Topswara.com -- Politik menurut sebagian orang kotor, bahkan harus dijauhi. Dalam politik ada slogan, tak ada kawan atau lawan yang ada hanyalah kepentingan. Fakta, bahwa politik hari ini demi meraih kursi jabatan menghalalkan segala cara.
Para milenial pun tak jarang yang alergi dengan politik. Partai politik yang katanya membela wong cilik namun faktanya kebijakannya sangat merugikan mereka, semakin membuat generasi z ini muak terhadap politik.
Banyaknya politikus yang korupsi dengan jumlah yang fantastis, semakin membuat jiwa muda mereka berontak terhadap perpolitikan yang ada.
Hasil survei Indikator Politik Indonesia menunjukkan, sebanyak 64,7 persen anak muda menilai partai politik atau politisi di Indonesia tidak terlalu baik dalam mewakili aspirasi masyarakat. Sebanyak 25,7 persen anak muda yang menilai para politisi sudah cukup baik mendengarkan aspirasi.
"Sikap mereka tidak begitu yakin bahwa politisi mewakili aspirasi masyarakat," kata Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi dalam rilis survei secara daring (merdeka.com, 21/3/2021).
Politik yang diterapkan saat ini jelas rusak dan harus ditinggalkan, karena asasnya adalah sekularisme. Sekularisme meniadakan peran agama (Tuhan) dalam mengatur kancah kehidupan, walhasil berbagai penyelewengan terjadi karena manusia bebas bertingkah laku tanpa ada aturan didalamnya.
Apalagi dalam politik pengaturan negara, kebijakan yang diambil berdasar suara terbanyak. Jelas ini akan dipengaruhi oleh kepentingan yang berkuasa, rakyat tak pernah menjadi prioritas.
Berbeda dengan politik dalam lslam yang bermakna ri’ayatul su’unil ummah atau pengaturan urusan umat berdasarkan syariat. Syariat menyatakan bahwa sandang, pangan, papan, kesehatan, keamanan dan pendidikan adalah kebutuhan yang wajib disediakan oleh pemerintah dengan murah bahkan gratis.
Hal ini pernah diterapkan oleh Para Khalifah selama 14 abad yang menaungi 2/3 dunia. Kesejahteraan dirasakan oleh umat lslam dan non lslam.
Islam telah menyatukan hati ratusan bangsa yang terbentang mulai dari Cina, lndia, lndonesia, Persia, Syam, Mesir, Jazirah Arab bahkan hingga ke Maroko dan Spanyol. Penyatuan yang belum ada tandingannya, padahal latar belakang suku, bahasa, politik dan agama yang berbeda mampu hidup rukun berdampingan.
Islam mampu membangkitkan pemikiran hingga manusia bisa menggapai cita-citanya. Kehidupan yang diliputi keberkahan hingga memuliakan manusia. Peradabannya yang agung bisa dirasakan siapa saja.
Sebagaimana yang disampaikan oleh Carly Fiorina, CEO of Hewlett Packard Coporation: “Pernah ada sebuah peradaban yang terbesar di dunia. Peradaban itu mampu menciptakan super negara benua yang membentang dari samudra ke samudra, dan dari iklim utara tropis dan gurun. Peradaban ini menaungi ratusaan juta orang dari berbagai kepercayaan dan suku.”
Politik ekonominya juga kuat, sebagaimana yang terjadi pada masa pemerintahan Khalifah Abdurrahman 111. Diperoleh pendapatan negara sebesar 12, 045,000 dunar emas (1 dinar=4,25 gram emas). Diduga kuat bahwa jumlah tersebut melebihi pendapatan pemerintahan negeri-negeri Masehi Latin jika digabungkan.
Islam juga menjamin kesehatan masyarakat dengan layanan terbaik. Menyiapkan berbagai rumah sakit yang layak sekaligus memenuhi keperluannya. Sebagaimana rumah sakit al-Bimarustan yang dibangun oleh Khalifah Nuruddin di Damaskus tahun 1160. Dan bertahan selama tiga abad dalam merawat orang-orang yang sakit tanpa bayaran dan menyediakan obat-obatan gratis.
Pada masa Umar ibn Khattab menjadi Khalifah kaum muslimin beliau sangat antusias terhadap pengembagan sumber daya manusia kala itu. Beliau bahkan tidak segan-segan memberi hukuman pada mereka yang enggan menuntut ilmu. Di mata beliau menuntut ilmu wajib hukumnya, sehingga siapa pun yang enggan menuntut ilmu maka penjara akan menjadi tempat bagi mereka.
Namun, tak hanya itu. Demi sebuah kemajuan pendidikan beliau membayar gaji para pengajar sebesar 15 dinar setiap bulan. Ini bisa kita baca dalam buku berjudul ‘Fikih Ekonomi Umar Bin Khattab” karangan Dr. Jaribah bin ahmad Al-Haritsi.
Dijelaskan dalam Kompas.com sebagaimana dikutip dari laman resmi logammulia.com pada Sabtu (30/1/2021), bahwa harga koin emas dinar yang diproduksi Antam 91,7 persen dan berat 4,25 gram dijual seharga Rp 3.582.007. Sedangkan dikutip dari akurat.co bahwa 1 dinar di masa Rasulullah setara Rp2,2 juta.
Jika kita gunakan dinar versi Rasulullah Saw, maka gaji guru pada masa Khalifah Umar Ibn Khattab dengan 15 dinar setara dengan 33 juta/bulan. Sebuah angka atau nominal pendapatan guru yang sangat fantastis jika direalisasikan untuk kehidupan saat ini. Ini sangat ironi dan paradoks dengan kenyataan guru di Indonesia khususnya. Kita masih melihat guru yang mendapatkan gaji di bawah Rp.500 ribu/bulan.
Sungguh mulia politik dalam lslam. Tentu milenial dan siapa saja akan bangga jika mengetahuinya. Politik lslam bisa sempurna jika ada negara yang menaunginya yaitu sistem khilafah. Saatnya semua bicara politik dan menuntut diterapkannya dalam kehidupan agar ketenangan dan kebahagiaan dirasakan kembali oleh manusia.
Tiada kemuliaan tanpa lslam. Tiada lslam tanpa syariat. Tiada syariat tanpa khilafah.
Allahu a’lam. []
Oleh: Umi Hanifah S.Ag (Komunitas Aktif Menulis).
0 Komentar