, momen Ramadan sangat tepat untuk mengajak uma kembali menegakkan syariat dalam bingkai khilafah.
Fenomena kebijakan pemerintah yang zalim serta sistem kapitalisme sekuler yang banyak menyengsarakan rakyat menjadi entry point yang tepat untuk menggelorakan semangat perjuangan umat Islam kembali menjadi umat terbaik di bawah naungan khilafah.
Keempat, banyak-banyak bertaubat kepada Allah SWT atas dosa-dosa kita kepada-Nya. Bersilaturahmi kepada orang tua dan sanak saudara, bersilah ukhuwah kepada saudara-saudara seakidah dalam rangka memohon maaf atas segala kesalahan sehingga Allah memudahkan jalan kita untuk menggapai Ramadhan.
Kelima, persiapkan keluarga untuk bersama meniti sakinah, mawaddah wa rahmah dalam berkah Ramadan. Di tengah berbagai konflik yang mendera keluarga karena imbas sistem kapitalisme, momen Ramadan menjadi ajang introspeksi dari setiap anggota keluarga untuk menjadi keluarga unggul yang dapat mencetak generasi cemerlang. Madrasah Ramadan menciptakan sekaligus mengembalikan keharmonisan keluarga yang mungkin sempat hilang atau mengalami kelesuan.
Nah, sudah siapkah kita sambut Ramadan? Sudah siapkan kita mengisi bulan Ramadan dengan berbagai amal saleh sebagai bentuk perjuangan kita untuk kembali menjadi pribadi-pribadi muttaqiin yang mukhlisin? In syaa Allah. []
Oleh: Indah Kartika Sari, S.P.
(Pegiat Opini Islam)
0 Komentar