TopSwara.com-- Menanggapi reshuffle kabinet di akhir tahun 2020 yang belum mampu menyadarkan umat Islam, Dosen Online (Dosol) Universitas Online (Uniol) 4.0 Diponorogo dan Analis Muslimah Voice menilai bahwa masuk ke dalam demokrasi bukan jalan perubahan hakiki.
"Pergantian pemimpin atau menteri yang belum mampu menjawab masalah negeri, seharusnya mampu menyadarkan umat Islam, bahwa masuk ke dalam demokrasi bukan jalan perubahan hakiki," tuturnya dalam Kuliah Online di WhatsApp Group Uniol 4.0 Diponorogo, Rabu (23/12/2020).
Menurutnya, setelah masuk ke sistem demokrasi bukan suara rakyat lagi yang didengar, melainkan kepentingan golongan. "Inilah penipuan yang terstruktur, sistematis, dan masif yang dilakukan sistem demokrasi kapitalisme," ujarnya.
Ia mengungkapkan bahwa permasalahan yang timbul di negeri ini memang tak lepas dari dua hal. "Siapa pemimpinnya dan apa sistem yang digunakan. Terlebih tentang sistem yang dipilih untuk diterapkan dalam sebuah negara. Jika yang dipakai tetap sistemS demokrasi kapitalisme dan hanya ganti personil saja, permasalahan itu akan tetap ada," ungkapnya.
"Karena akar masalah adalah cacatnya sistem yang diterapkan. Oleh karena itu, perlu keberanian dan keputusan besar untuk beralih menerapkan sistem Islam yang mampu menjadi solusi tuntas permasalahan negeri," imbuhnya.
Ia menilai bahwa segala bentuk permasalahan negara diselesaikan berdasarkan Al Qur'an dan Sunnah. "Terkait pergantian penguasa akan diatur oleh syariah. Dengan demikian, pergantian pejabat semisal muawin pada sistem pemerintahan Islam dimungkinkan terjadi," ujarnya.
Sedangkan asasnya, menurutnya itu adalah hak khalifah yang memberhentikannnya dan dipandang dengan kaidah syariah yaitu hilangnya syarat yang menjadi kelayakannya menjadi pejabat.
"Perjuangan mengembalikan kehidupan Islam tidak boleh berhenti, umat Islam harus bersatu bahu-membahu bersatu memperjuangkan hingga sistem pemerintahan Islam terwujud dalam naungan Khilafah Islam," pungkasnya.[] Achmad Mu'it
0 Komentar