Topswara.com -- “Kuntum khoiro ummah..” Begitulah Allah menyebut umat Islam sebagai umat terbaik dalam firman-Nya di surat Ali Imran ayat 110. Sayang, kondisi umat Islam saat ini tidak mencerminkannya. Umat tenggelam dalam kemerosotan di segala bidang. Mereka seperti buih di lautan. Banyak jumlahnya tapi tidak memiliki kekuatan.
Namun, beberapa kasus yang menimpa umat Islam belakangan, termasuk kebijakan WhatsApp, telah mulai menggelitik kesadaran umat. Awal tahun 2021, masyarakat dikejutkan dengan kebijakan privasi WhatsApp. Perusahaan ini akan membagi data privasi pengguna dengan pihak Facebook untuk kepentingan iklan. Akibatnya, banyak pengguna WhatsApp beralih ke alternatif aplikasi lain. Sebagian besar ke BiP, selain Signal dan Telegram.
Dilansir oleh Bisnis.com (20/1/2021), sekitar 6,4 juta orang pengguna WhatsApp telah beralih ke BiP sejak Jumat (8/1/2021). Umat Islam pengguna WhatsApp pun berbondong-bondong ikut pindah, setidaknya di Indonesia dan Bangladesh. Alasan mereka karena Bip milik muslim. Mereka bangga menggunakan buatan muslim (portal-islam.id, 19/1/2021).
Fakta ini mengungkap bahwa perasaan satu akidah yang telah lama tertutup debu sekuler materialis mulai terusik. Ternyata jika umat Islam bersatu meski di tengah keterpurukan, mampu menggentarkan pihak lain. WhatsApp akhirnya menunda kebijakannya sampai 15 Mei 2021 (republika.id, 20/1/2021). Akankah hal ini menjadi pintu masuknya umat Islam pada persatuan hakiki?
Umat Mendambakan Persatuan Hakiki
Jauh-jauh hari Rasulullah Saw telah bersabda, “Janganlah kamu saling berselisih, karena umat sebelummu telah berselisih sehingga mereka binasa." (HR. Muslim)
Musuh-musuh Islam menyadari hal tersebut, sehingga politik belah bambu antarumat Islam terus mereka lakukan. Umat Islam dipecah dalam 50 lebih negara bangsa. Belum lagi mereka mengkotak-kotakkan umat dengan julukan radikal dan moderat. Hal ini sungguh memilukan. Hampir satu abad, mereka menjadikan umat Islam sebagai objek kejahatan kemanusiaan dan eksploitasi sumber daya alam.
Sesungguhnya Allah Swt telah memerintahkan umat Islam agar bersatu dengan persatuan hakiki. Sebagaimana firman-Nya,
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُوا
"Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai..."(QS. Ali Imran:103)
Asy-Syaukani berkata tentang tafsir ayat ini, “Allah memerintahkan mereka bersatu di atas landasan agama Islam, atau kepada Al-Qur’an. Dan melarang mereka dari perpecahan yang muncul akibat perselisihan di dalam agama.” [Fahul Qadir 1/367].
Rasulullah Saw telah mencontohkan bahwa berpegang teguh kepada Al-Qur'an hanya dapat dilaksanakan dengan sempurna ketika menegakkan daulah Islam di Madinah. Beliau mempersatukan umat Islam dalam satu kepemimpinan politik. Hal ini dilanjutkan oleh Khulafaurrasyidin. Kemudian khalifah-khalifah berikutnya sampai 1300 tahun lamanya. Inilah fakta historis yang tidak terbantahkan.
Sudah seharusnya umat Islam menyadari hal ini. Mereka bisa bangkit jika berada dalam satu kepemimpinan di seluruh dunia. Institusi yang menjadikan umat Islam mempunyai satu pemikiran, perasaan dan peraturan. Sebab ketiga hal ini berasal dari akidah mereka.
Tidak seperti sekarang, umat Islam hanya memiliki perasaan yang satu dalam dada-dada mereka. Pemikiran Islam di kepala mereka tidak lagi sama.Begitu juga peraturan yang diterapkan untuk mereka berbeda-beda. Perasaan yang tersisa inilah yang mendorong mereka sedikit memperhatikan persoalan umat Islam di seluruh dunia.
Langkah Menyatukan Umat Islam
Jika kasus WhatsApp saja mampu memantik perasaan umat untuk bersatu, maka bagaimana agar umat termotivasi mewujudkan persatuan hakiki? Beberapa langkah yang bisa ditempuh antara lain:
Pertama, memahamkan umat bahwa kondisi umat saat ini tidak sedang baik-baik saja. Umat Islam sedang sakit dan hampir mencapai kematian. Umat terpuruk dalam semua aspek kehidupan. Tubuhnya membutuhkan aliran darah segar yakni ideologi Islam yang terpancar dari akidah Islam.
Aktivitas ini harus dilakukan terus-menerus dan secara berjamaah oleh sekelompok orang yang telah terlebih dahulu memahaminya. Mereka akan mendampingi umat kembali mereguk pemikiran Islam yang telah dijauhkan oleh musuh-musuh Islam. Umat akan diajak terbang melihat persoalan yang sedang terjadi dan melihat ke arah mana seharusnya umat Islam melangkah.
Sehingga umat akan mengambil kembali kekayaan pemikirannya yang hilang dengan kerinduan. Pemikiran berupa hukum-hukum syariat yang ada dalam Al-Qur'an, hadits, ijma' sahabat dan qiyas. Hukum-hukum yang seharusnya diterapkan secara keseluruhan sebagai peraturan hidup dan solusi bagi seluruh permasalahan kehidupannya.
Kedua, memunculkan kesadaran politik umat Islam. Rasulullah Saw bersabda, “Barangsiapa bangun pagi tidak memikirkan nasib umat, maka dia bukan umatku ( umat Nabi Muhammad Saw ).”(HR. Ahmad)
Ditambah pula dengan hadits berikut, "Perumpamaan seorang muslim (dengan muslim lainnya) dalam hal cinta kasih dan saling menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila (ada) salah satu bagian tubuhnya menderita (sakit), maka (akan dirasakan) oleh seluruh bagian tubuh lainnya dengan panas dan demam." (HR. Bukhari dan Muslim).
Maka kesadaran ini memunculkan sikap peduli terhadap kondisi saudaranya, sesama muslim. Jika ada kemungkaran di tengah umat Islam, mereka harus saling amar ma’ruf nahi mungkar.
Rasulullah Saw bersabda, "Siapa yang melihat kemungkaran di antara kalian, hendaklah ia mengubah dengan tangannya. Apabila tidak mampu, maka hendaklah ia mengubah dengan lisannya. Jika tidak mampu, hendaklah mengubah dengan hatinya. Itu adalah selemah-lemah iman." (HR. Muslim)
Ketiga, mengajak umat Islam yang telah sadar untuk bersama-sama berjuang mengembalikan institusi pemersatu hakiki yakni khilafah. Tentu saja perjuangan ini harus sesuai dengan langkah perjuangan Rasulullah Saw.
Khatimah
Sudah saatnya umat menyadari pentingnya persatuan hakiki. Persatuan dalam ikatan akidah Islam. Persatuan dalam naungan institusi khilafah. Sebab dengan khilafah, umat tidak hanya menggentarkan dengan memboikot barang-barang konsumsi publik, atau memboikot aplikasi WhatsApp. Namun, dengan khilafah mampu menghentikan semua kezaliman musuh Islam terhadap umat Islam.
Khilafah mampu mengirim tentara ke Palestina, Yaman, Suriah, Uighur, Rohyinga dan seluruh dunia. Khilafah akan melindungi anak-anak dan kaum muslimah, membungkam kepongahan orang-orang kafir dan mengambil kembali seluruh kekayaan alam umat Islam.
Pun, khilafah akan menerapkan seluruh hukum syariat Islam yang sempurna dan menjamin keadilan untuk seluruh umat Islam dan dunia. Sehingga umat Islam akan kembali menjadi umat terbaik sebagaimana yang Allah sematkan kepadanya. []
Oleh: Sitha Soehaimi
0 Komentar