Topswara.com-- Menanggapi ditemukannya drone Desember 2020 di Pulau Selayar yang diduga milik negara Cina, Dosen Online (Dosol) UNIOL 4.0 Diponorogo Ervan Liem menilai perlunya berfikir out of the box.
"Indonesia harus berfikir out of the box, meninggalkan postur Angkatan Laut konvensional yang terlalu fokus di permukaan dengan kerawanan dan kerentanan yang tinggi bila dihajar musuh," ujarnya dalam WhatsApp Group (WAG) Uniol 4.0 Diponorogo, Kamis, (07/01/2021).
Menurutnya, penting Indonesia untuk memikirkan dan memprioritaskan kemampuan dalam mengakuisisi kapal selam canggih yang bertenaga nuklir. Katanya, kapal selam bertenaga nuklir bisa menyelam bertahun-tahun tanpa harus isi ulang bahan bakar. Ia menjelaskan, saat ini hanya AS, Rusia, dan beberapa anggota North Atlantic Treaty Organization (NATO) seperti Inggris yang memilikinya. "Akuisisi ini akan sangat sulit, tapi bila bisa dirintis sejak dini maka akan sangat vital bagi Indonesia sebagai negara kepulauan. Tentu saja kapal selam ini juga harus dilengkapi dengan senjata peluru kendali yang canggih, termasuk untuk menyerang sasaran di darat dan udara," paparnya.
"Indonesia harus mulai memprioritaskan akuisisi lebih banyak drone bawah air, baik untuk pemantauan maupun untuk serangan dengan senjata taktis. Di samping itu, semua kekuatan bawah laut harus dilengkapi dengan infrastruktur pangkalan bawah laut yang tentu berbeda dengan pangkalan kapal biasa agar faktor kerahasiaan bisa dijaga," ungkapnya.
Ia menyarankan, sumber daya manusia, riset dan pengembangan merupakan komponen yang wajib pula dibangun secara simultan. Katanya, resiko dari pembangunan kekuatan bawah laut adalah kuantitas personel TNI AL harus dikalkulasi ulang untuk mengawaki Armada Kapal Selam dan Armada Drone selam.
"Ke depan bangsa Indonesia perlu peningkatan perhatian untuk memperkuat pertahanan dan keamanan laut. Untuk itu langkah pentingnya adalah menguasai dan pengembangan teknologi terkait. Sehingga negeri ini bisa mendeteksi gerakan liar atau unlawful activities di bawah laut dari berbagai negara asing," tandasnya.
"Selain itu, Kementerian Pertahanan dapat mengajak Kementerian Perhubungan untuk segera memasang underwater detection device (UUD/alat deteksi di dalam laut) di seluruh Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) dan semua selat strategis untuk memantau semua lalu lintas bawah laut, utamanya di Selat Malaka, Laut Natuna, Selat Makassar, Selat Sunda dan Selat Lombok," pungkasnya.[] Munamah
0 Komentar