Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Seabad Tanpa Junnah, Umat Kehilangan Arah


Topswara.com -- Dalam hitungan Hijriah, tahun ini, 1442 Hijriah genap 100 tahun umat Islam hidup tanpa perisai yang mampu melindunginya. Hal yang sangat memilukan, yang harusnya membuat kaum muslimin sedih. Karena hubungannya dengan urusan akhirat dan urusan kemaslahatan kaum muslimin untuk kebaikan di dunia dan di akhirat. 

Ada dua hal kesedihan yang dirasakan umat Islam pertama, kesedihan yang baik yakni sedih karena sesuatu yang kaitannya dengan akhirat dan kebaikan. Kedua, kesedihan yang jelek adalah jika sedih karena urusan dunia dan perhiasan didalamnya.

Dikala Rasulullah Saw. sedang dirundung kesedihan karena ujian yang begitu dalam silih berganti. Diawali dari ditinggalkan istri tercinta Khadijah ra., tak berselang lama paman yang selalu membelanya meninggal dalam kondisi kekufuran. Saat itulah, Allah Swt. memberikan hadiah untuk menghibur Rasulullah saw. dengan perjalanan indah ke Baitulmaqdis dan Sidratul Muntaha, yang dikenal dengan peristiwa Isra Mikraj pada 27 Rajab tahun ke-10 kenabian.

Setelah itu, meskipun perlawanan kaum kafir Quraisy semakin keras dan mematikan. Bermacam propaganda, penganiayaan, hingga pemboikotan terus dialami umat muslim. Namun kondisi keimanan kaum muslimin sudah mulai kokoh. Menghadapi keadaan tersebut tak sedikit pun menggoyahkan keimanan dan menyurutkan semangat dakwah, hingga Allah Swt. perkenankan kemenangan itu hadir di tahun ke-13 kenabian. Saatnya Rasulullah saw beserta kaum muslim hijrah ke Madinah Almunawarah. Islam berhasil memimpin dunia selama 13 abad dan menjadi penguasa dunia, yang mencakup 2/3 bagian dunia, mampu menciptakan peradaban agung dan gemilang.

Bulan Rajab banyak menyimpan peristiwa sejarah yang sangat penting bagi umat Islam. Salah satunya adalah tragedi penghapusan Khilafah Utsmaniyah pada tanggal 28 Rajab 1342 H oleh Mustafa Kemal Attaturk laknatullah ‘alaih, seorang etnis Yahudi yang menjadi agen Inggris.  Ini merupakan khilafah terakhir umat Islam. Penghapusan khilafah ini menandai awal mula sekularisasi di dunia Islam dan dimulainya penderitaan umat Islam. 

Penderitaan umat Islam semakin kentara ketika munculnya para penguasa boneka yang berpaling dari syariah Islam. Merekapun berani memimpin umat Islam dengan mempraktekan ideologi dan sistem sekuler. Baik Kapitalisme atau Sosialisme yang tak pernah dibahas sedikitpun oleh para ulama salaf. Namun karena pemikiran ini terus diaruskan secara massif dan arogan, kedua pemikiran ini akhirnya dipandang lebih agung ketimbang ideologi dan sistem Islam. 

Ketinggian Islam sangat jelas dan tidak ada bandingannya. Nabi saw bersabda: 
 Ø§Ù„ْØ¥ِسْÙ„َامُ ÙŠَعْÙ„ُÙˆ ÙˆَÙ„َا ÙŠُعْÙ„َÙ‰ 
“ Islam itu tinggi dan tidak ada yang setinggi Islam.” (HR al-Bukhari).

Itulah Islam, tak akan pernah ada satupun agama yang akan mampu menandingi kebenaran dan keberhasilan dalam menerapkan sistem kehidupan bagi manusia. Meskipun manusia tidak menyukainya.

Upaya untuk menghilangkan khilafah dari benak umat muslim, membubarkan kelompok yang mengusungnya, serta mengkriminalisasi ulama dan umat yang mengembannya. Menghilangkan ajaran khilafah dari buku sekolah, menyamakan khilafah dengan komunis (yang telah jelas biadabnya), merekapun berupaya mengubur khilafah yang merupakan mahkota kewajiban umat muslim. 

Kini, benar-benar terjadi apa yang dikatakan Imam Al-Ghazali dalam kitabnya al-Iqtishad fi al-I’tiqad, dinyatakan bahwa agama dan kekuasaan adalah dua saudara kembar. Artinya, agama adalah dasar, kekuasaan adalah penjaganya. Apapun yang tidak berdasar (tidak didasarkan pada agama) niscaya akan runtuh. Dan apapun yang tidak memiliki penjaga, niscaya akan lenyap atau hilang. 

Kerugian bagi umat Islam saat tidak ada perisai baginya, pertama, Kehilangan  rida Allah Swt. bagi negeri ini karena menolak diterapkannya khilafah. Padahal, ia merupakan tajul furudh atau mahkota kewajiban bagi umat.

Kedua, imam atau Khalifah atau Amirul Mukminin  sebagai ra’in (pengurus umat) dan junnah (perisai atau pelindung umat) pun hilang. Dengan demikian, banyak yang hilang ketika kaum muslim kehilangan legitimasi kepemimpinan ini. Dengan begitu, umat tak akan ada lagi yang mengurusi seluruh kebutuhannya dengan sepenuh hati. Dan tak akan ada lagi yang melindungi umat dari serangan kaum kafir dan munafik. Tengok saja apa yang dialami umat terkait kebutuhan hidupnya yang serba mahal: listrik, air, bahan makanan, pakaian, tempat tinggal, hingga pendidikan, kesehatan dan keamanan. Umat kesulitan mendapatkannya akibat penguasa demokrasi menyerahkan seluruh urusan pada swasta. 

Ketiga, tidak adanya rasa aman dan jaminan keamanan yang menyebabkan ketakutan. Saat ini, ketika umat Islam mau melaksanakan yang menjadi kewajibannya seperti berpakaian yang telah diperintahkan agamanya, mengkaji ajarannya termasuk ibadah pun dihantui ketakutan. Tak sedikit terjadi persekusi para ulama dan pengembannya, belumlah UU ITE yang selalu menjegal yang aktif di sosial media, dan baru-baru ini diberlakukannya polisi virtual yang siap menjerat kaum muslim yang sedang berdakwah menentang kemungkaran. 

Keempat, ilmu pengetahuan, pendidikan, dan kepedulian yang lahir dari kepribadian Islam hilang. Diganti dengan sistem pendidikan yang kapitalistik membuat rakyat miskin tak bisa mengecap pendidikan dengan layak. Akibatnya, banyak yang buta huruf dan buta wawasan. Sistem pendidikan yang liberalistik juga telah mencetak manusia pintar tetapi minus keimanan. SDM jadi tidak peduli sesama. Ilmunya tak bermanfaat untuk umat.

Kelima, kehilangan kekuatan dan jihad akibat kelemahan dan kekalahan. Seperti yang kita lihat, upaya para mujahidin di Palestina hanya berakhir pada kekalahan. Semua itu akibat hilangnya kekuatan umat yaitu khilafah, hingga negeri Palestina dibiarkan sendiri tanpa senjata menghadapi kafir penjajah Israel. Akan tetapi jika khilafah tegak, Khalifah akan menghimpun pasukan dari seluruh negeri muslim dan menghadirkan senjata mutakhir untuk bisa mengalahkan Israel.

Keenam, kekayaan pun hilang  disebabkan kemiskinan. Sistem ekonomi kapitalisme yang membebaskan kepemilikan telah mengesahkan eksploitasi SDA milik umat. Semua itu menyebabkan kesengsaraan pada umat karena tak bisa merasakan manfaat dari SDA yang notabene miliknya sendiri. Eksploitasi SDA pun menyebabkan bencana dan menjadikan pajak utang sebagai tumpuan membiayai negara. Akhirnya, semua berujung pada kerugian umat. 

Ketujuh, pencerahan dan pedoman yang benar hilang akibat kegelapan dan pedoman yang salah. Penerapan yang tak sesuai Islam hanya akan menyebabkan kehidupan bermasyarakat menjadi rusak. Nilai sosial di masyarakat yang individualis membuat kemaksiatan merajalela. Seks bebas, narkoba, L68T, dan kenakalan remaja lainnya tumbuh subur akibat budaya permisif yang ada di tengah-tengah masyarakat.

Kedelapan, kehormatan dan martabat hilang akibat  penghinaan. Banyaknya karikatur Nabi dan pelecehan terhadap ajaran agama Islam seperti poligami, cadar, jenggot, kerudung. Adalah akibat hilangnya martabat kaum muslim.

Kesembilan, kedaulatan dan ketergantungan dalam membuat keputusan politik juga hilang. Hal ini akibat ketundukan kepada negara-negara penjajah kafir Barat dan Timur. Jebakan utang yang menyebabkan ketergantungan negeri ini pada para penjajah telah menghilangkan kedaulatan dalam membuat suatu keputusan politik, semua disetir korporasi. Adanya penguasa boneka yang hanya membebek pada negara adidaya, makin melengkapi kezaliman yang menimpa umat. 

Kesepuluh, keadilan seolah tak ada disebabkan penindasan dan ketidakadilan. Lihatlah, hukum di negeri ini dikangkangi politik, menyebabkan hukum tajam ke bawah dan tumpul ke atas. Adanya hukum hanya berlaku pada rakyat dan kebal pada penguasa, hanya tajam ke depan yaitu lawan politiknya dan tumpul ke belakang yaitu koalisinya.

Kesebelas, keimanan dan keikhlasan musnah akibat pengkhianatan penempatan orang yang salah pada tempat yang salah. Para pemimpin yang diamanahi mengurusi umat nyatanya memang tak membekali dirinya dengan keimanan dan keikhlasan dalam menjabat. Ditambah dengan lingkungan yang mendukungnya untuk berbuat maksiat, alhasil saling menutupi kesalahan adalah langkah terbaik bagi rezim korup.

Kedua belas, ketiadaan sikap dan moral yang terpuji menyebabkan kejahatan dan sikap tercela. Bertingkah laku bebas menjadi salah satu jargon demokrasi menyebabkan hilangnya rasa hormat murid pada guru, contohnya. 

Ketiga belas, terhapusnya negeri-negeri Islam dan tempat tinggal. Bukan hanya Palestina, tetapi juga Andalusia (sekarang yang disebut Portugal dan Spanyol), wilayah yang luas di Asia Tengah dan Timur Jauh, Kosovo, Bosnia, Kashmir, dan yang lainnya. Menyebabkan jutaan imigran, gelombang pengungsi, dan pendeportasian. Semua ini terjadi akibat umat Islam tidak memiliki pelindung mereka.

Keempat belas, tempat suci umat Islam dikuasai para korporasi yang menyebabkan kaum muslim dilarang salat di Masjidilaqsa selama 50 tahun sampai saat ini.  Masjidilharam dan Masjid Nabawi, tidak dalam kondisi baik-baik saja. Adanya pembatasan ceramah pada Masjidilharam, salah satunya tidak boleh membicarakan Khilafah.

Kelima belas, kesatuan dan integritas hilang akibat berpecahnya negeri kaum muslim menjadi 56 bagian yang tidak sah. Saat ini, AS bekerja keras menciptakan bagian ke-57 di Palestina, ke-58 di gurun Afrika barat, dan ke-59 di Timor Timur. Sungguh, disintegrasi akan terus memereteli negeri-negeri muslim hingga kepingan terkecil. Penjajahan makin mulus dan kebangkitan umat makin terhadang. 

Itulah 15 poin kerugian ketika khilafah tidak ada. Maka dari itu, jika kita menginginkan kerugian ini hilang, seyogianya kita memperjuangkan agar khilafah kembali tegak. Dengan tegaknya khilafah, kerugian akan berubah menjadi kemaslahatan.  Misalnya, ketika Allah Swt. memenangkan dakwah Rasul di Madinah Al-Munawarah. Insyaallah, atas izin-Nya, Allah Swt. akan memberi pertolongannya kembali kepada umat muslim untuk memenangkan pertarungan. Karena mengembalikan kekhilafahan yang sesuai dengan minhaj kenabian

Wallahu a’lam bishawab. []

Oleh: Siti Supinah
(Komunitas Literasi Islam)
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar