Topswara.com -- Beberapa pekan lalu, masyarakat Indonesia dihebohkan dengan adanya kebijakan baru dari WhatsApp yang menyebutkan WhatsApp akan mengambil beberapa data penggunanya.
Baru-baru ini Whatsapp yang sudah dimiliki oleh Facebook, mengirimkan ultimatum kepada seluruh penggunanya, yaitu untuk menyetujui “term and conditions” (syarat dan ketentuan) yang baru hingga batas waktu 8 Februari 2021. Jika Anda masih menggunakan Whatsapp melebihi tanggal itu, artinya setuju. (Kumparan.com, 9/1/2021)
Hal tersebut praktis meresahkan pengguna setia WhatsApp dan membuat aplikasi besutan Facebook itu dianggap menyalahi aturan privasi.
Mengetahui resiko yang akan dihadapi. Akhirnya aplikasi WhatsApp meninjau ulang kebijakannya. Dikutip dari CNN.com, aplikasi pesan singkat WhatsApp menunda keharusan bagi penggunanya membagi data pribadi ke platform Facebook. Mulanya, tenggat itu direncanakan berlaku mulai 8 Februari.
WhatsApp menunda karena cemas penggunanya eksodus pindah menggunakan aplikasi pesan singkat lainnya jika kebijakan itu diberlakukan.
Opini Publik Menentukan Posisi
Opini publik adalah kegiatan dari komunikasi politik. Opini adalah ekspresi mengenai sekelompok orang mengenai suatu isu.
Sedangkan, publik adalah sekelompok orang yang memiliki kepentingan yang sama dan yang memiliki keterikatan atau terpengaruh terhadap hal itu.
Menilik dari apa yang dialami aplikasi WhatsApp, bisa dilihat bagaimana opini publik menentukan posisi. Publik memiliki kekuatan mengubah suatu kondisi.
Keadaan krisis kepercayaan seperti di Indonesia sekarang ini, opini publik mampu menempatkan kedudukan yang tinggi. Bahkan, mengubah suatu kebijakan lama menjadi kebijakan baru.
Opini publik mampu menjadikan seorang berada dipuncak kekuasaan sekaligus menjatuhkannya.
Opini Publik dan Kesadaran Politik Islam
Mobilisasi opini yang masif ternyata memberikan efek signifikan terhadap suatu kebijakan. Dahsyatnya opini mampu mendesak Zuckerberg selaku CEO WhatsApp sekaligus Facebook untuk mengurungkan kebijakannya.
Pun demikian jika umat Islam menyadari potensinya. Umat Islam bagian dari kekuatan publik. Dikutip dari channel YouTube TRT World berjudul “Visualised: World’s major religions from 1945-2019” yang dipublikasikan pada 24 Agustus 2020, total populasi Islam di dunia pada 2019 sebanyak 1,9 miliar.
Potensi tersebut menggambarkan betapa layaknya kaum muslimin memimpin dunia. Hal tersebut terwujud jika kesadaran politik.
Islam adalah agama sekaligus ideologi. Sementara kesadaran politik memiliki makna mengamati dunia dengan perkembangan beritanya baik itu nasional maupun internasional, dengan sudut pandang tertentu yang khas, baik itu berupa pemikiran, ideologi atau asas manfaat tertentu.
Ini dijadikan sebagai landasan dalam memahami perubahan politik saat ini. Mengarahkan agar sesuai dengan syariat Islam..
Umat Islam, Umat Terbaik
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.
(QS. Ali Imran: 110)
Sebagai seorang muslim, pasti kita pernah membaca ayat yang satu ini. Sebuah kalamullah yang bukan sekadar kabar gembira tentunya, melainkan juga kepastian dan keniscayaan, bahwa kita, kaum muslimin, adalah umat terbaik di tengah-tengah manusia.
Perlu membentuk kesadaran politik ideologis di tengah-tengah masyarakat. Supaya sebagian besar umat memiliki pemikiran dan ideologi yang benar, kritis terhadap kebijakan pemerintah yang tidak pro rakyat.
Kebangkitan umat akan diperoleh saat taraf berpikir masyarakatnya meningkat. Umat harus kembali kepada fitrahnya dengan menjadikan Islam sebagai ideologi yang mendasar dan menyeluruh.
Semoga Allah menyatukan kembali umat islam dalam ikatan yang kuat. Ikatan aqidah Islam. Agar umat islam mengambil alih posisinya sebagai umat terbaik. Memimpin dunia dengan risalah Islam yang mulia.
Wallahu'alam Bi Shawab []
Oleh: Sifa Isnaeni
0 Komentar