Topswara.com -- Hasil istiqomah dapat berupa keistimewaan misalnya doanya mustajab atau pengetahuan khusus. Yang kita butuhkan untuk akherat itu doanya, bukan soal mustajabnya. Misalnya kita doa agar anak kita tunduk dan patuh atas perintah dan nasihat kita dan Allah mengijabahi, mengabulkannya. Beberapa kali anak kita manut, tunduk patuh dan kita merasa kita telah sampai kepada Allah. Pada suatu saat kita nasehati anak namun malah membangkang. Dan kita kecewa serta sedih. Dalam keadaan ini berarti dulu itu kita belum sampai Allah. Dan kerisauanmu atas tidak terpenuhinya keinginanmu berarti itu dalil engkau belum sampai kepada Allah. Kita masih dipenuhi hawa nafsu.
Manusia yang paling baik di dunia adalah Rasulullah. Ketika Rasulullah hijrah ke Thaif betapa beliau dihinakan oleh penduduk Thaif, hingga diteriaki orang gila. Lalu Allah bermunajat curhat kepada Allah bahwa apa pun yang terjadi semoga Allah tidak murka. Doanya: "Ya Allah aku sanggup melakukan apa pun asal engkau ridha, tidak murka. Selain itu aku tidak perduli". Kualitas iman kita harus "laa ilaha illallah".
Berharaplah kepada Allah, bukan selain Allah.
Kita sering berdoa:
"Robbisrohli sodri wayassirli amri, wahlul ‘uqdatam mil lisaanii yafqahu qoulii."
Artinya: “Ya Rabbku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku.” (QS. Thoha: 25-28)
Alhamdulillah diberikan mustajab doanya. Ucapannya, omongannnya dipercaya dan diikuti orang lain. Kita tidak kecewa kalau orang lain tidak mematuhi, menghormati kita. Kita tidak marah dan tidak perlu kecewa. Cukuplah kita bersandar kepada Allah. Doa kita tetap mustajab, meskipun secara dhahir tidak dikabulkan dalam versi kita, tetap dalam versi Allah tetap mustajab. Allah memberikan yang terbaik kepada hamba-Nya yang berdoa. Sehat, sakit, punya uang atau tidak Allah tahu mana yang terbaik.
Nabi Isa diberikan berbagai macam mukjizat mulai dari menyembuhkan orang sakit hingga menghidupkan kembali orang mati. Ada seorang pria (suami) yang ditinggalkan istrinya mati. Berhari-hari ia nunggui di kuburannya. Lalu ia merengek ke Nabi Isa supaya istrinya dihidupkan. Keinginannya kuat sekali. Nabi Isa berkata: Apakah yang dilakukan oleh Allah apakah perlu dipertanyakan? Andai dihidupkan apakah engkau tahu seperti apa jadinya? Lalu atas ridho Allah istri yang telah mati tadi dihidupkan kembali, namun apa yang terjadi? Istri yang dihidupkan kembali itu ternyata "kepincut" kepada anak raja yang sangat tampan, dan cukup diambil sebagai budak anak raja tersebut serta tidak mau kembali kepada suaminya. Kisahnya sebagai berikut:
Suatu hari seorang lelaki Bani Israil punya istri paling cantik. Lelaki itu sangat mencintai istrinya. Tapi sayang, istri tercinta yang sangat cantik itu meninggal dunia.
Lelaki itu bersedih, sehingga selalu berada di kuburan sang istri. Hingga lewatlah Nabi Isa AS dan melihat lelaki itu berada di kuburan tersebut dan sedang menangis.
Nabi Isa kemudian bertanya kepada lelaki itu, “ Mengapa engkau menangis?? Lelaki itu bercerita tentang kehilangannya.
Dan Nabi Isa kembali bertanya, “ Apakah engkau senang kalau saya menghidupkannya lagi untukmu?”
Lelaki itu menjawab, “ Ya.” Lalu Nabi Isa berdoa untuk orang yang dikubur itu. Lalu, keluarlah seorang lelaki berkulit hitam yang hidungnya mengeluarkan api. Selain itu, api juga keluar dari mata dan lubang-lubang lainnya. Rupanya dia mendapat siksa kubur.
Lalu, lelaki berkulit hitam yang dihidupkan itu berkata, “ Laa ilaaha illallah. Isa ruhullah.”
Dan pria yang memohon istrinya dihidupkan itu kemudian berkata, “ Wahai Nabiyullah, bukan kuburan ini, tapi yang ini.” Dia menunjukkan kuburan yang lain. Nabi Isa kemudian berkata kepada orang hitam itu, “ Kembalilah ke tempatmu.” Dan lelaki berkulit hitam itu meningal lalu ditutupi tanah kembali.
Kemudian, Nabi Isa menoleh ke kuburan yang ditujuk dan berkata, “ Bangkitlah, hai yang berada di kuburan ini dengan izin Allah!” Kuburan itu terbelah, dan muncullah seorang perempuan yang mengibaskan tanah dari kepalanya. Lalu, laki-laki itu berkata, “ Inilah istriku, hai ruhullah.” Dan Nabi Isa berkata, “ Ambillah istrimu.”
Lelaki itu membawa istrinya pulang. Sampai di rumah, lelaki itu ingin tidur dan terlelap di pangkuan sang istri.
Tak berapa lama, pemuda tampan dari seorang raja lewat. Dan istri lelaki itu, yang baru saja dihidupkan Nabi Isa, jatuh cinta. Kepala sang suami yang berada di pangkuan dilepaskan dan jatuh ke tanah. Perempuan itu mendekati pangeran tampan itu dan berkata, “ Ambillah saya.”
Anak raja itu kemudian membawanya. Sementara, sang suami yang bangun dari tidur bingung karena tak menemukan istri yang bari dihidupkan Nabi Musa. Lelaki itu mencari, dan menemukan istrinya bersama sang pangeran. Lelaki itu berkata, “ Hai anak raja! Ini istriku. Oleh karena itu, lepaskan dia!”
Namun, istrinya ternyata tak mau dan berkata, “ Saya budak anak raja ini.” Dan anak raja itu berkata, “ Apakah engkau cemburu terhadap budakku?”
Lelaki itu menjawab, “ Demi Allah, sungguh dia istriku. Sungguh Nabi Isa telah menghidupkannya setelah kematiannya untukku.”
Ketika perdebatan itu terjadi, lewatlah Nabi Isa. Lelaki itu berkata kepada Nabi Isa, “ Wahai Ruhullah. Apakah perempuan ini istriku yang telah engkau hidupkan untukku?”
Nabi Isa menjawab, “ Ya.” Namun perempuan itu berkata, “ Wahai Ruhullah, dia pembohong. Saya adalah budak putra raja ini.” Dan Nabi Isa kemudian bertanya, “ Apakah engkau perempuan yang telah aku hidupkan atas izin Allah?” Perempuan itu menjawab, “ Tidak, demi Allah. Wahai Ruhullah.”
Nabi Isa kemudian berkata kepada wanita itu, “Kembalikan kepada saya apa yang telah saya berikan kepadamu!”
Perempuan itu kemudian jatuh dan mati.
Lalu, Nabi Isa berkata, “ Barang siapa yang ingin melihat orang yang mati kafir lalu dihidupkan kembali dan beriman lalu mati dalam keadaan beriman, maka lihatlah lelaki yang berkulit hitam itu.”
“Dan barangsiapa yang ingin melihat orang yang mati dalam keadaan beriman lalu dia dihidupkan oleh Allah lalu dia kufur dan mati dalam keadaan kufur, maka lihatlah perempuan ini.”
Lalu, laki-laki itu bersumpah tidak menikah lagi setelah peristiwa itu. Lalu pergi ke padang pasir untuk beribadah kepada Allah sepanjang hayatnya.
(Kisah ini dikutip dari buku “ Mutiara Hikmah Tasawuf” Pustaka Tebuireng, terjemahan dari Kitab An-Nawadir).
Demikianlah jika keinginan hawa nafsu tidak ridho atas keputusan Allah. Allah lebih mengetahui bagi hamba-Nya apa-apa yang terbaik. Maka, pantaskah kita bersedih hati ketika sesuatu hal luput dari kita, dan pantaskah kita terlalu berbangga apa yang dapat kita raih?
Wallohu'alam bishowab.
Tabik..!!!
Ditulis kembali oleh Suteki
(Digabung dengan beberapa artikel)
Kajian Subuh di Masjid At Taufiq Srondol Wetan Banyumanik Semarang. Ngaji Kitab AL HIKAM bersama Ust. RIYAD AHMAD
Selasa, 20 April 2021.
0 Komentar