Topswara.com -- Abu Sa’id al-Khudriy ra. berkata, Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda,
عَنْ أَبِي سَعِيْد الْخُدْرِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ : مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَراً فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ اْلإِيْمَانِ
[رواه مسلم]
Terjemah hadits / ترجمة الحديث :
“Barangsiapa melihat kemungkaran, hendaklah merubah dengan tangannya; jika tidak mampu, maka dengan lisannya; jika tidak mampu maka dengan hatinya, dan yang demikian itu tingkatan iman paling lemah.” (HR Muslim).
Manusia diciptakan oleh Allah di bumi sebagai pengganti karena sebelum manusia ada bani Jin yang menempati bumi sering ribut. Allah lalu menyeru kepada malaikat dan ditanggapi dari iblis, bernama Azazil. Azazil berkata: adakah hamba Allah yang lebih hebat dari saya karena saya merajai langit dan bumi. Ketika Azazil mengatakan hal itu, Allah menyeru kepada malaikat bahwa sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia sebagai pengganti, khalifatul ard. Menciptakan manusia sebagai pemimpin di muka bumi, untuk menjaga bumi ini. Hal ini berarti setiap manusia itu punya tanggung jawab bumi ini. Maka ketika manusia melihat kemungkaran di muka bumi tetapi ia diam, maka ia kena pasal.
Lalu Allah menunjukkan akibat-akibat kerusakan karena manusia tidak mengingatkan. Contoh kita pergi rombongan dengan moda mobil, tapi ada 1 orang tidak baik maka suasana mobil pasti tidak nyaman. Satu orang saja akan merusak semua keadaan. Apalagi lebih banyak lagi. Demikian Allah menunjukkan kerusakan berupa bencana yang menimpa umat manusia. Hal ini tidak datang serta merta, tidak tiba-tiba.
Contoh musibah banjir bandang zaman nabi Nuh, gempa bumi dahsyat umat nabi Luth yang melakukan sodomi, 70 ribu manusia hangus berubah jadi kera yang menimpa umat Bani Israil zaman nabi Daud dan nabi Isa (larangan kerja di hari sabtu). Mereka merekayasa pada hari sabtu menebar jala untuk menyiasati pengambilan ikan di hari sabtu. Mereka mengambil ikan di hari Minggu dan seterusnya.
Jangan membuat kerusakan di muka bumi. Kerusakan itu berupa kemaksiatan. Kemaksiatan berakibat dunia menjadi rusak. Misal ada kejujuran dalam jual beli, tidak ada tipu menipu maka tentu perdangan akan baik, damai dan berkah. Bila yang ada tipu menipu, maka akan ada kutukan. Kutukan ini bisa naik ke Allah. Akan turun kembali mencari siapa yang dikutuk. Jika benar bahwa yang dikutuk itu zalim akan mengenai yang dikutuk, jika salah kutukan itu, maka kutukan akan mengenai diri pengutuk sendiri.
Melihat dampak buruk dari kemaksiatan ini, maka Rasulullah bersabda agar jika kita melihat kemungkaran hendaklah berusaha mengubah dengan tangannya. Seperti MLM (Multy Level Marketing), kemungkaran bisa turun temurun dan merembet ke mana-mana, tidak berhenti. Bentuk asli kemaksiatan adalah API, jika dibiarkan akan membakar sekelilingnya. Maka mata rantainya harus dipotong. Jika seseorang membiarkan, ridho kemaksiatan, maka ia sebenarnya sedang melakukan kemaksiatan. Harapan kita berhentinya kemungkaran ini, Allah tidak mendatangkan bencana. Kelebihan umat Muhammad adalah AMAR MAKRUF NAHI MUNGKAR. Umat sebelumnya tidak melalukan tugas utama ini.
Jika bencana bertubi-tubi di negeri ini, maka kita perlu introspeksi. Dahulu bencana sesekali saja terjadi. Sekarang ini sering terjadi bencana banjir, longsor, gempa, tsunami. Hal ini menunjukkan kemakisatan terjadi di mana-mana dan banyak orang meridhoinya, membiarkannya.
Sebagai pejabat harus mau mengubah kemungkaran dengan perbuatan. Jika tdk mampu dengan tangannya, maka dengan lisannya. Sampaikan dengan mengingatkan. Jika dengan ucapan tdk mampu maka ubahlah dengan hati dengan pengertian bersikap. Tunjukkan bahwa kita tidak suka. Jangan bersama mereka yang sedang melakukan kemaksiatan. Jangan membuat orang nyaman berbuat maksiat di depan kita. Bersikap dengan hati ini pun dinilai selemah-lemahnya iman. Jadi orang yang berpikir nafsi-nafsi itu menunjukkan selemah lemah iman.
Allah berfirman dalam Quran Surat Ali ‘Imran Ayat 110:
كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ ۗ وَلَوْ ءَامَنَ أَهْلُ ٱلْكِتَٰبِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُم ۚ مِّنْهُمُ ٱلْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ ٱلْفَٰسِقُونَ
Terjemah Arti:
"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik".
Semua ulama sepakat bahwa memberantas kemungkaran hukumnya wajib, karena setiap muslim wajib memberantas kemungkaran yang ada sesuai dengan kemampuan masing-masing, baik dengan tangan, lisan atau hatinya.
Untuk memberantas kemungkaran dengan hati seseorang harus mampu mengetahui hal-hal yang makruf dan mengingkari kemungkaran. Dan upaya memberantas kemungkaran melalui hati merupakan fardlu ‘ain bagi setiap individu muslim, dalam kondisi apapun. Barangsiapa yang tidak dapat membedakan antara kebaikan dan kemungkaran, maka ia akan celaka. Dan barangsiapa mengetahui kemungkaran tetapi tidak mengingkarinya, maka ini pertanda pertama hilangnya iman dari hati.
Ali ra. pernah berkata: “Jihad yang menjadi kunci pertama kemenangan kalian, adalah jihad dengan tangan, lalu dengan lisan, lalu dengan hati. Barangsiapa yang tidak mengetahui yang baik, dan tidak mengingkari dengan hatinya kemunkaran yang terjadi, maka ia akan kalah. Sehingga, kondisinya pun berbalik, yang di atas menjadi di bawah.”
Suatu saat, Ibnu Mas’ud ra. mendengar seorang laki-laki berkata, “celakalah orang yang tidak melakukan amar makruf dan nahi mungkar.” Mendengar hal ini Ibnu Mas’ud lalu berkata, “Celakalah orang yang hatinya tidak mengenali kebaikan dan kemungkaran.”
Mengingkari kemungkaran dengan hati hanya dilakukan dalam kondisi lemah, yakni jika seseorang tidak bisa memberantas kemungkaran dengan tangan atau lisan. Ibn Mas’ud berkata, “Mungkin di antara kalian ini ada yang akan mengetahui kemungkaran, tapi tidak mampu memberantasnya. Ia hanya bisa mengadu kepada Allah bahwa ia benci kemungkaran itu.”
Kita seringkali terbalik menyikapi keadaan. Misal di bulan puasa, ada orang yang mengatakan terbalik, misalnya: hormati yang tidak berpuasa. Ini kebalik, seharusnya yang berpuasa dihormati. Jika buka warung ya jangan terang-terangan. Semua tugas mengubah kemungkaran dengan amar makruf dan nahi mungkar ini kita lakukan agar kita selamat di dunia dan di akherat.
Wallohu a'lam bishowab
Tabik..!!!
Ditulis kembali oleh Suteki
(Digabung dengan beberapa artikel)
Kajian Subuh di Masjid At Taufiq Srondol Wetan Banyumanik Semarang. Ngaji Kitab AL ARBA'IN bersama Ust. Jakfar Shodiq Al Musawwa.
Senin, 19 April 2021.
0 Komentar