Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Tiga Poin Penting Doa dalam Buku Pilar Pengokoh Nafsiyah


Topswara.com-- Berbicara terkait doa, Analis Muslimah Voice dan Dosen Online Uniol 4.0 Diponorogo Ika Mawarningtyas, S. Pd., membeberkan tiga poin penting doa dalam Buku Pilar Pengokoh Nafsiyah (Min Mukhowimat) karangan Taqiyuddin an-Nabhani.

"Islam sebagai ajaran agama dari Zat yang Maha Mengetahui fitrah manusia, juga telah mensyariatkan perihal doa. Dalam kitab pilar-pilar pengokoh nafsiyah ada tiga poin penting padangan Islam berkaitan dengan doa," tuturnya dalam Kuliah Online Uniol 4.0 Diponorogo, Rabu (7/4/2021) di grup WhatsApp Uniol 4.0 Diponorogo.

Kak Rose, sapaan akrabnya, mengatakan, doa adalah aktivitas perwujudan dari naluri  mensucikan sesuatu (ghorizatut tadayun) yang fitrah dimiliki oleh setiap manusia.

"Nah, tiga poin penting itu adalah sebagai berikut," tambahnya.

Pertama, doa merupakan bagian dari ibadah kepada Allah SWT sebagaimana perintahnya dalam Q.S Al Ghafir: 60 yang berlafaz “ud’unii astajib lakum” yang bermakna “berdoalah kepadaku nisya akan aku kabulkan bagimu." 

"Berdoa hukumnya sunah yang sangat dicintai oleh Allah SWT. Dalam sebuah hadis Nabi Saw yang diriwayatkan oleh at Tirmidzi dari Nu’man bin Basyir juga dinyatakan bahwa doa adalah “mukhul ibadah” yang bermakna inti dari ibadah," jelasnya.
 
Kedua, bagi orang-orang yang berdoa harus disertai dengan mengikuti syariat Allah SWT dan Rasul&Nya. 

Ia mengutip sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dinyatakan, “Ia berdoa kepada Allah SWT, tetapi makan dan minumannya dari barang yang diharamkan, maka bagaimana mungkin dia akan dikabulkan doanya."

Ia menjelaskan, terkait dengan mustajabnya doa memang tidak harus beriringan sepenuhnya dengan keinginan. "Dalam kitab adab al mufrod dikatakan bahwa terkabulnya doa tidak mesti harus terwujud di dunia. Doa kadang bisa dikabulkan di dunia kadang juga Alloh akan menyimpannya di akhirat kelak. Dan di akhirat itu akan ada pahala yang sangat besar dan banyak. Atau jika tidak demikian maka Alloh SWT akan mengabulkannya dalam bentuk memalingkan dirinya dari keburukan sesuai dengan kadar doanya," paparnya.

Dengan demikian, ia mengatakan, seorang hamba harusnya terus berdoa, meskipun mustajabnya bisa langsung di dunia atau dikabulkan di akhirat atau dalam bentuk dijauhkan dari mara bahaya. 

"Perihal mustajabnya doa, ada banyak hadis Nabi Saw yang menunjukkan kapan dan di mana tempat yang tepat untuk bisa dikabulkannya doa oleh Allah SWT," katanya.

Hal ini, sekali lagi, ia tunjukkan, betapa Islam sangat memperhatikan ibadah ini yang barang tentu tidak selengkap perhatiannya dalam ajaran agama lain. "Waktu yang utama dalam berdoa adalah saat sujud, di tengah malam dan saat setelah shalat wajib," imbuhnya. 

Sebagaimana ia kutip hadis Nabi Saw yang diriwayatkan oleh Imam Muslim yang menyatakan, “posisi hamba yang paling dekat dari Rab-Nya ialah pada saat sujud, maka perbanyaklah doa”. Dalam riwayat at Tirmidzi, Abu Umamah pernah bertanya  kepada Rasulullah Saw: doa manakah yang paling di dengar oleh Allah SWT? Maka Rasulullah Saw menjawab: “jauful lail, wa duburis sholawatil maktubah” (doa di tengah malam dan setelah sholat wajib). 

"Doa pada bulan Ramadhan juga memiliki keutamaan dan pahala yang sangat besar," tukasnya. 

Ia mengutip sabda Rasulullah Saw dalam hadis yang diriwayatkan oleh at Tirmidzi menyebutkan, "ada tiga golongan yang doanya tidak akan ditolak yaitu orang yang shaum (puasa) hingga berbuka, imam atau pemimpin yang adil dan orang yang dizalimi," bebernya

"Allah SWT akan mengangkat doanya dan akan dibukakan baginya pintu-pintu langit," tambahnya.

Ketiga, berdoa tanpa meninggalkan hukum kausalitas. Ia mencontohkan, pada saat perang Badar, tatkala persiapan menuju perang, Rasulullah Saw masuk ke dalam bangsalnya dan berdoa kepada Allah SWT meminta pertolongan-Nya. 

"Begitu khusyu’ dan lamanya beliau berdoa sampai-sampai Abu Bakar r.a berujar, wahai Rasulullah! sebagian doamu telah cukup. Di satu sisi beliau berdoa dengan penuh harap di sisi lain untuk meraih harapan yang beliau inginkan," jelasnya.

Ia menjelaskan, Rasulullah Saw tetap melaksanakan kaidah kausalitas (sebab akibat ikhtiar manusia) yaitu menyiapkan pasukan, mengaturnya di tempat masing-masing dan menyiapkan strategi yang terbaik termasuk salah satunya adalah strategi untuk dekat dengan sumber mata air. 

Demikianlah sekelumit, ia beberkan, perhatian Islam terhadap doa sebagai bagian dari ibadah kepada Allah SWT. "Meskipun, tata cara berdoa tidak sama seperti tata cara ibadah lain seperti shalat dan berhaji yang harus sama persis dengan yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw," pungkasnya. [] Witri Osman
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar