Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Ibu, Pahala bagimu Tiada Batas


Topswara.com -- Dicari tenaga kerja dengan kriteria memiliki keahlian di berbagai bidang (pandai ilmu agama dan  pengetahuan), bertanggung jawab pada kesehatan, obat-obatan serta makanan yang bergizi kepada rekannya. Juga siap kapan pun menjadi perawat dengan jam kerja 24 jam tanpa cuti.

Siap menjadi pendidik, pengawas pergaulan, pembela, pelindung hingga nyawa rela dikorbankan demi rekannya. Dalam kondisi sakit pun (asal tidak parah) tetap harus bekerja. Siap menjadi teman curhat, sahabat yang menyenangkan, tak peduli perasaanmu, kamu wajib membuat rekanmu tenang dan nyaman. Dan kamu tidak digaji.

Sontak lowongan pekerjaan ini pasti membuat orang-orang yang membaca merasa kaget dan berkata, “Ini gila dan tak manusiawi.” Atau "Hanya orang naif yang mau bekerja seperti itu."

Mereka hampir tak percaya jika ada seseorang yang bersedia bekerja sukarela tanpa digaji, tanpa ada waktu istirahat jelas dan memikul tanggung jawab yang teramat besar. Adakah? Ternyata ada, dialah Ibu. 

Sungguh, seberapa pun peluh keringat dan pengorbanan ibu dalam mendidik dan mengasuh serta membesarkan anak-anaknya di tengah berlakunya sistem liberal, tentu tak seberapa bila dibandingkan luasnya pahala sabar.

Dari Abu Sa’id al Khudri ra., sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda,

“Barang siapa yang berusaha untuk sabar, maka Allah akan menjadikannya mampu bersabar. Tidak ada pemberian yang diberikan kepada seseorang yang lebih baik dan lebih luas daripada kesabaran.” 
(Mutafaq ‘alaih)

Sosok Ibu Mandiri dalam Narasi Kapitalisme

Namun baru-baru ini media sosial sedang ramai dengan sebuah narasi yang datang dari beberapa perempuan yang berpendapat bahwa kaum perempuan saat ini sulit berkembang. Karena habis tenaganya untuk mengurus tugas rumah tangga. 

Bukan hanya itu, pemikiran lainnya yang mendapat sorotan publik adalah bahwa ibu rumah tangga atau IRT wajib mendapat bayaran finansial alias gaji bulanan. Karena selama ini perempuan telah menghabiskan 3/4 dari total waktu mereka setiap harinya untuk mengerjakan pekerjaan yang tidak dibayar dalam tugas rumah tangga.

Tujuan perempuan mandiri secara finansial adalah agar perempuan dapat berdiri tegak di kaki sendiri dan tidak bergantung kepada suami. Sehingga jika suatu saat nanti terjadi sesuatu, maka perempuan tidak bingung ketika mengambil alih nahkoda. 

Studi menyebutkan bahwa perempuan menggunakan 80 persen pemasukannya untuk diinvestasikan ke keluarga. Namun bagaimana bisa berkembang jika dikepung tugas rumah tangga dan tidak dibayar? 

Posisi dan Peran Ibu dalam Islam

Relasi dalam sebuah rumah tangga atau keluarga semestinya bukanlah relasi transaksional yang bisa diukur dengan ukuran-ukuran matematis. Karena memang keluarga bukanlah sebuah perusahaan atau entitas bisnis di mana setiap yang berperan di dalamnya mesti berhitung keuntungan. Kalau tidak mendapatkan keuntungan maka tidak perlu dijalankan. Apalagi jika keuntungan yang dimaksudkan tersebut diukur dengan ukuran-ukuran materialistik.

Seorang muslim hendaknya menyadari bahwa keluarga atau rumah tangga yang kita bangun adalah wujud keinginan kita untuk mendapatkan nilai ibadah. Bukan memilih jalan-jalan yang lain yang dilarang oleh Allah Swt.

Oleh karena itu, wajib  memerankan tugas masing-masing di dalam keluarga berdasarkan aturan Allah Swt. Di mana ayah sebagai pencari nafkah dan sang Ibu sebagai pendidik sekaligus bertanggung jawab mengelola harta suaminya.

“Seorang perempuan adalah pemelihara di rumah suaminya, ia akan dimintai pertanggungjawaban mengenai apa yang menjadi tanggung jawab pemeliharaannya.”(HR. Al-Bukhari)

Semua itu kita laksanakan semata-mata karena mencari ridho Allah Swt saja. Dan dengan ridho-Nya, maka kita akan mendapat keberkahan yang tentu akan membawa kebaikan pada diri kita. Dengan berumah tangga, maka kita akan mendapatkan ketenangan, rasa aman dan perlindungan dari suami, keturunan yang menjadi penyejuk pandangan mata, sekaligus investasi dunia akhirat kita. Melalui keturunan sholih, kita akan mendapatkan kemuliaan di sisi Allah serta pahala yang akan mengantarkan kita pada kehidupan kekal penuh kebahagiaan.

Tugas sebagai ibu rumah tangga memang bukan tugas ringan. Tugas ini adalah tugas yang sangat besar. Karena  berkaitan erat dengan terbangunnya sebuah generasi dan peradaban sesuai dengan apa yang Allah kehendaki. Sesuai apa yang akan membuat Rasulullah Muhammad Saw. merasa bangga karena banyaknya umatnya yang berkualitas dan taat kepada Allah Swt.

Rasulullah Saw. bersabda, “Nikahilah oleh kalian wanita penyayang lagi subur, karena sungguh aku akan membanggakan banyaknya kalian di hadapan para Nabi pada hari kiamat.” (HR. Ahmad)

Terciptanya generasi cemerlang ini tak lepas dari peran ibu. Sebagai contoh Ibu Sultan Muhammad Al-Fatih yang mendidik dan memberikan motivasi kepada anaknya setiap pagi.

Setelah shalat subuh, ibu Al-Fatih selalu mengajarkan geografi, garis batas wilayah Konstantinopel. Beliau menanamkan keyakinan dalam diri Al-Fatih kecil, bahwa kelak dialah yang akan menaklukkan Konstantinopel. Dan sejarah mencatat bahwasannya di usia Al-Fatih yang baru 21 tahun, ia berhasil memimpin pasukan untuk menaklukkan Konstantinopel.

Adanya pandangan bahwa ibu rumah tangga harus digaji, maka ini adalah kekeliruan berfikir akibat saat ini sistem yang dominan mengisi ruang-ruang kehidupan masyarakat, termasuk juga mengisi pikiran masing-masing individu adalah pikiran kapitalistik dimana segala sesuatu hanya diukur dari materi.

Maka akan muncul banyak persoalan manakala pandangan kapitalistik ini tetap dilestarikan apalagi kemudian dikukuhkan oleh negara sebagai pijakan lahirnya beragam sistem kehidupan.

Selama pemikiran kapitalistik dan ideologi sekuler masih terus berjalan di negeri ini, bukan tidak mungkin di waktu mendatang masyarakat akan menganggap bahwa ide tersebut adalah ide yang bisa menjadi solusi atas pandangan yang semakin menurun terhadap tugas-tugas kerumahtanggaan.

Pandangan seperti ini tidak boleh berkembang. Untuk memastikan tidak berkembangnya pemahaman ini, maka kita harus ikut berperan menghentikan berlakunya ideologi sekularisme kapitalistik di negeri ini. Saatnya kita terus mempelajari Islam secara kafah dan memperjuangkan kembali tegaknya sistem kehidupan Islam. Sehingga pandangan kepada seluruh aspek kehidupan termasuk pandangan terhadap relasi dalam rumah tangga adalah pandangan yang sesuai  Islam. Yakni menganggap bahwa fungsi Ibu adalah tugas yang sangat bergengsi dan mulia. []

Oleh: Nabila Zidane
(Forum Muslimah Peduli Generasi dan Peradaban)
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar