“Sesungguhnya perjuangan Islam itu merupakan agenda yang sangat penting,” tuturnya dalam buku Pesan-Pesan Menggugah untuk Para Pengemban Dakwah Cetakan ke 6 2019.
Ia menjelaskan, sesungguhnya berjuang untuk Islam itu bukanlah aktivitas yang bisa dilakukan pada sebagian waktu luang, kemudian boleh ditinggalkan pada waktu lain saat diri ini sibuk. Sama sekali tidak! Sesungguhnya berjuang untuk Islam jauh lebih agung daripada itu.
“Sesungguhnya perjuangan Islam dan keterlibatan kita di dalamnya adalah bukti penghambaan diri kita kepada Allah SWT,” bebernya
Ia mengatakan, seorang muslim sejatinya tidak akan pernah melepaskan diri dari perjuangan Islam karena merupakan tuntutan penghambaan dirinya kepada Allah SWT. Kecuali setelah nyawanya berpisah dari tubuhnya yang menjadi akhir dari kehidupannya.
“Dalam sejarah kita menemukan Ammar bin Yasir R.A., yang ikut serta berperang di jalan Allah SWT. Saat ia berusia sembilan puluh tahun! ia berperang; bukan sekadar berdakwah, mengajar atau melakukan amar makruf nahi munkar,” terangnya.
"Lalu mengapa saat ini banyak aktivis Islam justru tidak lagi berjuang untuk Islam setelah lulus kuliah? Atau setelah menikah, atau setelah terlibat dalam kesibukan bisnis, atau setelah menduduki jabatan tertentu?," tanyanya.
“Sebagian orang yang lemah iman yang bergabung dengan para aktivis Islam di kampus tidak jarang memandang perjuangan Islam seperti proyek bisnis. Karenanya, proyek bisnis tersebut berakhir secara otomatis begitu kuliah selesai,” ungkapnya.
Ia memaparkan, orang-orang yang lemah iman karena penyakit biasanya muncul dari kelemahan iman, hati yang sakit, tekad yang lemah dan tidak dipahaminya makna iman secara mendalam dalam hati, bukan di akal.
Ia mengatakan, sesungguhnya orang yang keluar dari kebenaran, setelah sebelumnya mengetahuinya. "Berarti ia lebih mementingkan kesenangan yang bersifat fana dan syahwat yang terbatas," jelasnya.
Ia mencontohkan, sebagaimana mencari kesenangan sesaat dengan mengorbankan kesedihan sepanjang tahun, menjerumuskan dirinya ke dalam sumur kemaksiatan, dan berpaling dari tujuan besar menuju tujuan yang remeh dan temporer.
"Akibatnya, ia hidup menjadi tawanan setan, terombang-ambing dalam lembah kebingungan, dan terbelenggu dalam penjara hawa nafsu,” pungkasnya. [] Alfia Purwanti
0 Komentar