Topswara.com -- Banyak dijumpai ketidakpahaman anak muda mengenai politik Islam. Wajar, era sekuler saat ini membentuk anak muda tidak peka dan tidak mau tahu kondisi perpolitikan saat ini, apalagi politik Islam.
Indikator Politik Indonesia menyatakan, mayoritas anak muda menilai persoalan radikalisme mendesak untuk segera ditangani pemerintah. Hal ini ditemukan dalam hasil survei kepada 1.200 anak muda terhadap isu sosial politik di Tanah Air pada Maret 2021 (Republika.co.id, 21/3/2021).
Persoalan radikalisme yang tidak ada juntrungannya (akhirnya) terus digoreng dan dihembuskan kepada masyarakat dengan tujuan monterisasi ajaran Islam.
Pun dengan data yang di terbitkan oleh Republika.co.id (21/3/2021)
bahwa isu radikalisme sangat mendesak. 49,4 persen menurut Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi dalam rilis survei secara daring, Ahad (21/3).
Di luar data tersebut, benar atau salah pemerintah lebih perhatian kepada urusan yang sebenarnya bukan pokok bangsa ini. Kita lihat saja beberapa kasus korupsi masih banyak belum ditandatangani secara tuntas, kasus Asanri, Jiwasraya, Bansos, dan lain sebagainya.
Dari berita tersebut juga menyebutkan sebesar 41,6 persen anak muda menyatakan persoalan radikalisme harus menjadi perhatian serius pemerintah karena sangat mengancam kehidupan bermasyarakat di Indonesia. Sementara, 24,1 persen anak muda menilai pemerintah tidak adil terhadap umat Islam, radikalisme hanya ditujukan kepada umat Islam saja.
Nah ini jadi pertanyaan, jenis radikalisme yang seperti apa? Ajaran Islam yang bagaimana yang dianggap radikal? Mengapa hanya umat Islam? Maka diduga hal ini hanyalah upaya mereduksi ajaran Islam, dan upaya pembungkaman anak muda mempelajari agama Islam.
Upaya Pembungkaman terhadap Ajaran Islam
Mereka orang-orang yang takut kebangkitan umat Islam menjadi pemimpin dunia terus menyerukan melawan aksi-aksi teroris, yang sebenarnya hanyalah kamuflase mereka sendiri. Dengan membuat survei abal-abal tanpa kejelasan maksut dan tujuan.
Hal yang patut juga disayangkan, pemerintah ikut-ikutan latah akan ketidak jelasan isu radikalisme maupun terorisme yang sejatinya suasana fobia Islam saat ini.
Seperti yang kita ketahui, beberapa kasus terakhir dalam dunia pendidikan, sikap PGI yang protes kemudian menyurati Menag kaitannya dengan buku pelajaran agama Islam, itu pun ditanggapi pemerintah dengan cepat. Mengapa yang berkaitan dengan unat Islam, tak secepat itu menyelesaikan?
Dengan bukti tersebut, wajar jika umat merasa muak dengan toleransi yang mereka gaung-gaungkan tapi dilanggar sendiri.
Pemerintah seakan-akan menciptakan suasana horor, seperti label ekstremis yang disematkan terhadap generasi muda yang mengambil Islam menyeluruh.
Padahal Rasulullah SAW diberi wahyu (Al-Qur'an ) untuk umat Islam bukan sekedar bacaan, tetapi diterapkan dalam kehidupan. Di sinilah pentingnya memahami Islam secara benar, tidak mudah luntur dengan isu-isu bikinan kaum Barat sekuler liberal.
Generasi muda harus menjadi tonggak peradaban gemilang, mewujudkan kabar gembira Rasullullah akan datangnya Islam menjadi pemimpin dunia. Mengambil Islam dan menerapkannya dalam kehidupan, karena Islam jika diterapkan akan sirna semua kezaliman dan keadilan akan terwujud. Menjadi rahmat bagi semesta alam.
Pada hari ini Aku telah menyempurnakan untuk kalian agama kalian (Islam), telah melengkapi atas kalian nikmat-Ku dan telah meridhai Islam sebagai agama bagi kalian (TQS al-Maidah: 3).
Seharusnya generasi muda bangga menjadi penerus perjuangan Islam agama yang mulia ini. Jangan mudah terprovokasi dengan stempel buruk kaum liberalis sekuler. Tetaplah istikamah memperjuangkan Islam kafah. Allahu akbar.
Oleh: Munamah
0 Komentar