Kisah Rasulullah ï·º Bagian 99
Dukacita untuk Hamzah
Tidak cukup menganiaya mayat Hamzah. Hindun binti Utbah bersama wanita-wanita lain menganiaya mayat kaum muslimin. Melihat semua itu Abu Sufyan menghampiri seorang muslim dan berkata,
"Mayat-mayatmu telah mengalami penganiayaan. Akan tetapi aku sungguh tidak senang juga tidak benci. Aku tidak melarang, juga tidak memerintahkan."
Selesai menguburkan mayat-mayat temannya sendiri Quraisy pun pergi. Sekarang, kaum muslimin kembali ke garis depan untuk menshalatkan dan menguburkan mayat-mayat para syuhada. Rasulullah ï·º berkeliling medan tempur mencari jasad pamannya, Hamzah. Ketika dilihatnya jasad Hamzah sudah dianiaya dengan perut yang sudah terurai, beliau merasa sedih, sedih sekali sampai beliau berkata,
"Takkan pernah ada orang mengalami malapetaka seperti ini."
"Belum pernah aku menyaksikan suatu peristiwa yang begitu menimbulkan amarahku seperti kejadian ini."
Selanjutnya beliau bersabda,
"Demi Allah kalau pada suatu ketika Allah memberikan kemenangan kepada kami melawan mereka, akan ku aniaya mereka dengan cara yang belum pernah dilakukan oleh orang Arab."
Nah saat itulah turun firman Allah Qur'an surat An Nahl 16 ayat 126-127 yang artinya:
"Dan jika kamu membalas, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar."
Surah An-Nahl (16:126)
"Dan bersabarlah (hai Muhammad) dan kesabaranmu itu semata-mata dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan jangan (pula) kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan"
Surah An-Nahl (16:127)
Setelah Firman itu turun Rasulullah ï·º memaafkan pihak musuh. Ditabahkannya hatinya dan beliau melarang orang melakukan penganiayaan.
Di jalan, Rasulullah ï·º mendengar para wanita bani Asyhal menangisi para syuhadanya.
"Tidak ada wanita yang menangisi Hamzah," ujar Rasul.
Mendengar ini Saad bin Muadz menyuruh para wanita Bani Asyhal menangis untuk Hamzah.
Rasulullah ï·º bergegas menemui mereka dan bersabda,
"Bukan ini yang saya maksudkan. Pulanglah, Semoga Allah memberikan rahmat dan tidak boleh menangis lagi setelah hari ini."
Abdullah bin Ubay
Rasulullah ï·º pulang ke Madinah dengan beban pikiran yang cukup berat. Fatimah Az-Zahra putri beliau membasuh luka-luka ayahnya dengan air.
Ternyata, para tawanan perang Badar yang dulu dikasihani dan dibebaskan kembali memerangi kaum muslimin.
Rasulullah ï·º teringat lagi kata-kata Umar Bin Khattab dulu,
"Ya Rasulullah bunuh orang-orang ini agar tidak seorang pun berpidato mengobarkan api kebencian terhadap dirimu."
Orang muslim pantang berbuat kesalahan untuk kedua kalinya. Karena itu, beliau memerintahkan untuk membunuh seorang tawanan yang tertangkap. Orang itu adalah tawanan perang Badar yang sudah dibebaskan.
Rasulullah ï·º juga memikirkan belas kasihan yang diberikan kaum muslimin kepada pihak musuh. Semua muslim menahan pedang ketika mereka menemui Hindun di medan perang. Padahal jika dia dibunuh tidak akan terjadi Hamzah disiksa sedemikian rupa.
Pembunuh Hamzah yang berkulit hitam itu sebenarnya juga tidak tahu wajah Hamzah. Hindunlah yang menunjukkannya.
Pasukan Quraisy yang telah lari lintang pukang juga tidak akan kembali lagi untuk menyerang, apabila tidak dikejar oleh Hindun dan diberitahukan bahwa kaum muslimin tengah diserang Khalid bin Walid dari belakang.
Kemudian Rasulullah ï·º pergi ke masjid. Di sana, beliau melihat ada tangis penyesalan pasukan panah yang telah jelas-jelas melanggar perintah Rasulullah ï·º. Hati beliau amat lembut karena itu beliau memaafkan mereka semua.
Sebelum itu di sana beliau melihat Abdullah bin Ubay tengah berpidato agar orang-orang mencintai Rasulullah ï·º. Inilah gembong kaum munafik yang telah membujuk 300 Orang prajurit kembali ke Madinah. Beberapa sahabat yang ikut ke Uhud melompat ke arah Abdullah bin Ubay, lalu menarik bajunya sampai terhuyung-huyung.
"Mengapa kalian menyerangku pada saat aku menganjurkan kepada orang-orang agar patuh dan cinta kepada Muhammad?" demikian Abdullah bin Ubay menjerit.
Umar Bin Khattab meminta izin untuk membunuh si penghianat itu, namun sekali lagi Rasulullah ï·º melarang nya.
Bersambung...
Disadur dari buku Sejarah Hidup Muhammad, Muhammad Husain Haekal
Ditulis kembali oleh: Yusa Deddy
0 Komentar