Penderitaan yang dialami muslim Rohingya tak kunjung usia, setelah sebelumnya mengalami diskriminasi, penindasan dan kekerasan yang dilakukan rezim Myanmar, kini mereka dikirim ke Pulau Bhasan Char oleh pemerintah Bangladesh.
Pihak berwenang Bangladesh mulai memindahkan 1.600 pengungsi dipindahkan ke Pulau Bhasan Char, sebuah pulau yang rentan diterjang banjir di Teluk Bengal, pada Jumat (04/12), menurut laporan kantor berita Reuters. (bbc.com 6/12/2020). Meskipun ada seruan dari kelompok hak asasi manusia agar proses tersebut dihentikan. (news.okezone.com 5/12/2020).
Fakta bahwa kehidupan Nasionalisme yang diagung-agungkan para pemimpin dunia saat ini, nyatanya tidak mampu menjamin jiwa serta martabat manusia. Bahkan Nasionalis telah meracuni kaum muslim untuk berlepas diri dari tanggungjawab terhadap saudaranya. Nasionalis melemahkan persatuan diantara kaum muslim.
Konsep nasionalisme inilah yang membuat para pemimpin kaum muslim menutup mata, hati untuk tidak mencampuri urusan dalam negeri negara orang lain, terkusus ASEAN. Sistem demokrasi nyatanya telah melahirkan pemimpin yang lemah dalam mewujudkan kedaulatan untuk membebaskan muslim Rohingya. Para pemimpin muslim saat ini tidak mampu memberikan desakan masif baik diplomasi, politik maupun militer.
Beginikah umat Muhammad SAW ketika melihat penderitaan saudaranya? Sampai kapan umat muslim hari ini terus mengalami penyiksaan?
Bahkan Lembaga Internasional sekelas PBB hanya memberikan respon atas kekejaman rezim Militer Myanmar tanpa mengambil tindakan apapun untuk menyelamatkan muslim Rohingya. Inilah potret dunia yang didominasi kapitalisme yang mengabaikan nilai kehidupan manusia dan martabat yang harus dilindungi. Mereka pura-pura tuli dan buta terhadap penindasan yang dialami kaum muslim, kecuali ada keuntungan politik dan ekonomi yang bisa didapat.
Masalah Muslim Rohingya tidak akan pernah selesai selama umat Islam terpecah belah dalam bentuk negara bangsa. Mereka terhalang oleh batas semu nasionalisme untuk membantu saudaranya.
Melihat fakta kebobrokan konsep negara bangsa, maka tidak ada solusi ideal bagi seluruh umat Islam selain negeri-negeri muslim itu harus bersatu dalam satu kepemimpinan yaitu khilafah. Hanya dengan khilafah, nyawa setiap muslim terlindungi. Hanya dengan khilafah, penghinaan terhadap umat Islam di seluruh penjuru dunia akan berakhir.
“Sesungguhnya seorang imam itu laksana perisai. Dia akan dijadikan perisai, dimana orang akan berperang di belakangnya, dan digunakan sebagai tameng. Jika dia memerintahkan takwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan adil maka dengannya dia akan mendapatkan pahala. Tetapi, jika dia memerintahkan yang lain, maka dia juga akan mendapatkan dosa/adzab karenanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Satu-satunya institusi yang mampu menyatukan umat seluruh dunia menjadi sebuah kekuatan politik hanyalah khilafah Islam. Ketiadaan khilafah yang membalut ikatan ukhuwah muslim sedunia, mengakibatkan lenyapnya penjagaan terhadap aqidah, harta dan nyawa kaum muslimin. Dilandasi keimanan, kecintaan pada umat dan rasa takut yang menghujam pada Rabbnya. Begitulah sebagaimana yang dititahkan Allah SWT kepadanya.
Demikianlah khilafah menjalankan tugasnya, menyebarkan Rahmat ke seluruh alam. Menegakkan keadilan, menumpas penindasan, memanusiakan manusia tanpa membedakan suku bangsa bahkan agama. Oleh karena itu, derita muslim di berbagai belahan dunia, termasuk Rohingya membuat kita untuk menyongsong tegaknya khilafah dan segera membuang nasionalisme
Alfia Purwanti, S.M.
0 Komentar